DIKOTOMI BINER DALAM TEORI SOSIOLOGI

 

DIKOTOMI BINER DALAM TEORI SOSIOLOGI

 

 

Istilah Sosiologi dipakai untuk pertama kalinya oleh Auguste Comte, filsuf dan sosiolog Prancis. Dalam bukunya Sistem Filsafat Positif ia menyusun suatu daftar yang secara berturut-turut menyebut semua ilmu pengetahuan menurut umur mereka mulai dari matematika sampai dengan sosiologi.

 

Matematika disebut sebagai ilmu pertama dan tertua, sedangkan sosiologi  merupakan ilmu yang paling akhir. Menurut Comte, matematika dapat muncul dengan segera, karena objeknya paling mudah dan paling pasti dikenal. Lain halnya dengan perilaku manusia yang paling sulit untuk dimengerti dan diramalkan.

 

Sejak Auguste Comte mengenalkan istilah Sosiologi, Sosiologi sebagai ilmu telah mengalami perkembagan yang pesat. Perkembangan pesat Sosiologi tidak terlepas dari pemikiran Emile Durkheim. Melalui berbagai tulisannya, Durkheim telah memperkaya teori sosiologi dan mengembangkannya menjadi sebuah disiplin yang khas dan otonom.

 

Sosiologi Durkheim kemudian berkembang menjadi salah satu aliran penting dalam Sosiologi yang kemudian dikenal sebagai Fungsionalisme. Selain Durkheim juga terdapat Karl Marx yang mengembangkan sosiologi konflik yang pemikirannya kemudian dikembangkan oleh teoritisi konflik lainnya seperti George Simmels, Lewis Coser dan Ralf Dahrendorf.

 

Selain Durkheim dan Karl Marx masih terdapat banyak tokoh lainnya yang gagasannya memperkaya khazanah Sosiologi seperti Max Weber dengan pendekatan verstehennya.

 

Permasalahan timbul ketika Sosiologi harus dapat menjelaskan realitas sosial yang ada dan memberikan makna atas realitas tersebut. Kendala yang muncul adalah adanya kenyataan bahwa teori sosiologi yang ada tidak tunggal. Teori-teori sosiologi yang ada memiliki dimensi dan gradasi yang berbeda-beda. Bahkan banya teori sosiologi yang memiliki cara pandang dan metode yang berbeda dalam menginterpretasikan relitas sosial yang ada.

 

Teori sosial merupakan sebuah ilmu yang paling beragam. Bahkan di dalamnya terjadi ketidaksepakatan sejumlah persoalan yang paling mendasar seperti apakah genre keilmuan sosial yang paling tepat,pokok soal yang digeluti ilmu sosial, dan prosedur analitis apa yang seharusnya digunakan.(Giddens, 2008)

 

Teori sosiologi yang ada memberikan eksplanasi teoritis yang berbeda-beda. Sebagai contoh teori fungsional melihat stratifikasi sosial bersifat universal,alamiah dan fungsional bagi setiap kelas sosial, baik kaya ataupun miskin, sedangkan teori Konflik menganggap bahwa adanya pelapisan sosial dalam struktur sosial menunjukkan adanya pola hubungan yang timpang yang hanya menguntungkan kelas sosial tertentu.

 

Teori-teori sosiologi yang ada menurut Collins dikategorikan ke dalam empat tradisi sosiologi :

 

1.tradisi konflik dengan Karl Marx, Engels, Weber,Dahrendorf,Lenski dan Collins itu sendiri sebagai pemikir utamanya.

 

2.tradisi rasional/utiliter yang dipelopori oleh Homans,March dan Simon, Schelling, Olson dan Coleman

 

3.Tradisi Durkheim dengan tokohnya seperti Emile Durkheim, Hubert dan Maus, Levi Strauss, Goffman

 

4.tradisi mikrointeraksi yang diprakarsai oleh Cooley, Mead, Blumer dan Goffman.

 

Klasifikasi teori sosiologi juga dibuat berdasarkan kategori makrososiologi, mesososiologi dan mikrososiologi.

 

1.Teori makrososiologi mencakup teori evolusionisme,teori sistem,ekonomi politik,konflik dan teori perubahan sosial serta teori konflik multidimensi dan stratifikasi.

 

2. Teori mesososiologi mencakup hubungan mikro-makro, teori jaringan dan organisasi.

 

3.Sedangkan teori mikrososiologi mencakup proses interaksi,diri (self), pikiran serta peran sosial, definisi situasi dan konstruksi sosial atas realitas, strukturalisme dan sosiolinguistik, serta pertukaran sosial.

 

Ritzer juga membuat kategorisasi teori sosiologi berdasarkan perbedaan aliran pemikiran, yaitu ;

 

1.fungsionalisme struktural dan teori konflik

2.teori sosiologi neo-Marxis

3.interaksionisme simbolik

4.fenomenologi dan etnometodologi

5.teori pertukaran dan sosiologi perilaku

6.teori feminis

7.teori sosiologi struktural

 

Perbedaan epistimologis dan metode yang digunakan mengakibatkan teori sosiologi yang ada membentuk semacam dikotomi dan polarisasi yang terbedakan secara tegas. Dikotomi tersebut antara lain sebagai berikut ;

 

1.sosiologi analisis makroskopik dan sosiologi analisis mikroskopik ; apakah realitas sosial lebih tepat dilakukan dalam ruang lingkup makro  seperti sistem dunia dan struktur sosial atau dalam ruang lingkup mikro seperti melalui pemaknaan dalam proses interaksi sosial

 

2.menilai masyarakat sebagai realitas objektif atau subjektif ; Hal ini terkait dengan hakikat manusia dan masyarakat, apakah masyarakat sebagai Fakta Sosial yang bersifat eksternal, general dan koersif ataukah masyarakat itu merupakan hasil dari konstruksi sosial individu.

 

3. paradigma deterministik atau voluntarisme ; apakah individu ditentukan dan dibentuk oleh struktur sosial atau sebaliknya

 

4. faktor material atau immaterial/ide ; apakah materi/infrastruktur yang menentukan munculnya kebudayaan atau kebudayaan/ide yang memengaruhi dimensi material kehidupan manusia

 

5. orientasi kolektifitas atau individualitas ; apakah teori sosiologi berorientasi kepada kohesi sosial dan keberlangsungan hidup masyarakat atau sebaliknya

 

6. fokus pada aspek statis/keseimbangan atau aspek dinamis/perubahan ;  apakah teori sosiologi cenderung fokus kepada keteraturan dan harmoni sosial atau teori sosiologi fokus kepada konflik dalam masyarakat

 

7. berorientasi reformasi sosial atau sekedar mengembangkan ide mengenai masyarakat : apakah sosiologi bertujuan  tidak hanya akan mengungkapkan prinsip-prinsip sosial tetapi juga akan menerapkannya pada perbaikan masyarakat seperti sosiologi Comte atau, sosiologi sebatas menganalisa masyarakat seperti yang dikehendaki oleh Herbert Spencer. Spencer meyakini bahwa sosiologi seharusnya tidak mencampuri proses evolusi masyarakat

 

8. konservatif atau progresif : apakah teori sosiologi ingin mempertahankan status quo atau merubah struktur sosial

 

9. bebas nilai atau sarat  nilai/kepentingan ; apakah teori sosiologi berusaha menjaga jarak dengan kepentingan atau sosiologi memiliki nilai-nilai tertentu yang diperjuangkan

 

10. teoritis atau relevan ;  apakah teori sosiologi hanya mengamati realitas sosial atau teori sosiologi berupaya mengatasi dan memperbaiki realitas sosial yang ada

 

11. strukturalis atau interaksionis ; apakah realitas sosial dipengaruhi oleh struktur atau realitas sosial dipengaruhi oleh proses pemaknaan

 

12. apakah agen/individu mempengaruhi struktur atau sebaliknya. Hal ini terkait dengan pertanyaan fundamental dalam sosiologi, yaitu apakah manusia yang menciptakan masyarakat/struktur sosial atau sebaliknya masyarakat/struktur sosiallah yang menentukan manusia.

 

13. positivis/naturalis atau humanistis/interpretatif : apakah sosiologi bersifat empiris dan menganggap sosiologi tunduk kepada hukum-hukum determinis seperti layaknya hukum-hukum yang mengatur ilmu alam atau apakah sosiologi berkembang sesuai dengan sifat manusiawi individu

 

 

14. fakta sosial/natur atau konstruksi sosial/nurture; apakah realitas sosial bersifat alamiah tanpa campur tangan manusia atau apakan realitas yang dianalisa oleh sosiologi merupakan bentukan manusia

 

15. metode individualisme atau metode holisme : apakah teori sosiologi mengakui kemampuan individu menafsirkan realitas sosial seperti teori Weber atau teori sosiologi menekankan pada keperkasaan struktur dalam mengatasi individu

 

16. kuantitatif atau kualitatif ; apakah teori sosiologi mencoba melakukan kuantifikasi terhadap realitas sosial atau melihat realitas sosial sebagai sebuah fenomena yang unik dan  khas. Metode kuantitatif bersifat positivis, berbeda dengan metode kualitatif yang bersifat interpretatif

 

17.apakah sosiologi mengadopsi metodologi ilmu alam atau apakah sosiologi memiliki metodologi tersendiri

 

18. apakah teori sosiologi menggunakan pendekatan naturalistik, sehingga seorang peneliti harus bersikap objektif dengan menjaga jarak dengan objek yang ditelitinya atau teori sosiologi menggunakan pendekatan yang menekankan Verstehen (pemahaman mendalam)

 

19. teori yang beraliran konsensus, yang memandang masyarakat sebagai sebuah kesatuan atau teori konflik yang menganggap setiap manusia  memiliki kepentingan yang berbeda sehingga masyarakat tidak dapat dianggap sebagai sebuah konsensus

 

Dikotomi dan polarisasi sebagaimana yang dijelaskan di atas sudah sedemikian akut sehingga sosiologi sempat diragukan kemampuannya dalam menjelaskan realitas sosial mengingat terlalu banyaknya perspektif yang berbeda.

 

Walaupun terdapat berbagai teori yang  bertentangan satu sama lain, tetapi Poloma menganggap bahwa keragaman teori sosiologi tersebut berasal dari keragaman asumsi mengenai hakikat manusia dan masyarakat. Mengingat adanya perbedaan-perbedaan yang mendasar dan perbedaan pendapat mengenai peranan yang harus dimainkan oleh para ahli sosiologi didalam masyarakat luas, maka pendekatan tentang teori sosiologi  akan terus terjadi di masa yang akan datang.

 

Kontroversi-kontroversi yang ada harus tidak dipandang sebagai problematik, melainkan harus dianggap sebagai pertanda vitalitas dan pertumbuhan. Masing-masing teri membantu bagi kepingan kecil / mosaik pemahaman yang lebih baik atas manusia dan dunia sosial dimana mereka hidup.(Poloma, 2004)

 

Anthony Giddens juga menganggap bahwa beragamnya pendekatan dalam sosiologi bukan merupakan semuah kemunduran, tetapi malah menunjukkan adanya perkembangan baru yang positif. Giddens menjelaskan bahwa kemunculan beragam teori sosial yang saling bersaing ini secara laten mengindikasikan adanya kecenderungan integrasi diantara teori-teori yang dipermukaan seakan-akan saling bertentangan.

 

Sebagai contoh, adalah teori Etnometodologi, yang menganalisa kehidupan sosial melalui interpretasi penggunaan bahasa. Teori itu seakan-akan dilihat oleh penentangnya sebagai pembelot radikal dari kerangka berfikir teori sosial.

 

Akan tetapi, sekarang semakin nampak jelas kalau tulisan-tulisan yang ditulis dalam kerangka etnometodologi telah banyak memberikan kontribusi besar dalam memahami masalah-masalah yang dihadapi setiap orang yang bekerja di dalam teori sosial dan teori tersebut telah memberikan pengayaan terkait dengan berbagai masalah penting dalam teori sosial. (Giddens, 2008)

 

 

 

REFERENSI :

 

Anthony Giddens, Teori Strukturasi, Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka, 2010

 

Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, Jakarta : Kencana,2015

Geger Riyanto, Peter L.Berger, Perspektif Metateori Pemikiran,Jakarta : LP3ES,2009

 

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana, tanpa tahun

 

Ken Plummer, Sosiologi the Basics, Jakarta : RajaGrafindo, 2011

Margaret  M.Poloma, Sosiologi Kontemporer,Jakarta : RajaGrafindo,2014

 

Peter L.Berger, Tafsir sosial atas kenyataan, risalah tentang sosiologi pengetahuan, Jakarta : LP3ES, 1990

 

K.J.Veeger, Realitas Sosial, Jakarta : Gramedia, 1985

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORDE BARU