MASYARAKAT SEBAGAI REALITAS SOSIAL ; PERCIKAN PEMIKIRAN PETER L BERGER
MASYARAKAT SEBAGAI REALITAS
SOSIAL ; PERCIKAN PEMIKIRAN PETER L BERGER
Peter L Beger merupakan pemikir sosial yang banyak
memengaruhi arus pemikiran sosiologi. Sebagai seorang tokoh yang muncul di era
modern, Berger mampu melihat gejala sosial yang relevan dengan perspektif
sosiologi kekinian.
Dalam ranah spektrum pemikiran sosiologi, Berger merupakan
tokoh yang menganut aliran konstruksionisme. Konstruksionisme merupakan
perspektif sosiologi yang ingin menjadi jembatan antara berbagai perspektif
sosiologi lainnya yang saling bertentangan.
Pemikiran Berger salah satunya tertuang dalam bukunya yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Tafsir Sosial Atas Kenyataan”. Bukunya
tersebut ditulis bersama dengan Thomas Luckmann.
Berger menitikberatkan analisanya mengenai masyarakat dari
dua sisi yang bertentangan atau kontrakdiktif. Berger menganggap bahwa
masyarakat sebagai realitas sosial yang bersifat subjektif dan sekaligus
bersifat objektif. Sikap Berger ini menunjukkan upayanya untuk menjembatani
pemikiran Durkheim dan Weber.
Berger memang mengakui bahwa masyarakat disatu sisi
merupakan realitas objektif dalam hubungannya dengan lembaga-lembaga sosial
sebagaimana yang diyakini oleh Durkheim dan Kalangan fungsionalisme struktural,
tetapi Berger menganggap bahwa masyarakat
juga merupakan produk manusia.
Masyarakat tidak pernah berhenti dalam proses
pembentukannya, tetapi terus mengalami pembentukan melalui proses
eksternalisasi, objektifikasi dan internalisasi secara dialektis. Selain itu
sebagaimana pandangan para sosiolog interpretatif seperti Mead, Blumer,Goffman
dan Garfinkel, Berger juga melihat masyarakat sebagai realitas subjektif yang
terbentuk melalui proses interpretasi individu atas realitas.
Menurut Berger, walaupun terdapat hubungan simetris antara
relitas objektif dan realitas subjektif namun selalu ada realitas yang “lebih”
objektif yang yang dapat diinternalisir oleh seorang individu saja sehingga
proses sosialisasi yang dialami oleh
individu tidak pernah merupakan proses yang lengkap dan sempurna.
Ada aspek-aspek realitas subjektif yang tidak dilahirkan
dalam sosialisasi sebagaimana aspek-aspek relitas objektif objektif yang belum
diinternalisasi.Karena sosialisasi tidak pernah sempurna, selalu ada
tantangan untuk memelihara realitas, khususnya kebutuhan untuk mengawal
hubungan simetris antara realitas subjektif dan realitas
objektif.(Poloma,2004). Dengan kata lain terdapat hubungan timbal balik, disatu
sisi manusia “menciptakan” masyarakat di sisi lain masyarakat “menciptakan”
manusia.
Masyarakat sebagai realitas sosial merupakan hasil
konstruksi sosial yang terjadi melalui proses institusionalisasi, legitimasi
dan sosialisasi. Dalam proses institusionalisasi, terjadi pembentukan
pola,aturan atau peran diantara sekelompok orang (melalui proses eksternalisasi
dan objektifikasi).
Pembentukan pola ini berhasil apabila tindakan sekelompok
individu tersebut dirasa berhasil dan relevan untuk memenuhi kebutuhan
kolektifnya pada situasi tertentu.Setelah proses institusionalisasi berhasil,
institusi yang baru terbentuk ini dilegitimasi atau dijustifikasi dengan
penjelasan-penjelasan logis.
Legitimasi dapat mengamankan atau mengekalkan sebuah
institusi. Kemudian institusi dipertahankan melalui sosialisasi kepada
anggota-anggota baru (melalui proses internalisasi).(Riyanto,2009)
Pemikiran Berger terutama terkait dengan teori Konstruksi
Sosialnya sebenarnya dipengaruhi oleh pemikiran dan teori beberapa tokoh
diantaranya :
● Karl
Marx : konsep dialektika kehidupan sosial antara aspek materiil
dan aspek ideal dan dialektika antara infrastruktur dan suprastruktur.
● Max
Weber : Realitas sosial merupakan hasil pemahaman subjektif
●
Emile Durkheim : masyarakat
merupakan realitas objektif dan sebagai Fakta Sosial
●
G.H.Mead : konsep sosialisasi peran
●
Alfred Schutz : mengkaji proses ketika ego membangun
pengetahuannya melalui pengalaman individu yang subjektif
● Karl
Manheim : Ideology and utopia ,
menganggap bahwa ideologi adalah pengetahuan kelas yang berkuasa sedangkan
utopia merupakan pengetahuan kelas bawah
Perbedaan konsepsi alienasi antara Karl Marx dan Berger
adalah perbedaan pada tingkatan pemaknaan, bukan pada tingkatan teoritis. Bagi
Marx, yang berorientasi revolusioner, alienasi adalah suatu proses pelupaan
manusia terhadap kodratnya, sehingga manusia tidak menyadari bahwa dirinya
ditindas oleh struktur sosial yang tidak mengakomodasi jiwa sosial dan
produktivitasnya.
Sedangkan bagi Berger, meski mengakui konsepsi Marx
tersebut, tetapi alienasi menurutnya dapat berfungsi memberikan kenyamanan
eksistensial bagi manusia yang mengalaminya, sehingga alienasi tidak dapat
dimaknai semata-mata negatif.
Teori Konstruksi Sosial Berger muncul sebagai jawaban atas
tantangan yang dihadapi oleh sosiologi. Tantangan tersebut adalah apakah
berbagai arus pemikiran dan teori sosiologi yang ada mampu terintegrasi dan
terpadu serta memiliki kemampuan lebih untuk memberikan eksplanasi terhadap
berbagai realita yang sering berubah.
Pada kenyataannya di dalam tubuh sosiologi terdapat
disparitas paradigma dan teori yang saling bertentangan satu sama lain,
misalnya dijelaskan oleh keterangan berikut ;
1. Kontradiksi antara paradigma Fakta Sosial
(makro-struktual),Defenisi Sosial (mikro-subjektif) dan Perilaku Sosial
(Behaviorisme)
2.Kontradiksi antara
paradigma Nominalisme/individualisme yang berorientasi kepada Agen dan
paradigma Realisme/Holisme yang berorientasi struktur
3.Kontradiksi antara
metode objektif dalam mengamati realitas sosial dan metode pemahaman subjektif
melalui Imajinasi sosiologis.
4.Kontradiksi antara sosiologi kuantitatif dengan metode empiris yang berusaha menggali
struktur sosial secara teliti dan objektif dan sosiologi kualitatif dengan melakukan analisis yang sarat dengan interpretasi dan berusaha
mengkonstruksi masyarakat yang ditelitinya sebagai realitas subjektif dan
membangun narasi tentang masyarakat tersebut.
5.Kontradiksi antara teori konsensus dan teori konflik.
Teori yang beraliran konsensus adalah teori yang memandang masyarakat merupakan
sebuah kesatuan, sementara teori yang beraliran konflik adalah sebaliknya,
setiap manusia dianggap memiliki kepentingan yang berbeda, maka masyarakat
tidak dapat dianalogikan sebagai sebuah konsensus.
6.Kontradiksi antara pendekatan makro-struktural (Durkheim dan Marx) dan pendekatan
mikro-subjektif (Mead dan Schulzt)
7.Kontradiksi antara sosiologi potitivis yang bersifat
sangat mekanis serta berusaha mengembangkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
empiris dan bebas nilai dan sosiologi Humanis yang berusaha menginterpretasikan
tindakan manusia dan mendasarkan pada realitas kesadaran manusia.
8. Kemandegan teori sosial.Teori sosial yang ada tidak ada
yang menjelaskan tentang hubungan timbal balik antara individu (self/Diri)
dengan dunia sosio-kulturalnya
9. Realitas yang ada semakin kompleks sehingga tidak ada
kenyataan sosial yang bersifat tunggal
10.Manusia adalah makhluk yang paradoksal dan memiliki
banyak dimensi, sedangkan teori sosiologi yang ada (sosiologi positivis)
cenderung mereduksi hakekat manusia dengan menganggap manusia sebagai individu
yang pasif dan selalu tunduk kepada realitas yang ada.
Teori Konstruksi Sosial Berger dalam ranah teori sosiologi
termasuk dalam aliran Methological-Relationism
yang berusaha menjembatani dikotomi antara pendekatan yang menekankan agen dan
pendekatan yang menekankan struktur. Teori Methodological-relationism
melihat adanya hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antara Agen dan
struktur.
Teori Konstruksi Sosial Berger merupakan pemikiran yang
bertolak dari permasalahan Sosiologi
Pengetahuan. Sosiologi pengetahuan berupaya menganalisa hubungan antara manusia
dan pengetahuan. Menurut Berger, hubungan antara manusia dan pengetahuan
bersifat resiprokal, terdapat hubungan timbal balik dan saling memengaruhi
antara keduanya, hal itu disebabkan pengetahuan manusia tidak bisa lepas dari
subjektifitas individu yang mengetahuinya. Pengetahuan dan eksistensi merupakan
dua hal yang tidak bisa dipisahkan.(Manheim,1991)
REFERENSI
:
Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, Materialisme
Dialektis dan Materialisme Historis, Yogyakarta : LkiS, 2007
Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Suatu
Analisis Terhadap Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, Jakarta : UI Press,
1986
Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan,
Jakarta : Prenada, 2014
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post-Modernisme,Jakarta : Kencana,2013
Ben Agger, Teori Sosial Kritis, Kritik, Penerapan dan
Implikasinya,Yogyakarta : Kreasi Wacana,2017
Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, Jakarta : Kencana,2015
Frans Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, Dari Sosialisme Utopis
Ke Perselisihan Revisionis, Jakarta : Gramedia, 1999
Francisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi, Pertautan Pengetahuan
Dan Kepentingan,Yogyakarta : Kanisius,1990
Geger Riyanto, Peter L.Berger, Perspektif Metateori
Pemikiran,Jakarta : LP3ES,2009
George Ritzer, Teori Marxis dan Berbagai Ragam Teori
Neo-Marxian, Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2016
Herbert Marcuse, Manusia Satu Dimensi, Bentang : Yogyakarta, tanpa
tahun
Jon Elster, Marxisme, Analisis Kritis, Jakarta : Prestasi
Pustakaraya, 2000
Komentar
Posting Komentar