METODE SOSIOLOGI AUGUSTE COMTE

 

METODE SOSIOLOGI AUGUSTE COMTE

 

 

Sosiologi merupakan ilmu yang lahir relatif baru jika dibandingkan dengan disiplin keilmuan lainnya di bidang sosial humaniora seperti ekonomi atau sejarah. Sosiologi muncul dilatarbelakangi oleh Revolusi Prancis. Revolusi Prancis telah merombak tatanan kehidupan sosial-budaya dan juga ekonomi serta politik dan seluruh aspek kehidupan lainnya.

 

Bentuk-bentuk masyarakat lama telah runtuh akibat Revolusi Prancis, sedangkan bentuk-bentuk masyarakat baru  belum sempurna terbentuk. Ukuran-ukuran lama yang merupakan pedoman bagi orang telah tidak berlaku lagi, tetapi ukuran-ukuran baru belumlah terdapat.

 

Revolusi Prancis memunculkan perubahan-perubahan yang menarik perhatian di kalangan ilmuan, bukan saja pada dampak positifnya, tetapi pada dampak negatifnya, yakni kerusakan atau kehancuran tatanan sosial sehingga memunculkan ketidakpuasan yang meluas dalam masyarakat.

 

Akibatnya, muncul keinginan membentuk gagasan tentang landasan-landasan guna memperbaiki tatanan masyarakat yang telah dijungkirbalikkan oleh revolusi-revolusi politis abad 18 dan 19 Masehi.

 

Kelahiran sosiologi sebagai ilmu tidak dapat dilepaskan dari peranan Auguste Comte. Comte adalah orang pertama yang memakai nama sosiologi. Pada mulanya ia menggunakan istilah fisika sosial, alasannya Comte ingin menjadikan sosiologi sebagai ilmu sebagaimana fisika yang berfokus pada pencarian hukum-hukum kehidupan sosial sebagaimana hukum-hukum alam mengatur kehidupan.

 

Namun, Comte akhirnya tidak jadi menggunakan istilah fisika sosial dan akhirnya menggunakan istilah sosiologi. Alasannya, istilah fisika sosial telah digunakan oleh ahli matematika Belgia, Quetelet. Istilah fisika sosial digunakan untuk memberikan label bagi studi statistika tentang gejala moral.

 

Comte merupakan tokoh terkemuka bagi perkembangan sosiologi positivistik. Walaupun demikian, Comte tidak dapat dilepaskan dari mentornya, yakni Henry de Saint Simon. Ide Comte berasal dari Simon. Gagasan posiitvisme dikemukakan oleh Comte dan Simon yang memberikan namanya. Dengan demikian, Comte dan Simon dapat dikatakan sebagai bapak bagi arah baru yang berpengaruh dalam ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

 

Metode positif memiliki beberapa ciri, di antaranya ;

 

1.metode positif berarti metode ini diarahkan pada fakta-fakta, bukan pada misteri-misteri karena bukan faktual

2.metode ini mengarahkan pada hal-hal yang berguna, yakni perbaikan secara terus menerus terhadap masyarakat-tidak sekedar memenuhi keingintahuan

3.metode ini menuntut kepastian

4.metode ini mengarah pada kecermatan

 

Sarana pembantu bagi metode positif adalah :

1.pengamatan

2.perbandingan

3.eksperimen

4.metode historis

 

Comte sangat membanggakan positivisme sehingga ia sangat gencar mengampanyekan agar positivisme dijadikan sebagai agama kemanusiaan guna menandingi agama-agama formal.

 

Positivisme merupakan aliran filsafat yang berkembang pertama kali di Eropa pada abad 18 M. Positivisme pertama kali dikemukakan oleh Isidore  Auguste Marie Francois Xavier atau yang lebih dikenal dengan August Comte (1798-1857 M). Filsafat Positivisme Comte sebenarnya berakar dari pemikiran Henri de Saint Simon, seorang tokoh filsafat Inggris.

 

Positivisme telah berhasil melakukan perubahan besar dalam kehidupan umat manusia. Manusia modern enggan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dimengerti secara rasional. Positivisme telah mengembangkan akal budi manusia.  Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan kebudayaan materiil menunjukkan salah satu pengaruh dari Positivisme.

 

Positivisme dianggap gagal dalam penerapannya pada ilmu-ilmu sosial, Hal itu dikarenakan objek observasinya berbeda dengan objek pada ilmu-ilmu alam, yaitu manusia dan masyarakat. Berbeda dari proses-proses alam yang dapat diprediksi dan dikuasai secara teknis, proses-proses sosial terdiri dari tindakan-tindakan manusia yang tidak dapat begitu saja dapat diprediksi, apalagi dikuasai secara teknis.

Positivisme Comte telah berpengaruh besar terhadap perkembangan sosiologi klasik yang umumnya bercorak konservatisme, reformisme, dan scentisme. Sosiologi Positivis Comte tidak berpusat pada individu, tetapi pada kesatuan sosial yang lebih besar, seperti keluarga dan struktur sosial.

Pengaruh Positivisme dalam sosiologi ditandai oleh munculnya fungsionalisme yang kemudian menjadi teori dominan di dalam Sosiologi. Melalui sejumlah tokoh, seperti Emile Durkheim yang kemudian dilanjutkan oleh Talcott parson dan R.K. Merton teori fungsionalisme mengalami perkembangan yang pesat walaupun pengaruhnya makin berkurang pada dekade 1960-an.

 

Gagasan lain yang menyebabkan Comte diposisikan sebagai tokoh penting dalam sosiologi yakni, dia mengembangkan suatu sistem teoretis yang jauh lebih canggih daripada pendahulunya, sistem yang memadai untuk membentuk porsi yang baik sosiologi awal.

 

Pandangan Comte tentang organisme sosial sebagai pokok kajian sosiologi ikaitkan dengan analisis struktur dan fungsi, yakni fakta-fakta sosial dikaji dengan mengacu kepada konsekuensinya untuk mempertahankan kondisi normal masyarakat secara keseluruhan.

 

Pola ini berkaitan dengan kemajuan biologi di Prancis bahkan di Eropa daratan sehingga ilmu sosial pun terpengaruh dengannya. Konsep struktur dan fungsi sebenarnya merupakan konsep biologis yang diintrodusir ke dalam ilmu sosial khususnya sosiologi.

 

Comte juga memberikan gagasan  mengenai konsensus. Gagasan ini sejalan dengan penekanan Comte pada karakter sistematis masyarakat. Kondisi ini bisa diwujudkan jika komponen-komponen masyarakat yang bisa bekerja melalui konsensus.

 

 

 

 

REFERENSI :

 

Anthony Giddens, Teori Strukturasi, Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka, 2010

 

Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, Jakarta : Kencana,2015

Geger Riyanto, Peter L.Berger, Perspektif Metateori Pemikiran,Jakarta : LP3ES,2009

 

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana, tanpa tahun

 

Ken Plummer, Sosiologi the Basics, Jakarta : RajaGrafindo, 2011

Margaret  M.Poloma, Sosiologi Kontemporer,Jakarta : RajaGrafindo,2014

 

Peter L.Berger, Tafsir sosial atas kenyataan, risalah tentang sosiologi pengetahuan, Jakarta : LP3ES, 1990

 

K.J.Veeger, Realitas Sosial, Jakarta : Gramedia, 1985

 

Bawa Atmaja, Nengah, Sosiologi Media, Perspektif Teori Konflik, Depok ; RajaGrafindo 2018

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORDE BARU