METODE SOSIOLOGI DALAM MENGKAJI MASYARAKAT
METODE SOSIOLOGI DALAM MENGKAJI MASYARAKAT
Pitirim Sorokin menilai bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial seperti gejala agama, hukum, ekonomi dan lain sebagainya
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok
Sosiologi adalah penelitian secara
ilmiah terhadap interaksi sosial yang menghasilkan organisasi sosial. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil
Max Weber salah seorang pionir sosiologi
menyatakan bahwa, sosiologi merupakan ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan
sosial
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan di antara manusia
dan kelompok, kelompok dan kelompok baik kelompok formal maupun kelompok
material atau baik kelompok yang statis maupun kelompok yang dinamis.
Dalam kajiannya mengenai masyarakat,
sosiologi memiliki sejumlah metode
ilmiah, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
1.METODE
KUANTITATIF
Metode kuantitatif merupakan salah satu metode penelitian yang
dikenal dalam penelitian sosial. Metode kuantitatif dibedakan dengan metode
kualitatif.
Kalau metode kualitatif merupakan penelitian yang basis datanya
berupa tulisan, narasi, foto atau gambar, maka metode kuantitatif sebaliknya.
Penelitian kuantitatif menggunakan angka dan data-data statistik sebagai
instrumen penelitiannya.
Metode kuantitatif lahir dan berkembang dari tradisi atau arus
utama (mainstream) ilmu-ilmu sosial Prancis dan Inggris yang kental dipengaruhi
oleh tradisi ilmu-ilmu alam (natural science)
Metode kuantitatif juga dipengaruhi oleh
tradisi berfikir Prancis yang cenderung positivis / naturalis / Saintifis /
empiris / behavioris
Selain itu metode kuantitatif juga dipengaruhi oleh aliran
filsafat materialisme, realisme, naturalisme, empirisme, dan positivisme.
Positivisme itu sendiri merupakan suatu aliran filsafat yang pertama kali
dikemukakan oleh Auguste Comte.
kuantitatif dipengaruhi oleh ilmu sosial
Positivisme dengan tanpa syarat menerima doktrin “angka”, “representatif’,
“reduksionisme”, “netralitas”, dan “validitas data”.
Penelitian kuantitatif menggunakan analisis statistik
dan memfokuskan diri pada pencarian hubungan kausalitas atau hubungan antarvariabel.
Penelitian kuantitatif bertujuan menjelaskan fenomena sosial (explanation)
Penelitian kuantitatif berpijak pada diskursus
resmi atau arus utama seperti angka,statistik, uji hipotesis dan lain
sebagainya. Penelitian kuantitatif Percaya bahwa realitas sosial itu bersifat
tunggal atau sekurang-kurangnya “ganda’, ‘statis”, dan ‘hasil dari tindakan”
Penelitian kuantitatif mengasumsikan realitas
sosial sebagai sesuatu yang ‘monolitik’, sebagaimana yang diyakini oleh ilmu
alam. Penelitian kuantitatif sangat mempercayai metode pengetahuan tunggal yang
antara lain diambil dari fisika sehingga menempatkan ‘kebenaran’ dengan standar
pengukuran
Penelitian kuantitatif meyakini bahwa semua
konsep, variabel harus dapat diukur. Penelitian kuantitatif percaya bahwa
metode survei sebagai instrumen final untuk menangkap realitas sosial
Penelitian kuantitatif mereduksi makna ke dalam
pola dominan untuk memperoleh tren, pola, tipologi yang dianggapnya sebagai
kebenaran yang ‘objektif”, ‘valid”, dan “reliabilitas”. Penelitian kuantitatif melihat
hubungan antara peneliti dan yang diteliti bersifat sangat hierarkis, peneliti
memosisikan diri secara independen (otonom, canggih dan intelektual) yang
membedakan dengan yang diteliti yang diposisikan sebagai responden.
Penelitian kuantitatif cenderung menekankan
pada representasi dan lebih suka menguji teori atau hipotesis, mencari tren dan
faktor-faktor penyebab (kausalitas).
Penelitian kuantitatif menolak metode yang
menekankan pada subjektivitas, refleksivitas, multi paradigma, multi metode,
sebagaimana yang dikembangkan oleh metode kualitatif. Penelitiannya berhenti
pada tradisi baku kuesioner, teknik sampling, sebuah metode yang eksploitatif
karena memosisikan subjek sebagai “mesin data”, sebuah metode yang menekankan
pada aspek-aspek prosedur dan membanggakan alat yang tunggal dalam sebuah
survei.
Penelitian kuantitatif menandaskan pada teori
tertentu untuk menyusun variabel, hipotesis yang bertujuan menguji kebenaran
sebuah teori, yaitu menerima atau menolak sebuah teori. (Jacky, 2015)
Kata kunci yang sering digunakan dalam
penelitian kuantitatif antara lain ;
-faktor
-variabel
-instrumen pengukuran
-validitas
-realibilitas
-objektivitas
-populasi, sampel
-responden (Bungin, 2012)
Penelitian kuantitatif dianggap memiliki
sejumlah kelebihan atau keunggulan tertentu, di antaranya adalah ;
-penelitian kuantitatif dianggap lebih mendekati objektivitas
-penelitian kuantitatif dianggap lebih ilmiah
-penelitian kuantitatif dianggap lebih
menggunakan metode-metode yang akurat
-penelitian kuantitatif dianggap tidak
mengandung unsur subjektivitas
-penelitian kuantitatif dianggap dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah
-penelitian kuantitatif dianggap mampu
menjelaskan fenomena sosial secara lebih memadai
2.METODE KUALITATIF
Fenomena sosial dalam kaca mata ilmu-ilmu sosial memerlukan
penjelasan, dan penjelasan mengenai fenomena sosial yang ada hanya dapat dikaji
dan dipahami melalui penelitian yang bersifat ilmiah dan objektif.
Penelitian ilmiah yang mengkaji fenomena sosial
kemasyarakatan dikenal dengan istilah penelitian sosial. Penelitian sosial
dengan demikian merupakan sebuah upaya untuk mengungkap rahasia fenomena sosial
yang berlangsung di masyarakat.
Secara umum terdapat dua jenis penelitian sosial, yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif
memusatkan perhatiannya pada gejala-gejala yang mempunyai karateristik tertentu
dalam kehidupan manusia, yang dinamakan variabel.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif, perhatiannya
dipusatkan pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan
atau pola-pola gejala yang ada dalam kehidupan manusia.
Dalam penelitian kuantitatif hakekat hubungan di antara
variabel-variabel dianalisis dengan menggunakan teori yang objektif, sedangkan
dalam penelitian kualitatif yang dianalisa adalah gejala-gejala sosial dan
budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku yang
kemudian dianalisis kembali dengan mengunakan teori yang objektif.
Karena sasaran
kajian dari penelitian kuantitatif adalah gejala-gejala sedangkan
gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia itu tidak terbatas banyaknya,
dan tidak terbatas pula kemungkinan-kemungkinan variasi dan hierarkina, maka
diperlukan juga pengetahuan statistik. Pengetahuan tersebut berguna untuk
menggolong-golongkan dan menyederhanakan hierarki yang ada dengan ketepatan
yang dapat diukur termasuk juga penyimpangan-penyimpangannya.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif sasaran kajiannya
adalah pola-pola yang berlaku yang merupakan prinsip-prinsip yang secara umum
dan mendasar berlaku dan menyolok berdasarkan atas perwujudan dari
gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia.
Analisis terhadap gejala-gejala tersebut tidak dapat tidak
harus menggunakan kebudayan yang bersangkutan sebagai kerangka acuannya, karena
kalau menggunakan kebudayaan lain atau kerangka acuan lainnya, maka maknanya
menjadi tidak objektif, sehingga pendekatan kuantitatif menjadi tidak relevan.
Untuk dapat memperoleh data mengenai pola-pola yang ada , sesuai dengan sasaran
atau masalah penelitan diperlukan informasi selengkap dan sedalam mungkin
mengenai gejala-gejala yang ada dalam kehidupan masyarakat yang diteliti.
Gejala-gejala tersebut dilihat sebagai satuan-satuan yang
masing-masing berdiri sendiri tetapi satu sama lainnya saling berkaitan dan
merupakan satu kesatuan yang bulat dan menyeluruh. Dalam penelitan kualittaif
tidak dibutuhkan sampel, melainkan kasus yang diteliti secara mendalam dan
menyeluruh untuk memperoleh gambaran mengenai pola-polanya.
Dapat disimpulkan bahwa dalam studi kasus terdapat sejumlah
karateristik yang khas, yaitu :
1. Menyajikan deskripsi yang mendalam dan lengkap sehingga
informasi-informasi yang disampaikannya nampak hidup sebagaimana adanya dan
pelaku-pelaku mendapat tempat untuk memainkan peranannya
2. Bersifat grounded atau berpijak di bumi yaitu
betul-betul empirik sesuai konteksnya
3. Bercorak holistik
4.Menyajikan informasi yang berfokus dan berisikan
pernyataan-pernyataan yang perlu-perlu saja, yaitu mengenai pola-polanya
5. Mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan para
pembacanya karena disajikan dengan bahasa biasa dan bukannya dengan bahasa
teknis angka-angka
Dengan demikian, perbandingan antara kedua metode tersebut
adalah sebagai berikut :
METODE KUANTITATIF :
•
Mengutamakan penggunaan ‘angka-angka” (numbers)
•
Penyajiannya berbentuk tabel, grafik, diagram, prosentase
•
Menggunakan teknik kuesioner
•
Variabel dalam hipotesis ganda
•
Metode deduktif
•
Subjek diperlakukan sekedar “objek data” dan “pelengkap
data”
•
Mencoba untuk menguji kebenaran suatu teori
METODE KUALITATIF :
•
Tidak menggunakan angka
•
Penyajiannya bersifat deskriptif
•
Menggunakan teknik observasi & wawancara
•
Variabel dalam hipotesis tunggal
•
Metode induktif
•
SSubjek sebagai orang yang paling berdaulat,
otoritatif dan sah atas dunianya
•
Mencoba membangun konsep dan teori baru
REFERENSI :
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta :
RajaGafindo, Persada, 2012
Kontjaraningkat, Metode-metode Penelitian Masyarakat
M. Jacky, Sosiologi, Konsep, Teori, dan Metode, Jakarta :
Mitra Wacana Media, 2015
Parsudi Suparlan, pengantar metode penelitian, dalam Dari
Masyarakat Majemuk menuju masyarakat multikultural, Jakarta : YPKIK, 2008
Komentar
Posting Komentar