ORIENTASI SOSIOLOGI ; OBJEKTIF ATAU SUBJEKTIF ?
ORIENTASI SOSIOLOGI ; OBJEKTIF ATAU SUBJEKTIF ?
Sosiologi merupakan cabang dari rumpun ilmu sosial yang
memiliki objek kajian manusia yang hidup dalam suatu kelompok yang disebut
masyarakat. Di dalam kehidupan sosial sendiri terdapat gejala-gejala sosial
yang berupa hubungan sosial, karena hubungan sosial tersebut terbentuklah
kelompok sosial, pelapisan sosial, lembaga sosial, interaksi sosial, perubahan
sosial, pengelompokan sosial, dinamika sosial dan gejala-gejala sosial lainnya.
Sosiologi berasal dari istilah socio dan logos yang berarti
ilmu tentang masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai
kehidupan manusia dan interaksi antarmanusia serta proses-proses sosial yang
mengiringinya.
Pitirim Sorokin menilai bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan penagruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial seperti gejala agama, hukum, ekonomi dan lain sebagainya
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok. Sosiologi adalah penelitian secara
ilmiah terhadap interaksi sosial yang menghasilkan organisasi sosial
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat
stabil. Max Weber salah seorang pionir sosiologi menyatakan bahwa, sosiologi
merupakan ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan di antara manusia
dan kelompok, kelompok dan kelompok baik kelompok formal maupun kelompok
material atau baik kelompok yang statis maupun kelompok yang dinamis.
Sosiologi juga mempelajari mengenai statika sosial dan
dinamika sosial. Pandangan megenai statika sosial dan dinamika sosial dikemukakan oleh pendiri sosiologi, Auguste Comte.
Statika sosial adalah gagasan bahwa sosiologi
menganggap masyarakat bersifat statis dan sosiologi menitikberatkan perhatian
dan kajiannya terhadap struktur sosial. Sedangkan dinamika sosial adalah konsep
bahwa masyarakat merupakan aspek kehidupan sosial yang bersifat dinamis,
artinya masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial dan perubahan sosial
merupakan faktor yang menentukan perjalanan masyarakat.
Tokoh
lainnya yang berkontribusi mengembangkan sosiologi adalah Emile Durkheim. Durkheim dikenal sebagai tokoh yang berupaya untuk
menjadikan sosiologi menjadi sebuah disiplin ilmu yang otonom. Oleh karena itu
ia memisahkan antara filsafat dan psikologi-yang dianggapnya spekulatif-dengan
sosiologi (yang bersifat empiris).
Sosiologi Durkheim menjadi fondasi bagi perkembangan teori
fungsionalisme struktural yang merupakan sosiologi arus utama dalam ranah
teori-teori sosial khususnya sosiologi.
Secara politik, Durkheim adalah seorang liberal, tetapi secara
intelektual ia tergolong seorang konservatif. Durkheim menentang Revolusi
sebagaimana Comte Karena ia membenci kekacauan sosial. Intisari dari teori
Durkheim adalah tentang bagaimana membentuk suatu tatanan sosial yang langgeng
dan mewujudkan keteraturan sosial.Sebagian besar karya Dukheim tercurah pada
studi tentang tertib sosial. Menurutnya, kekacauan sosial bukanlah keniscayaan
dari kehidupan modern. Potensi kekacauan dapat dikurangi dengan melalui
reformasi sosial.
Durkheim terkenal dengan konsepsi sosiologisnya yang
mengagung-agungkan objektivitas. Menurut Durkheim, objektivitas dibutuhkan agar
sosiologi menjadi empiris dan dengan demikian sosiologi dapat menjelaskan
mengenai pelbagai aspek kehidupan manusia secara lebih ilmiah dan tidak
spekulatif.
Adapun
tokoh lain yang berseberangan dengan Durkheim adalah Max Weber. Max Weber (1864-1920) walaupun sebagaimana Comte dan
Durkheim yng sama-sama mengkaji mengenai masyarakat, namun Weber berbeda dengan
keduanya.
Weber tidak menggunakan pendekatan
positivistik dan objektif yang menekankan pada pengukuran,
melainkan menggunakan apa yang disebut Verstehen. Verstehen bermakna
pemahaman yang mendalam. Artinya, untuk mengerti perilaku secara penuh dan utuh, kita harus mempelajari makna
secara subjektif yang melekat pada aksi yang dilakukan orang-orang—bagaimana
mereka sendiri memandang dan menjelaskan perilaku mereka.
Pemahaman tindakan sosial dilakukan lewat
interpretasi secara subjektif dari tindakan sosial baik yang menyangkut motif
agar (mengapa, memhami) mupun motif karena (menjelaskan).
Gagasan mengenai objektivitas dan subjektivitas memang
telah lama menjadi perdebatan di dalam sosiologi. Objektivitas dan
subjektivitas menggambarkan apakan orientasi sosiologi mengarah kepada
empirisme yang bersifat bebas nilai atau pendekatan interpretatif yang bersifat
subjekti.
Fenomena sosial dapat dikatakan memiliki dimensi objektif
dan subjektif. Umumnya sebuah fenomena sosial objektif mempunyai wujud nyata,
wujud material, seperti aktor, tindakan, interaksi, struktur birokrasi, hukum
dan aparatur negara.
Adapula fenomena sosial objektif yang tidak mempunyai wujud
material seperti proses mental, konstruksi sosial tentang realitas (Berger),
norma dan nilai dan berbagai unsur budaya lainnya.
Sedangkan fenomena sosial subjektif antara lain meliputi
motif tindakan dan pemaknaan seperti
yang banyak dianalisa melalui teori interaksionisme.
Selain itu menurut Ritzer masih banyak fenomena yang berada
diantara dimensi objektif dan subjektif. Bahkan kenyataannya, sebagian besar
fenomena sosial tergolong ke dalam tipe campuran yang melambangkan kombinasi
unsur objektif dan subjektif. Oleh karena itu Ritzer kemudian membuat dimensi
hubungan objektif dan subjektif dalam sebuah kontinum seperti berikut :
|
objektif |
Aktor,tindakan,interaksi,struktur,birokrasi,
hukum |
Tipe campuran : kombinasi dalam berbagai tingkat unsur
objektif dan subjektif. Contoh ; keluarga, negara, pekerjaan dan agama |
Konstruksi sosial
tentang realitas, norma |
subjektif |
REFERENSI :
Anthony Giddens, Teori Strukturasi, Dasar-dasar Pembentukan
Struktur Sosial Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka, 2010
Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, Jakarta : Kencana,2015
Geger Riyanto, Peter L.Berger, Perspektif Metateori
Pemikiran,Jakarta : LP3ES,2009
George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana,
tanpa tahun
Ken Plummer, Sosiologi the Basics, Jakarta : RajaGrafindo,
2011
Margaret M.Poloma,
Sosiologi Kontemporer,Jakarta : RajaGrafindo,2014
Peter L.Berger, Tafsir sosial atas kenyataan, risalah
tentang sosiologi pengetahuan, Jakarta : LP3ES, 1990
K.J.Veeger, Realitas Sosial, Jakarta : Gramedia, 1985
Komentar
Posting Komentar