PARADIGMA PERILAKU SOSIAL ; PENGARUH BEHAVIORISME B.F.SKINNER

 

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL ; PENGARUH BEHAVIORISME B.F.SKINNER

 

PARADIGMA SOSIOLOGI

 

Istilah paradigma dikemukakan oleh Thomas Khun dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions (1962). Tesis utama Khun dalam bukunya tersebut adalah menentang anggapan umum yang berlaku mengenai cara terjadinya  perubahan ilmu pengetahuan.

 

Menurut pandangan orang awam dan bahkan kaum ilmuan, kemajuan ilmu terjadi secara akumulatif, setiap tahap kemajuan tanpa terelakkan dibangun di atas seluruh kemajuan yang telah dicapai sebelumnya.

Ilmu telah mencapai tingkat kemajuan yang sekarang  melalui kenaikan atau tambahan pengetahuan yang terjadi secara terus menerus dan lambat. Kuhn menganggap konsepsi tentang perubahan ilmu secara kumulatif ini sebagai mitos dan ia berusaha melenyapkannya.

 

Kuhn mengakui bahwa akumulasi memang berperan dalam kemajuan ilmu, tetapi perubahan besar sebenarnya terjadi sebagai akibat dari revolusi ilmu pengetahuan. Revolusi yang terjadi dalam ilmu pengetahuan mengakibatkan paradigma dominan yang telah mapan sebelumnya digulingkan dan diganti dengan paradigma yang baru. Menurut Kuhn, paradigma diartikan sebagai citra mendasar tentang apa yang menjadi masalah pokok ilmu di masa tertentu.

 

Konsep paradigma ilmu yang dikemukakan oleh Kuhn kemudian dikembangkan di dalam ilmu sosiologi. Adalah George Ritzer yang termasuk salah satu sosiolog yang mengembankan konsepsi mengenai paradigma sosiologi.

 

Menurut Ritzer, ilmu sosiologi adalah ilmu dengan paradigma ganda. Alih-alih memiliki satu paradigma, sosiologi ternyata terbelah menjadi sejumlah paradigma yang berbeda. Paradigma menentukan subjek yang dianggap penting, rumusan masalah bahkan jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan

 

 

APA ITU PARADIGMA PERILAKU SOSIAL ?

 

George Ritzer mengkategorikan teori-teori sosiologi yang ada ke dalam tiga paradigma besar. Ketiga paradigma tersebut adalah paradigma Fakta Sosial, paradigma Definisi sosial, dan paradigma Perilaku Sosial. Ritzer kemudian memosisikan Teori Pertukaran Sosial, bersama teori Sosiologi Behavioral ke dalam paradigma Perilaku Sosial. Paradigma Perilaku Sosial ini menurut Ritzer memiliki sejumlah karateristik sebagai berikut ;

 

♦ Didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi

 

♦ Memusatkan perhatiannya pada interaksi sosial

 

♦ Tidak mengakui arti penting individu

 

♦ Individu dianggap kurang memiliki kebebasan (behaviorisme)

 

♦ Tanggapan yang diberikan oleh individu tergantung atau ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya

 

♦ Menggunakan metode eksperimen

 

♦ Bersifat Mikro-Objektif . Skinner mengritik kedua paradigma lainnya yang menurutnya  terlalu memusatkan perhatiannya pada struktur sosial dan pranata sosial. Menurutnya, dengan memusatkan perhatiannya pada kedua hal tersebut, berarti menjauhkan sosiologi dari objek studi berupa barang sesuatu yang konkrit-realistis. Menurut Skinner, objek studi sosiologi yang konkrit-realistis itu adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya.

 

Penganut paradima definisi sosial mengaku memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Tetapi secara konseptual berbeda dengan paradigma definisi sosial. Bagi paradigma definisi sosial, aktor adalah dinamis dan mempunyai kekuatan kreatif di dalam proses interaksi. Aktor tidak hanya sekedar penanggap pasif terhadap stimulus tetapi menginterpretasikan stimulus yang diterimanya menurut caranya mendefinisikan stimulus yang diterimanya itu.

 

Bagi paradigma perilaku sosial, individu kurang sekali memiliki kebebeasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya. Jadi tingkah laku manusia lebih bersifat mekanik dibandingan dengan menuru pandangan paradigma definisi sosial. Sebagai perbandingan selanjutnya, paradigma fakta sosial melihat individu sebagai ditentukan oleh norma-norma, nilai-nilai, serta struktur sosial.

 

Perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial ini dengan paradigma fakta sosial terletak pada sumber pengendalian tingkah laku individu. Bagi paradigma fakta sosial, sebagaimana diutarakan di atas, struktur makroskopik dan pranata-pranata yang memengaruhi atau yang mengendalikan tingkah laku individu, bagi paradigma perilaku sosial persoalannya lalu bergeser.

 

Sampai seberapa jauh faktor struktur makroskopik dan pranata-ranata itu berpengaruh terhadap antarhubungan individu dan terhadap kemungkinan perulangan Kembali? Persoalan ini yang dicoba dijawab oleh teori-teori dalam paradigma perilaku sosial.

 

Paradigma perilaku sosial dipengaruhi oleh pemikiran Behaviorisme yang digaungi oleh B.F.Skinner

 

Teori yang bernaung dalam paradigma perilaku sosial antara lain ;

 

1.teori pertukaran sosial

2.teori perilaku sosial

 

 

TEORI PERTUKARAN SOSIAL

 

Salah satu perdebatan penting dalam teori sosial adalah mengenai apakah perilaku manusia merupakan hasil bawaan lahir yang bersifat herediter atau perilaku tersebut merupakan hasil dari proses pembiasaan atau yang juga dikenal dengan istilah sosialisasi. Pandangan ini menilai bahwa perilaku manusia semata-mata merupakan konsekuensi dari aspek-aspek internal yang tidak dapat berubah lagi.

 

Dalam sosiologi teori ini antara lain dicetuskan oleh Lombroso, seorang dokter bedah Italia abad 19. Lombroso setelah menganalisa fisik manusia kemudian menyimpulkan bahwa perilaku tertentu—dalam hal ini perilaku penjahat—adalah perilaku khusus yang terdapat pada orang-orang tertentu yang memiliki anatomi yang tertentu pula. Lombroso kemudian menyimpulkan bahwa para penjahat merupakan jenis manusia tertentu yang dapat dikenali dari bentuk fisiknya.

 

Pandangan kedua menilai sebaliknya. Pandangan ini berasumsi bahwa aspek fisik manusia tidak berpengaruh besar kepada perilakunya. Perilaku seseorang lebih ditentukan oleh adanya rangsangan dari luar manusia. Oleh karena itu pandangan ini menganggap bahwa perilaku manusia dapat dibentuk dengan memberikan rangsangan tertentu.

 

Perbedaan pandangan di atas dalam perkembangannya mendorong munculnya sejumlah teori yang menganalisa kehidupan sosial masyarakat, diantaranya adalah Teori Pertukaran. Teori Pertukaran Sosial (social exchange theory) didasarkan atas asumsi bahwa pertukaranlah yang menjadi dasar dari hubungan-hubungan sosial.

 

Teori Pertukaran Sosial didasarkan atas prinsip transaksi ekonomi yang elementer ; orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang dan jasa yang diinginkan.

 

Teori pertukaran sosial antara lain memiliki sejumlah asumsi dasar sebagai berikut :

 

→ Berangkat dari asumsi ; “Saya memberi supaya engkau memberi”.

 

→ Memiliki asumsi bahwa interaksi sosial memiliki kemiripan dengan transaksi ekonomi

 

→ Semua kontak di antara manusia bertolak dari skema memberi dan mendapatkan kembali dalam jumlah yang sama

 

→ Berpendapat bahwa tingkah laku manusia didasarkan atas pertimbangan untung dan rugi

 

→ Pertukaran (dalam bentuk pemberian hadiah misalnya) merupakan basis atau dasar kohesi sosial yang meningkatkan integrasi masyarakat

 

 

 

REFERENSI :

 

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta ; RajaGrafindo, 2004

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORDE BARU