TOKOH SOSIOLOGI KLASIK

 

TOKOH SOSIOLOGI KLASIK

 

Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar Sosiologi mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

 

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemantri, sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di dalamnya perubahan sosial

 

Sosiologi sebagai usaha ilmian untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi

 

Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehiduapn dan perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem sosial tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya memengaruhi sistem tersebut

 

Sosiologi merupakan ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal itu disebabkan karena sosiologi tidak pernah ‘sepi’ dari munculnya pemikiran-prmikiran tentang masyarakat yang disampaikan oleh sejumlah pemikir sosial. Pemikiran-permikiran tersebut muncul sejak awal kemunculan sosiologi sampai era kekinian.

 

Beberapa tokoh pemikir ilmu sosial awal yang memengaruhi perkembangan sosiologi antara lain ;

 

1.Auguste Comte

 

Auguste Comte dikenal sebagai pendiri sosiologi atu peletak dasar sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Awalnya, Comte menamakan ilmu yang ia gagas tersebut dengn istilah fisika sosial (social physic). Alasan yang digunakan Comte adalah ia ingin menjadikan ilmu tersebut sebagai ilmu sebagaimana fisika yang terfokus pada pencarian hukum-hukum kehidupan sosial.

 

Namun ia akhirnya mengganti istilah fisika sosial dengan istilah sosiologi. Alasannya adalah karena istilah fisika sosial sudah igunakan oleh ahli matematika Belgia, Quatelet. Istilah fisika sosial digunakan untuk memberikan label bagi studi statisika tentang gejala moral. Sejak itulah masyarakat dunia mengenal sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri.

 

Comte juga dikenal sebagai  tokoh soiologi positivistik. Namun demikian, Comte tidak dapat dilepaskan dari pengaruh gurunya, seorang ilmuan Inggris, Henry de Saint Simon (1760-1825).

 

Ide Comte pada kenyataannya banyak yang diambil atau dipengaruhi oleh pemikiran dari Simon. Gagasan positivisme yang dikemukakan oleh Comte misalnya merupakan istilah yang dinamakan oleh Simon.

 

2.Emile Durkheim

 

Durkheim dikenal sebagai tokoh yang berupaya untuk menjadikan sosiologi menjadi sebuah disiplin ilmu yang otonom. Oleh karena itu ia memisahkan antara filsafat dan psikologi-yang dianggapnya spekulatif-dengan sosiologi (yang bersifat empiris). Sosiologi Durkheim menjadi fondasi bagi perkembangan teori fungsionalisme struktural yang merupakan sosiologi arus utama dalam ranah teori-teori sosial khususnya sosiologi.

 

Secara politik, Durkheim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong seorang konservatif. Durkheim menentang Revolusi sebagaimana Comte Karena ia membenci kekacauan sosial. Intisari dari teori Durkheim adalah tentang bagaimana membentuk suatu tatanan sosial yang langgeng dan mewujudkan keteraturan sosial.

 

Sebagian besar karya Dukheim tercurah pada studi tentang tertib sosial. Menurutnya, kekacauan sosial bukanlah keniscayaan dari kehidupan modern. Potensi kekacauan dapat dikurangi dengan melalui reformasi sosial.

 

Konsep-konsep sosiologi Durkheim dapat dilihat dari sejumlah bukunya antara lain :

 

1.The Division of Labour And Society (1893)

 

2.The Rule of Sociological Methode (1895)

 

3.Suicide (1897)

 

4.The Elementary Form of Religious Life (1912)

 

Di dalam karya-karya Durkheim tersebut didapati sejumlah konsep sentral dalam sosiologi Durkheim, diantaranya adalah :

 

1.Fakta Sosial (Social Fact)

 

2.Struktur Sosial (Social Structure)

 

3.Solidaritas Sosial (Social Solidarity)

 

4.Kesadaran Kolektif (Collective Counsciousness)

 

5.Solidaritas Mekanik & Organik (mechanic and organic solidarity)

 

6.Anomie

 

 

3.Karl Marx

 

Pemikiran Karl Marx menjadi sumber inspirasi utama dari teori konflik. Teori konflik merupakan teori yang memfokuskan perhatiannya pada konflik dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Teori konflik muncul sebagai bentuk ketidakpuasan atas eksplanasi fungsional yang dianggap cenderung menegasikan konflik dan perubahan sosial.

 

Pemikiran Karl Marx bukan saja memengaruhi pandangan teoritisi konflik modern seperti Lewis Coser dan Ralf Dahrendorf, tetapi juga para pemikir sosial post modern seperti George Ritzer dan Jean Baudrillard. Pemikiran Karl Marx juga memengaruhi Teori Kritis Mazhab Frankfurt seperti Adorno, Max Horkheimer dan Herbert Marcuse, walaupun berbeda fokus kritisnya.

 

 

4.Max Weber

 

Max Weber merupakan tokoh yang banyak mempengaruhi perkembangan teori sosiologi. Pemikiran Weber telah membuat keseimbangan baru dalam hubngan antarteori sosiologi yang ada. Dengan adanya Sosiologi Weber, realitas sosial tidak lagi semata-mata dipandang sebagai sesuatu yang statis sebagaimana yang selama ini menjadi asumsi dasar dari fungsionalisme.

 

Weber menyoroti banyak sekali realitas sosial, mulai dari aspek mikroskopik tentang tindakan sosial yang merupakan tindakan yang bersifat intrasubjektif sampai kepada realitas yang bersifat makro seperti Kapitalisme.

 

5.Herbert Spencer

 

Kalau  Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi, maka Spencer dikenal sebagai peletak dasar awal gagasan fungsionalisme. Spencer adalah seorang tokoh liberal yang menganut gagasan evolusionis, yang berkeyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang makin baik dan karena itulah kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri dan lepas dari campur tangan yang hanya akan memperburuk keadaan.

 

Ia menerima pandangan bahwa institusi sosial, sebagaimana tumbuh-tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi secara progresif dan positif terhadap lingkungan sosialnya.

 

Sebagai penganut gagasan social Darwinism (Darwinisme Sosial, sebuah aliran pemikiran yang hendak menerjemahkan teori evolusi Darwin ke dalam dunia kehidupan sosial) ia menganggap masyarakat sebagai organisme.

 

Ia memusatkan perhatiannya pada struktur sosial secara menyeluruh, antarhubungan bagian-bagian masyarakat dan kaitan fungsi bagian-bagian satu sama lain maupun pada sistem seperti suatu keseluruhan.

 

Spencer dapat dikatakan sebagai tokoh penting kedua setelah Auguste Comte. Gagasan-gagasannya memengaruhi perkembangan soiologi pada masa-masa  selanjutnya. Beberapa gagasan Spencer yang turut mewarnai perkembangan sosiologi terutama terkait dengan perkembangan fungsionalisme adalah gagasannya mengenai :

 

-sistem

-struktur

-fungsi

-diferensiasi

-integrasi

-pengaturan sendiri

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI :

 

Anthony Giddens, Social Theory Today, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2008

 

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme,Jakarta : Kencana,2013

 

Ben Agger, Teori Sosial Kritis, Kritik, Penerapan dan Implikasinya,Yogyakarta : Kreasi Wacana,2017

 

Francisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi, Pertautan Pengetahuan Dan Kepentingan,Yogyakarta : Kanisius,1990

 

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana, tanpa tahun

 

Herbert Marcuse, Manusia Satu Dimensi, Bentang : Yogyakarta, tanpa tahun

 

John Elster, Marxisme, Analisa Kritis, Jakarta : Prestasi Pustaka Raya, 2010

 

Nengah Bawa Atmaja dan Luh Putu Sri Ariyani, Sosiologi Media, Perspektif Teori Kritis, Depok  : Rajawali Press,2018

 

Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik, Jakarta : Kencana,2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORDE BARU