Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

PENGANTAR SOSIOLOGI KLASIK: PERBANDINGAN PEMIKIRAN DURKHEIM, KARL MARX DAN MAX WEBER

PENGANTAR SOSIOLOGI KLASIK: PERBANDINGAN PEMIKIRAN DURKHEIM, KARL MARX DAN MAX WEBER SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM Durkheim dikenal sebagai tokoh yang berupaya untuk menjadikan sosiologi menjadi sebuah disiplin ilmu yang otonom. Oleh karena itu ia memisahkan antara filsafat dan psikologi-yang dianggapnya spekulatif-dengan sosiologi (yang bersifat empiris). Sosiologi Durkheim menjadi fondasi bagi perkembangan teori fungsionalisme struktural yang merupakan sosiologi arus utama dalam ranah teori-teori sosial khususnya sosiologi. Secara politik, Durkheim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong seorang konservatif. Durkheim menentang Revolusi sebagaimana Comte Karena ia membenci kekacauan sosial. Intisari dari teori Durkheim adalah tentang bagaimana membentuk suatu tatanan sosial yang langgeng dan mewujudkan keteraturan sosial.Sebagian besar karya Dukheim tercurah pada studi tentang tertib sosial. Menurutnya, kekacauan sosial bukanlah keniscayaan dari kehidup

NASIONALISME MODERNISASI & DEMOKRASI:TANTANGAN TERHADAP ISLAM (STUDI KASUS TURKI, IRAN, ARAB SAUDI DAN INDONESIA)

NASIONALISME MODERNISASI & DEMOKRASI:  TANTANGAN TERHADAP ISLAM   (STUDI KASUS TURKI, IRAN, ARAB SAUDI DAN INDONESIA) NASIONALISME MODERNISASI & DEMOKRASI Semenjak jatuhnya pemerintahan monarki/kerajaan/kekhalifahan Turki Usmani pada tahun 1923, dunia Islam menghadapi dunia sosial yang baru. Dunia sosial itu harus mendapatkan pemaknaan dan tafsiran yang baru agar umat Islam dapat hidup selaras dengan kehidupan dunia modern. Jatuhnya Turki Usmani diikuti dengan munculnya konsep negara kebangsaan yang diikat oleh aspek etnisitas yang bersifat lintas agama. Pasca jatuhnya Turki Usmani berdiri sejumlah negara baru baik di kawasan Afrika Utara, Timur Tengah, dan kemudian Asia Tenggara pasca Perang Dunia II. Bagi umat Islam, nasionalisme, modernisme dan demokrasi merupakan sesuatu hal yang baru. Tatanan sosial-politik yang baru mengharuskan umat Islam beradaptasi. Kalangan intelektual dan media massa di Barat cenderung memandang Islam menentang nasionalisme, modern