Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

TEORI CERMIN DIRI (LOOKING GLASS-SELF) COOLEY

  TEORI CERMIN DIRI (LOOKING GLASS-SELF) COOLEY   TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK   Teori Interaksionisme Simbolik merupakan teori yang berkembang pada era-era belakangan sesudah sebelumnya muncul teori Fungsionalisme struktural dan teori konflik. Teori ini secara embrionikal dapat ditelusuri pada era-era awal dengan menelusuri asal-usulnya dari pendapat Max Weber, bahwa individu bertindak sesuai dengan penafsiran mereka tentang makna dari dunia mereka.   Baru kemudian seorang filsuf Amerika, George Herbert Mead (1863-1931) memperkenalkan perspektif ini dalam sosiologi Amerika pada tahun 1920. Pasca itu tepatnya pada tahun 1930-an, perspektif Interaksionisme Simbolik dikukuhkan oleh murid G.H.Mead sendiri yaitu Herbert Blumer.   Teori Interaksionisme , sebagaimana teori Konstruksi Sosial Peter L.Berger, Teori Etnometodologi Harold Garfinkel dan Fenomenologi Schuzt , merupakan teori yang dikategorikan atau diklasifikasikan ke dalam teori Humanis.   Teori Humanis, berb

SOSIALISASI BERDASARKAN PERSPEKTIF DURKHEMIAN

  SOSIALISASI   BERDASARKAN PERSPEKTIF DURKHEMIAN SOSIOLOGI EMILE DURKHEIM   Durkheim dikenal sebagai tokoh yang berupaya untuk menjadikan sosiologi menjadi sebuah disiplin ilmu yang otonom. Oleh karena itu ia memisahkan antara filsafat dan psikologi-yang dianggapnya spekulatif-dengan sosiologi (yang bersifat empiris).   Sosiologi Durkheim menjadi fondasi bagi perkembangan teori fungsionalisme struktural yang merupakan sosiologi arus utama dalam ranah teori-teori sosial khususnya sosiologi.   Secara politik, Durkheim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong seorang konservatif. Durkheim menentang Revolusi sebagaimana Comte Karena ia membenci kekacauan sosial. Intisari dari teori Durkheim adalah tentang bagaimana membentuk suatu tatanan sosial yang langgeng dan mewujudkan keteraturan sosial.   Sebagian besar karya Dukheim tercurah pada studi tentang tertib sosial. Menurutnya, kekacauan sosial bukanlah keniscayaan dari kehidupan modern. Potensi k

TELEVISI , SOSIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL

  TELEVISI , SOSIALISASI   DAN PERUBAHAN SOSIAL PENGANTAR Pada masanya Televisi merupakan sarana komunikasi yang sangat memengaruhi masyarakat. Televisi menurut pandangan teori pos modernisme dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena akhir sosial. Dikatakan demikian karena televisi telah menghapus sekat-sekat sosial primordial dan kelas sosial. Artinya, televisi dikonsumsi oleh semua masyarakat dan menjangkau semua kelas sosial yang ada di masyarakat. Saking meluasnya pengaruh televisi sampai terdapat informasi bahwa hampir tidak ada atau jarang sekali ada keluarga yang tidak memiliki unit televisi di rumahnya. Hal ini kontras dengan situasi di tahun 1960-an dan 1970-an ketika televisi masih menjadi simbol status sosial. Hanya orang yang berasla dari kelas sosial ataslah yang dapat menikmati siaran televisi. Orang tua, anak-anak, perempuan, laki-laki, profesional, pegawai negeri, orang kaya dan orang miskin dapat mengakses tayangan-tayangan televisi. Di titik inilah televisi me

DESOSIALISASI DAN RESOSIALISASI DALAM SOSIALISASI SEKUNDER

  DESOSIALISASI DAN RESOSIALISASI DALAM SOSIALISASI SEKUNDER DESOSIALISASI   Dalam masyarakat yang masih homogen dan masih bersifat sederhana, proses sosialisasi dapat berjalan dengan serasi sesuai dengan pola yang sama, karena nilai-nilai yang ditransmisikan dalam proses sosialisasi relatif sama.   Lembaga sosial utama bahkan satu-satunya yang ada dalam masyarakat yang sederhana adalah lembaga keluarga. Keluarga dalam konteks tersebut memiliki peran yang determinan dalam mengarahkan perilaku individu.   Dalam proses sosialisasi di dalam lembaga keluarga itulah individu seakan-akan tidak mempunyai pilihan lain kecuali menerima apa adanya gagasan-gagasan yang disampaikan oleh keluarga terhadap dirinya. Individu tidak mengenal dunia sosial kecuali yang diperkenalkan oleh keluarganya.   Kalaupun ada unsur lain yang turut memberikan pengaruh kepada individu seperti teman, pengaruh yang disampaikannya pun tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh keluarga.  

SIGNIFICANT OTHERS MENURUT GEORGE HERBERT MEAD

  SIGNIFICANT OTHERS MENURUT GEORGE HERBERT MEAD   TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK G.H.MEAD   Teori Interaksionisme G.H.Mead sebenarnya merupakan titik tengah antara dua pandangan yang ekstrem, yaitu antara pandangan yang terlalu menekankan pada objektivitas ekstrem seperti pandangan Durkheim, yang menganggap bahwa pengamatan terhadap Fakta Sosiallah yang dapat menganalisa realitas sosial yang ada dan aliran yang menganut subjektivitas ekstrem yang diusung oleh Cooley, yang melihat masalah pokok sosiologi hanyalah merupakan ‘imajinasi-imajinasi’ belaka.   G.H.Mead yang dikenal sebagai pencetus awal dari interaksionisme Simbolik, sangat mengagumi kemampuan diri sang aktor (manusia) dalam menggunakan simbol.   Ia menyatakan bahwa diri sang aktor bertindak berdasarkan makna simbol yang muncul di dalam situasi tertentu. Makna dari simbol tersebut pada gilirannya membentuk esensi dari Interaksionisme Simbolik yang menekankan korelasional pada simbol dan interaksi.   Berik