Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

MULTIPOLARISME PASCA PERANG DINGIN

MULTIPOLARISME PASCA PERANG DINGIN PENGANTAR Pada abad 15-18 Masehi negara-negara Eropa bersaing satu dengan yang lainnya untuk memperebutkan wilayah jajahan yang membentang mulai dari Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Pada masa itu struktur politik dunia bercorak multipolar dengan adanya sejumlah kekuatan yang berimbang, yaitu Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, dan Prancis. Setelah Spanyol dan Portugis mundur sebagai kekuatan global, imperialisme Barat dilanjutkan oleh Belanda, Inggris, Prancis, Rusia, dan Jepang serta Amerika Serikat. Ketika itu Jepang muncul sebagai kekuatan baru yang dinamis seiring dengan dilakukannya modernisasi secara besar-besaran yang dilakukan menyusul dipulihkannya kekuasaan Tenno di Jepang. Sedangkan Amerika mulai terlibat dalam urusan politik global setelah secara perlahan-lahan meninggalkan doktrik politik isolasinya yang dikenal dengan nama Doktrin Monroe. Pada era Perang Dunia, yaitu Perang Dunia Pertama 1914-1918) dan dilanjutkan dengan Pe

BERAKHIRNYA PERANG DINGIN DAN TERBENTUKNYA TATANAN POLITIK DUNIA BARU

BERAKHIRNYA PERANG DINGIN DAN TERBENTUKNYA TATANAN POLITIK DUNIA BARU   RUNTUHNYA UNI SOVIET Selama beberapa dekade setelah berkahirnya Perang Dunia Kedua, Uni Soviet muncul sebagai kekuatan global satu-satunya yang dapat mengimbangi Amerika Serikat. Dengan angkatan bersenjata yang besar dan tampil sebagai salah satu pemenang dalam Perang Dunia Kedua, Uni Soviet dengan leluasa dapat menyebarkan paham komunisme ke berbagai penjuru dunia. Pada masa Perang Dingin, sekitar seperlima penduduk dunia berada di dalam sistem komunis, mulai dari negara-negara Eropa Timur dan Tengah, beberapa negara Asia Tenggara, Cina, dan Kuba di Amerika Tengah. Akan tetapi perlahan tapi pasti Uni Soviet mulai mengalami kemunduran. Krisi ekonomi yang ditandai oleh stagnasi ekonomi tidak dapat diselesaikan, sehingga berdampak kepada meluasnya krisis. Muncul ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap sistem Soviet. Upaya penyelamatan Uni Soviet coba dilakukan oleh Mikhail Gorbachev. Melalui program P

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA REVOLUSI : MENDAYUNG DIANTARA DUA KARANG

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA REVOLUSI : MENDAYUNG DIANTARA DUA KARANG   PENGANTAR Secara normatif dan konstitusional politik luar negeri Indonesia menganut prinsip bebas dan aktif. Prinsip ini menetapkan banhwa negara dan pemerintah Republik Indonesia tidak akan memihak salah satu dari kekuatan yang ada terutama pada masa Perang Dingin yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Politik luar negeri bebas aktif juga mensyaratkan agar Indonesia mengambil peran lebih besar dalam menyelesaikan persoalan-persoalan di dunia. Gagasan ini juga menghendaki agar bangsa dan negara serta pemerintah Republik Indonesia tidak hanya menjadi pion yang pasif dalam percaturan internasional. Gagasan politik bebas aktif menuntut Indonesia agar bersikap pro aktif dalam dinamika politik dan persoalan internasional yang sedang terjadi. Gagasan mengenai politik luar negeri yang bebas dan aktif ini sebenarnya pertama kali dikemukakan oleh Mohammad Hatta pada masa sebelum Indonesia merdeka, yaitu pad

JIMMY CARTER DAN KEGAGALAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA

JIMMY CARTER DAN KEGAGALAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA   Jimmy Carter dapat dikatakan sebagai salah satu Presiden Amerika Serikat yang memiliki perhatian besar terhadap kawasan Timur Tengah. Pmerintahan Carter disibukkan dengan mengelola dinamika politik di kawasan tersebut. Hal ini memang sesuai dengan kepentingan nasional Amerika Serikat yang memang sangat tergantung kepada minyk bumi yang melimpah di kawasan tersebut khususnya di Kawasan Teluk Persia. Untuk menjaga kepentingan Amerika di kawasan Timur Tengah, Carter menetapkan apa yang dikenal dengan nama Doktrin Carter. Doktrin ini menetapkan komitmen Amerika Serikat untuk melindungi sekutu-sekutunya di kawasan Timur Tengah, terutama negara-negara petrodollar seperti Amerika Serikat. Akan tetapi Carter sendiri menghadapi dilema dalam melaksanakan doktrin politiknya tersebut. Disatu sisi Carter sadar bahwa Amerika Serikat membutuhkan negara-negara Arab untuk mensuplai minyak ke negaranya. Amerika Serikat sendiri sudah dike

DOKTRIN POLITIK PADA MASA PERANG DINGIN

DOKTRIN POLITIK PADA MASA PERANG DINGIN PENGANTAR Pasca Perang Dunia Kedua, struktur politik dunia mengalami perubahan dari multipolar menjadi bipolar. Berbeda dengan era Perang Dunia, ketika di dunia terdapat sejumlah kekuatan yang relatif berimbang seperti Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris dan Prancis, pasca Perang Dunia Kedua atau pada masa Perang Dingin struktur politik global hanya menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan yang dominan. Keduanya muncul sebagai negara adidaya disebabkan karena kekayaan ekonominya, luasnya pengaruh politik, dan kekuatan armada militernya. Pada era Perang Dingin keduanya kemudian disebukkan dengan persaingan untuk merebut pengaruh di dunia. Keduanya berlomba-lomba untuk merebut pengaruh dari negara-negara yang ada dengan membentuk aliansi militer dan mengucurkan pelbagai bantuan ekonomi. Misalnya Amerika Serikat membentuk sejumlah pakta pertahanan seperti NATO, CENTO, SEATO, dan ANZUS. Sedangkan Uni

NATO DAN PERUBAHAN ORIENTASINYA PASCA PERANG DINGIN

NATO DAN PERUBAHAN ORIENTASINYA PASCA PERANG DINGIN   PEMBENTUKAN NATO NATO (North Atlantic Treaty Organization) merupakan aliansi politik dan militer yang dibentuk oleh Amerika Serikat. Pembentukan NATO terkait erat dengan berkembangnya tatanan politik global dan keseimbangan kekuatan baru pasca Perang Dunia Kedua. Pasca Perang Dunia Kedua, Uni Soviet muncul sebagai ancaman bagi kepentingan Amerika dan Barat. Pasca Perang Dunia Kedua, Uni Soviet dengan paham Komunismenya meluaskan pengaruhnya ke Eropa Barat, Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah, dan Asia Timur. Di Eropa sendiri ancaman Uni Soviet dan Komunisme menjadi momok bagi negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa Barat. Mereka mengkhawatirkan ekspansi dan subversi Uni Soviet baik secara politik maupun secara militer. Paham Komunis yang dianut oleh Uni Soviet juga dianggap sebagai ancaman bagi jalan hidup Eropa yang lebih dekat dengan paham demokrasi. Oleh karena itu Amerika kemudian meng

BUBARNYA PACTA WARSAWA DAN PERUBAHAN POLITIK DI EROPA TIMUR

BUBARNYA PACTA WARSAWA DAN PERUBAHAN POLITIK DI EROPA TIMUR   TERBENTUKNYA KESEIMBANGAN POLITIK BARU DI EROPA TIMUR Berakhirnya Perang Dunia Kedua telah merubah keseimbangan politik di Eropa. Pasca Perang Dunia Kedua Eropa terbagi menjadi dua secara ideologis, yaitu Eropa Barat dan Eropa Timur. Eropa Barat yang meliputi Inggris, Prancis, Belanda, Belgia dan Luxembur, sera Republik Federasi Jerman menganut paham demokrasi. Sedangkan negara-negara Eropa Timur seperti Republik Demokrasi Jerman, Hongaria, Cekoslowakia, Albania, Hongaria, Bulgaria, dan Rumania menganut paham Komunis. Negara-negara Eropa Timur tersebut disebut oleh mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill sebagai negara-negara Tirai Besi (Iron Curtain). Disebut demikian karena negara-negara tersebut terpisah secara ideologis dengan negar-negara yang berada di kawasan Eropa Barat. Bukan saja menjadi negara komunis. Negara-negara Eropa Timur tersebut juga praktis hilang kemerdekaannya. Walaupun secara for