TEORI KONSTRUKSI SOSIAL PETER L BERGER ; SINTESA STRUKTURALISME DAN INTERAKSIONISME
TEORI KONSTRUKSI SOSIAL PETER L BERGER; SINTESA STRUKTURALISME DAN
INTERAKSIONISME
Peter L
Berger menulis buku berjudul The Social
Construction of Reality (1966) bersama dengan rekannya, seorang sosiolog
Jerman Thomas Luckmann. Buku tersebut berisi pemikiran Berger yang mengisi
ruang kosong dalam khazanah teori sosiologi. Pemikiran Berger dalam bukunya
tersebut merupakan sosiologi pengetahuan yang bertujuan menyatukan atau
mensintesakan berbagai paradigma dan teori sosiologi yang ada menjadi satu
kesatuan yang utuh.
LATAR
BELAKANG
Teori
Konstruksi Sosial Berger muncul sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi
oleh sosiologi. Tantangan tersebut adalah apakah berbagai arus pemikiran dan teori
sosiologi yang ada mampu terintegrasi dan terpadu serta memiliki kemampuan
lebih untuk memberikan eksplanasi terhadap berbagai realita yang sering
berubah.
Pada
kenyataannya di dalam tubuh sosiologi terdapat disparitas paradigma dan teori
yang saling bertentangan satu sama lain, misalnya dijelaskan oleh keterangan
berikut ;
1.
Kontradiksi antara paradigma Fakta Sosial (makro-struktual),Defenisi Sosial
(mikro-subjektif) dan Perilaku Sosial (Behaviorisme)
2.Kontradiksi antara paradigma Nominalisme/individualisme yang berorientasi kepada Agen dan paradigma Realisme/Holisme yang berorientasi
struktur
3.Kontradiksi
antara metode objektif dalam mengamati
realitas sosial dan metode pemahaman subjektif melalui Imajinasi sosiologis.
4.Kontradiksi
antara sosiologi kuantitatif dengan metode
empiris yang berusaha menggali struktur sosial secara teliti dan objektif dan
sosiologi kualitatif dengan melakukan
analisis yang sarat dengan interpretasi
dan berusaha mengkonstruksi masyarakat yang ditelitinya sebagai realitas
subjektif dan membangun narasi tentang masyarakat tersebut.
5.Kontradiksi
antara teori konsensus dan teori konflik. Teori yang beraliran konsensus adalah
teori yang memandang masyarakat merupakan sebuah kesatuan, sementara teori yang
beraliran konflik adalah sebaliknya, setiap manusia dianggap memiliki
kepentingan yang berbeda, maka masyarakat tidak dapat dianalogikan sebagai
sebuah konsensus.
6.Kontradiksi
antara pendekatan makro-struktural
(Durkheim dan Marx) dan pendekatan mikro-subjektif (Mead dan Schulzt)
7.Kontradiksi
antara sosiologi potitivis yang bersifat sangat mekanis serta berusaha
mengembangkan sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang bersifat empiris dan bebas nilai dan sosiologi Humanis yang
berusaha menginterpretasikan tindakan manusia dan mendasarkan pada realitas
kesadaran manusia.
8. Kemandegan
teori sosial .Keterbatasan teori sosial yang ada dalam menjelaskan tentang hubungan
timbal balik antara individu (self/Diri) dengan dunia sosio-kulturalnya
9. Realitas
yang ada semakin kompleks sehingga tidak ada kenyataan sosial yang bersifat
tunggal
10.Manusia
adalah makhluk yang paradoksal dan memiliki banyak dimensi, sedangkan teori
sosiologi yang ada (sosiologi positivis) cenderung mereduksi hakekat manusia
dengan menganggap manusia sebagai individu yang pasif dan selalu tunduk kepada
realitas yang ada.
HAKEKAT
1. Teori
Konstruksi Sosial Berger dalam ranah teori sosiologi termasuk dalam aliran Methological-Relationism yang berusaha
menjembatani dikotomi antara pendekatan yang menekankan Agen dan pendekatan
yang menekankan struktur. Teori Methodological-relationism
melihat adanya hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antara Agen dan
struktur.
2.Teori
Konstruksi Sosial Berger merupakan pemikiran yang bertolak dari permasalahan Sosiologi Pengetahuan.
Sosiologi pengetahuan berupaya menganalisa hubungan antara manusia dan
pengetahuan. Menurut Berger, hubungan antara manusia dan pengetahuan bersifat
resiprokal, terdapat hubungan timbal balik dan saling memengaruhi antara
keduanya , hal itu disebabkan pengetahuan manusia tidak bisa lepas dari
subjektifitas individu yang mengetahuinya.Pengetahuan dan eksistensi merupakan
dua hal yang tidak bisa dipisahkan.(Manheim,1991)
Secara
konseptual, sosiologi pengetahuan muncul sebagai respon terhadap realitas
ilmu-ilmu sosial yang mengadopsi ilmu alam baik dalam teori ,metodologi dan epostemologi.
Kerangka pemikiran yang positivis dalam ilmu sosial telah mereduksi manusia
atau sisi-sisi humanistis sehingga sosiologi pengetahuan memberikan peluang
baru bagi ilmu sosial untuk bergerak dalam menangani fenomena sosial dengan
memasukkan unsur-unsur humanistis sekaligus Fakta Sosial. (Suyanto,2014)
3.Teori Konstruksi Sosial Berger berupaya
mengembalikan status otonomi sosiologi dari dominasi ilmu-ilmu alam dan
ideologi politik. Berger ingin mengembalikan Sosiologi kefungsi aslinya
sebagaimana yang dikehendaki oleh Weber sebagai sarana teoritis untuk memahami
serta menaksir secara bertanggungjawab atas masalah-masalah kebudayaan dan
peradaban manusia. Berger berupaya berada pada titik tengah diantara dua kutub
ekstrem. Menurut Berger menjadi seorang sosiolog tidak harus berarti harus
menjadi ‘pengamat yang mati rasa” dengan prinsip bebas nilainya yang selalu berusaha
objektif dengan menjaga jarak dengan aspek
yang ditelitinya, atau menjadi propagandis yang sarat dengan nilai dan
kepentingan.(Poloma, 2004)
4.Teori
Konstruksi Sosial Berger merupakan hasil sintesa antara strukturalisme dan
interaksionisme, fungsionalisme dan psikologi sosial,metodologi objektif dan
subjektif,pendekatan makroskopik dan mikroskopik,pendekatan ilmiah dan
pendekatan humanistik, teori yang mengagungkan struktur dan teori yang mengakui
kemampuan individu dalam mengkonstruksi dan merekonstruksi struktur.
ASUMSI DASAR
1. Berger
menganggap bahwa masyarakat sebagai realitas sosial yang bersifat subjektif dan
sekaligus bersifat objektif. Sikap Berger ini menunjukkan upayanya untuk
menjembatani pemikiran Durkheim dan Weber. Berger memang mengakui bahwa
masyarakat disatu sisi merupakan realitas objektif dalam hubungannya dengan
lembaga-lembaga sosial sebagaimana yang diyakini oleh Durkheim dan kalangan
fungsionalisme struktural, tetapi Berger menganggap bahwa masyarakat juga merupakan produk manusia. Masyarakat
tidak pernah berhenti dalam proses pembentukannya, tetapi terus mengalami
pembentukan melalui proses eksternalisasi,objektifikasi dan internalisasi
secara dialektis.
Selain itu sebagaimana pandangan para sosiolog interpretatif seperti Mead, Blumer,Goffman dan Garfinkel, Berger juga melihat masyarakat sebagai realitas subjektif yang terbentuk melalui proses interpretasi individu atas realitas.Menurut Berger, walaupun terdapat hubungan simetris antara relitas objektif dan realitas subjektif namun selalu ada realitas yang “lebih” objektif yang dapat diinternalisir oleh seorang individu sehingga proses sosialisasi yang dialami oleh individu tidak pernah merupakan proses yang lengkap dan sempurna.Ada aspek-aspek realitas subjektif yang tidak dihasilkan dalam proses sosialisasi sebagaimana aspek-aspek relitas objektif objektif yang belum diinternalisasi.
Karena sosialisasi tidak pernah sempurna, selalu ada tantangan untuk memelihara realitas, khususnya kebutuhan untuk mengawal hubungan simetris antara realitas subjektif dan realitas objektif.(Poloma,2004).Dengan kata lain terdapat hubungan timbal balik, disatu sisi manusia “menciptakan” masyarakat di sisi lain masyarakat “menciptakan” manusia.
Selain itu sebagaimana pandangan para sosiolog interpretatif seperti Mead, Blumer,Goffman dan Garfinkel, Berger juga melihat masyarakat sebagai realitas subjektif yang terbentuk melalui proses interpretasi individu atas realitas.Menurut Berger, walaupun terdapat hubungan simetris antara relitas objektif dan realitas subjektif namun selalu ada realitas yang “lebih” objektif yang dapat diinternalisir oleh seorang individu sehingga proses sosialisasi yang dialami oleh individu tidak pernah merupakan proses yang lengkap dan sempurna.Ada aspek-aspek realitas subjektif yang tidak dihasilkan dalam proses sosialisasi sebagaimana aspek-aspek relitas objektif objektif yang belum diinternalisasi.
Karena sosialisasi tidak pernah sempurna, selalu ada tantangan untuk memelihara realitas, khususnya kebutuhan untuk mengawal hubungan simetris antara realitas subjektif dan realitas objektif.(Poloma,2004).Dengan kata lain terdapat hubungan timbal balik, disatu sisi manusia “menciptakan” masyarakat di sisi lain masyarakat “menciptakan” manusia.
2.Masyarakat
sebagai realitas sosial merupakan hasil konstruksi sosial yang terjadi melalui
proses institusionalisasi, legitimasi dan sosialisasi.Dalam proses
institusionalisasi, terjadi pembentukan pola,aturan atau peran diantara
sekelompok orang (melalui proses eksternalisasi dan objektifikasi ).
Pembentukan pola ini berhasil apabila tindakan sekelompok individu tersebut
dirasa berhasil dan relevan untuk memenuhi kebutuhan kolektifnya pada situasi
tertentu.Setelah proses institusionalisasi berhasil, institusi yang baru
terbentuk ini dilegitimasi atau dijustifikasi dengan penjelasan-penjelasan
logis. Legitimasi dapat mengamankan atau mengekalkan sebuah institusi.Kemudian
institusi dipertahankan melalui sosialisasi kepada anggota-anggota baru
(melalui proses internalisasi).(Riyanto,2009)
3.Asumsi
tentang manusia ;
3.1.Manusia
sebagai makhluk yang eksentris (Plessner)
3.2.Manusia
sebagai makhluk yang berkekurangan (Gehlen)
3.3.Manusia
sebagai social Homo Faber (Marx)
4.Asumsi
tentang masyarakat :
4.1.Masyarakat
sebagai Fakta Sosial (Durkheim)
4.2.Realitas
sosial merupakan pemaknaan subjektif (Weber)
5.Asumsi
tentang manusia dan masyarakat :
5.1.Dialektis,saling
menciptakan (Marx, Plesner,Gehlen)
5.2.Kesadaran
yang objektif berasal dari kesadaran subjektif yang mengalami objektifikasi
(Schutz,Plesner,Gehlen)
5.3.Struktur
sosial diinternalisasikan melalui sosialisasi (Mead)
6.Berger
melihat masyarakat sebagai kompleksitas. Dinamika kehidupan manusia dalam
masyarakat yang mengarah pada keteraturan atau pola terkait dengan banyak aspek
kehidupan yang salingterkait , seperti aspek sosial,politik,psikologis dan
budaya.
PROSES
PEMBENTUKAN LEMBAGA/INSTITUSIONALISASI
Menurut
Berger institusi berfungsi untuk menjaga keteraturan sosial. Tanpa institusi
manusia selalu dihadapkan dengan ketidakpastian,ketakutan dan anomi. Pembentukan institusi terjadi melalui proses eksternalisasi dan objektifikasi.Dalam
proses eksternalisasi awalnya sekelompok manusia melakukan sejumlah
tindakan.Ketika tindakan tersebut dianggap baik dan bermanfaat maka tindakan
tersebut kemudian diulang. Pengulangan tindakan tersebut secara konsisten akan menghasilkan kesadaran .Munculnya
kesadaran menunjukkan telah terjadi proses objektifikasi,ketika sebuah
institusi menjadi realitas yang objektif dan memaksa individu.
Sedangkan
proses ketiga, yaitu internalisasi terjadi melalui mekanisme sosialisasi.
Internalisasi berfungsi mentransmisikan institusi sebagai realitas yang berdiri
sendiri terutama kepada anggota-anggota masyarakat yang baru agar institusi
tersebut tetap dapat dipertahankan dari waktu ke waktu (meskipun anggota
masyarakat yang mengkonsepsikan institusi sosial itu sendiri juga terus
mengalami internalisasi,agar status objektifitas sebuah institusi dalam
kesadaran mereka tetap kukuh). Ketiga proses ini menjadi siklus yang dialektis dalam hubungan antara
manusia/individu dengan masyarakat. (Riyanto,2009)
PENGARUH
TERHADAP PEMIKIRAN BERGER
Pemikiran
Berger terutama terkait dengan teori Konstruksi Sosialnya sebenarnya
dipengaruhi oleh pemikiran dan teori beberapa tokoh diantaranya :
1.Karl Marx
; konsep dialektika kehidupan sosial antara aspek materiil dan aspek ideal dan dialektika
antara infrastruktur dan suprastruktur.
2.Max Weber
; Realitas sosial merupakan hasil pemahaman subjektif
3.Emile Durkheim
; masyarakat merupakan realitas objektif
dan sebagai Fakta Sosial
4.G.H.Mead ;
konsep sosialisasi peran
5.Alfred
Schutz ; mengkaji proses ketika ego membangun pengetahuannya melalui pengalaman
individu yang subjektif
6.Karl
Manheim : Ideology and utopia ,
menganggap bahwa ideologi adalah pengetahuan kelas yang berkuasa sedangkan
utopia merupakan pengetahuan kelas bawah
REFERENSI :
Peter
L.Berger, Tafsir sosial atas kenyataan, risalah tentang sosiologi pengetahuan
Geger
Riyanto, Peter L.Berger, Perspektif metateori pemikiran
Margaret
Poloma, Sosiologi Kontemporer
George
Ritzer, Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda
Damsar,
Pengantar Teori Sosiologi
Bagong
Suyanto, Sosiologi, teks pengantar dan terapan
Karl
Mannheim, Ideologi dan Utopia, menyingkap kaitan pikiran dan politik
Bagus sekali tulisannya..
BalasHapus