TEORI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


TEORI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang diantara para sejarawan dan para ahli mengienai tiga hal pokok, yaitu pertama ;tempat asal kedatangan Islam, kedua ; para pembawa Islam, ketiga ; terkait dengan waktu kedatangannya.Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga pertanyaan tersebut belum menemui kata akhir, tidak saja dikarenakan kurangnya data yang mendukung teori tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai teori yang ada.Teradapat kecenderungan kuat, suatu teori tertentu menekankan hanya aspek-aspek khusus dari ketiga permasalahan pokok di atas, sementara mengabaikan aspek lainnya.



TEORI ARAB

Teori Arab adalah teori yang menjelaskan tentang asal-usul penyebar Islam di Indonesia. Teori ini dikemukakan oleh Naquibb Al Attas, Hamka dan Crawfurd yang menyatakan bahwa agama Islam dibawa langsung dari kawasan Arab sejak pertama kali munculnya Islam.Teori ini sekaligus menolak teori Persia dan teori India/Gujarat.

Beberapa arumentasi yang menguatkan teori ini adalah :

❶ Menurut Hamka, Nuruddin Araniri adalah seorang Arab yang berasal dari suku Qurays serta bermazhab Syafi’i.

❷ Hamka membantah buku Tuanku Rao yang menyatakan bahwa aliran Syiah dan mazhab Hanbali telah berkembang pesat di Sumatera Barat. Menurut Hamka, di Sumatera Barat tidak ada mazhab Hanbali, yang ada hanyalah mazhab Syafi’I yang dipengaruhi oleh mazhab Hanbali.

❸ Upacara Tabut/Tabuik merupakan perayaan orang Sipahi /Cipahi atau orang Keling yang berasal dari India dan bukan merupakan tradisi asli Minang. Orang Sipahi ini berada di Minangkabau semenjak berkuasanya Inggris di Indonesia.

❹ Sultan Alauddin Riayat Syah dari Kesultanan Aceh mengirim utusan ke Istanbul (Sunni) dan bukan ke Iran yang ketika itu dikuasai oleh Dinasti Shafawidf yang beraliran Syiah.

❺ Sejak abad 7 M telah terdapat koloni Arab di Kanton, Tiongkok bagian selatan. Informasi juga menjelaskan bahwa sebelum abad 2 H Islam sudah terdapat di kawasan Tiongkok Selatan, yang juga berarti Islam sudah pernah tiba di kepulauan Indonesia saat itu, mengingat  ketika itu sudah terdapat pelayaran dan perdagangan rutin dan teratur antara Arab dan Tiongkok yang melalui perairan Indonesia.

❻ Penduduk Indonesia sebagian besar bermazhab Syafi’I sebagaimana penduduk Arab dan Mesir pada abad 7 M.

❼ Menurut Thomas Stanford Raffles, situs makam Fatimah binti Maimun (binti Mansur bin Hibatallah) yang wafat tahun 1082 M /abad XI M memuat sejumlah makam lainnya diantaranya makam Sayid Ja’far,Sayid Qasim, dan Sayid Chairat. Penggunaan gelar Sayyid ini menunjukkan bhawa mereka semuanya berasal dari Arab atau keturunan Arab sebab pada masa itu gelar ‘sayyid” hanya digunakan oleh orang yang dianggap atau menganggap diri mereka keturunan Hasan dan Husein, yang merupakan putera dari Fatimah dan Ali Bin Abi Thalib.

❽ Maulana Malik Ibrahim disinyalir merupakan seorang ulama yang berasal dari Arabia dan sepupu Raja Chermen (Negeri di Seberang) yang telah menetap di Jenggala. 

❾ Menurut seorang penulis Barat, G.R.Tibbet, dalam buku “Pre Islamic Arabia and South East Asia, diperkirakan sudah terdapat orang Arab di kawasan kepulauan Indonesia sebelum kemunculan Islam.

❿ Kalangan Arab dan keturunan Arab sudah lama berada di Indonesia. Mereka juga sudah lama mengalami proses asimilasi dengan penduduk lokal. Banyak penduduk Indonesia yang merupakan keturunan Arab dengan berbagai marga yang berbeda seperti keluarga Jamalullail di Pantai Barat Sumatera, al Djufri, dan Bafadl. Bahkan di kalangan keturunan Arab terdapat sejumlah tokoh yang menjadi penguasa seperti Sultan Pontianak yang berasal dari keluarga al Qadri dan keluarga Baraqbah di Kerajaan Jambi.

⓫ Seminar tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang diselenggarakan di kota Medan pada bulan Maret 1963 menyimpulkan bahwa Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia sejak awal abad pertama Hijriah (abad 7-8 M) dan langsung dari Arab. Para pelaut Arab kemudian membangun pemukiman di kawasan Barus, yang terdapat di Pantai Barat Sumatera.

⓬ Para penyebar Islam di Indonesia berasal dari Arab, tetapi dalam perjalanannya ke Indonesia mereka singgah dahulu di Yaman dan  Gujarat (pantai barat Pakistan).Sudah sejak dahulu orang Arab dikenal sebagai pelaut terkenal di dunia dan membangun koloni di berbagai daerah termasuk Pakistan. Jadi Gujarat hanyalah sebagai tempat transit bagi para pedagang Arab yang melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan Islam di Indonesia.

⓭ Menurut H.A.Salim, pada abad awal penyebaran agama Islam umumnya hanya bangsa Arablah yang memiliki keterampilan dalam melakukan pelayaran di kawasan Samudera Hindia. Ketika itu bangsa Arab sudah menguasai ilmu falak dan ilmu navigasi laut sehingga memungkinkan bagi bangsa Arab melakukan pelayaran ke kepulauan Indonesia.

⓮ Mas’udi, seorang pengarang,ahli sejarah , dan seorang pelaut ulung dari Arab yang wafat pada 346 H menginformasikan secara cukup mendetil tentang kehidupan sosial-ekonomi kerajaan Airlangga  di Jawa. Mas’udi juga tercatat pernah mendatangi Pulau Jawa pada abad 3 H.

⓯ Menurut Thomas W.Arnold dalam bukunya Preaching of Islam dikatakan bahwa di Pantai Barat Pulau Sumatera telah didapati suatu kelompok perkampungan Arab pada 684 M, yaitu pada masa pemerintahan Yazid Bin Muawiyah, raja kedua dari dinasti Umayyah.

⓰ Keberadaan pemukiman Arab di Barus juga dicatat oleh J.C.Van Leur, yang mengatakan bahwa sejak 674 M  sudah terdapat koloni-koloni Arab di barat laut Sumatera, yaitu di Barus.

⓱ Keitzer beranggapan bahwa Islam di Nusantara berasal dari Mesir atas dasar pertimbangan kesamaan kepemelukan penduduk muslim di kedua wilayah itu kepada mazhab Syafi’i.

⓲ Teori Arab juga dipegang oleh Niemann dan de Hollander dengan memandang, bukan Mesir yang menjadi pusat Islam di Nusantara melainkan Hadramaut (Yaman)

⓳ Bukti yang memperkuat teori Arab lainnya adalah historiografi lokal seperti Hikayat Raja-Raja Pasai. Di dalam buku itu dikatakan bahwa Merah Silu, penguasa setempat, masuk Islam atas pengaruh dari seorang Syaikh yang  datang dengan kapal dari Mekkah via Malabar ke Pasai. Setelah masuk Islam, Merah Silu kemudian berganti nama menjadi Malik as Salih. Demikian pula dengan Sejarah Melayu yang menyebutkan tentang penguasa Malaka yang diislamkan oleh seorang Arab dari Jeddah.

⓴ Zainal Abidin Ahmad mengatakan bahwa Khalifah ketiga, yaitu Usman Bin Affan dikatakan pernah mengirimkan utusan ke Cina yang memiliki kemungkinan utusan tersebut menyinggahi kepulauan Indonesia. Ia juga menyebutkan bahwa Muawiyyah bin Abi Sufyan yang merupakan pendiri dari dinasti Umayyah pernah berkirim surat kepada dua penguasa lokal di Nusantara yaitu Sri Maharaja Lokitawarman di Sriwijaya/Jambi dan Ratu Simo di Kalingga/Jepara.Ia juga berspekulasi bahwa keturunan dari ratu Simo, yaitu Raja Jay Sima pada tahun 107 H/726 M memeluk agama Islam.(Ahmad,1979)


TEORI PERSIA/SYIAH

Teori Persia dikemukakan oleh Husein Djayadiningrat dan Abu Bakar Atheh. Teori ini mengatakan bahwa para penyebar Islam di Indonesia berasal dari wilayah Persia (sekaran bernama Iran). Teori ini juga menyatakan bahwa penyebaran Islam tersebut dilakukan oleh kalangan Syiah yang ketika itu (sampai sekarang) banyak terdapat di kawasan Persia. Sejumlah argumentasi tentang teori ini antara lain sebagai berikut :

1.Di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Padang Pariaman, Natal,Riau dan Bengkulu terdapat tradisi Tabut/Tabuik/Tabot yang diperingati setiap tanggal 10 Muharam. Tradisi ini merupakan ritual yang biasa dilakukan oleh komunitas Syiah dalam rangka memperingati wafatnya Husein Bin Ali, yang merupakan cucu dari Nabi Muhammad SAW yang terbunuh di Padang Karbala.

2. Ajaran Tasawuf wujudiyyah yang ada di sejumlah komunitas sufi di Indonesia memiliki kesamaan dengan ajaran al Hallaj di Persia.

3.Terdapat sejumlah istilah Persia yang digunakan untuk mengeja huruf Arab di Indonesia.

4.Orang-orang Persia pernah mendirikan persinggahan di Perlak dan berdirinya Kesultanan Perlak di bawah Sultan Alauddin Riayat Syah. Sultan ini menurut Abu Bakar Atceh menganut aliran Syiah.

5.Adanya kepercayaan terhada Ratu Adil atau Imam Mahdi /Mesiah di Indonesia. Kepercayaan ini sebenarnya berakar dari kepercayaan Shiah yang menganggap suatu saat akan datang Imam Mahdi al Muntadzar (Yang Ditunggu). Kepercayaan ini mempengaruhi bukan saja kalangan Syiah, tetapi juga kelompok Sunni dan melatarbelakangi sejumlah gerakan protes petani terhadap Belanda pada akhir abad XIX dan awal abad XX M.

6. Tradisi ziarah ke makam Syekh Burhanuddin di Pariaman

7.Adanya Tarekat-tarekat (secred society) diantaranya adalah Tarekat Syattariyyah yang berkembang di Indonesia karena menghindari tekanan politik dari dinasti Umayyah dan Abbasiyah yang menjalankan politik anti-Syiah.

8.Adanya ajaran Manunggaling Kawulo Gusti yang mirip dengan ajaran Wihdatul Wujud dalam tradisi Syiah

9.Sandiwara rakyat “Bangsawan” di Sumatera Timur

10.Tradisi Syuroan di Jawa Timur

11.adanya spekulasi bahwa para Wali Songo merupakan kalangan Alawi

Menurut H.M.Ambari, simbol-simbol pada makam Wali Songo memiliki kemiripan dengan makam Ali Bin Abi Thalib dan Husein Bin Ali.

12.Digunakannya warna hijau sebagai simbol yang identik dengan Islam. Menurut Amer Ali dalam buku Api Islam, warna Hijau  merupakan warna yang biasa digunakan oleh kalangan Ahlu Bait, dan warna putih adlaah warna dinasti Umayyah sedangkan warna hitam adalah warna dinasti Abbasiyah.

13.Di dalam buku Tuanku Rao, kalangan Syiah pernah mendirikan sejumlah kesultanan seperti Kesultanan Daya/Pasai (12-13 M) yang mendapatkan perlindungan dari Dinasti Fathimiyyah di Mesir yang menganut aliran Syiah Ismailiyyah sebelum kemudian digantikan oleh dinasti Ayyubiyah yang beraliran Sunni dan bermazhab Hanafi.Kesultanan lainnya adalah Kesultanan Aru Barumun (13-16M),Kesultanan Kutu Kampar (14 M) dan Kesultanan Pajang di Jawa Tengah.

14.adanya golongan Sayyid dan Syarif di Indonesia. Sayyid dan Syarif adalah golongan yang dinisbatkan kepada Ahlu Bait dari keturunan Hasan dan Husein.

15.Gelar yang digunakan oleh sebagian penguasa/raja di Indonesia adalah Syah.Gelar tersebut banyak digunakan oleh penguasa di Persia.

16.Menurut Abu Bakar Atheh, armada Persia yang berkunjung ke China pernah transit di Aceh pada 82 H/1182 M.

17. Syi ah yang masuk ke Indonesia adlaah Syiah aliran Zaidiyah yang banyak terdapat di Hadramaut, Yaman. Aliran ini dianggap merupakan aliran Syiah yang paling dekat dengan Sunni. Bahkan dalam hal Fikih, aliran Zaidiyah lebih dekat dengan kalangan Syafi’I ketimbang antara mazhab hanbali dengan Hanafi.

18. Di dalam buku Snouck Hurgronje yang berjudul de Acheers dikatakan bahwa tradisi tabaruk (meminta berkah) sering dilakukan di makam Tengku Ciah Kuala.
19.Snouck juga mengatakan bahwa tradisi-tradisi Syiah seperti upacara kelahiran, kematian,Saman, Seudati, Rapa’I dan Bardabus masih banyak dilakukan oleh kalangan Sunni.

20.Maulana Malik Ibrahim yang dianggap sebagai wali pertama dari Wali Songo diperkirakan berasal dari wilayah Kashan, Persia.

21. Menurut Ibnu Batutah, wakil laksamana Kesultanan Islam Samudera Pasai adalah orang Persia.

22.Disebagian kalangan Indonesia masih dilakukan tradisi tidak melakukan pernikahan di bulan Suro dan adanya tradisi bubur merah-bubur putih.

23.Nama kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Pase. Nama ‘Pase’ diambil dari nama ‘Persi’ sebagai suatu tanda hormat dan untuk memperingati nama negeri Persi yang dianggap sebagai asal penyebar Islam di Indonesia.

24. Menurut Slamet Mulyana, Kerajaan Pajang yang menggantikan kedudukan kerajaan Demak merupakan kerajaan yang beraliran Syiah


KELEMAHAN TEORI PERSIA

•Terkait dengan nama Pase yang dianggap berasal dari kata ‘Persi’, hal itu dibantah oleh sejumlah pihak. Nama ‘pase’ dianggap bukan berasal dari kata ‘persi’, tetapi berasal dari kata ‘pasir’ menurut logat masyarakat Aceh, yang sesuai dengan letak kerajaan Pase yang berada di pantai Pulau Sumatera yang berpasir. Umumnya orang Aceh hampir tidak dapat mengucapkan huruf ‘r’ yang mati diakhiran kata, sehingga mereka mengucapkan ‘pase’ untuk menyebut ‘pasir’.

•Kecintaan terhadap Ahlu Bait bukan semata-mata perilaku yang dimiliki oleh kalangan Syiah. Kecintaan dan penghormatan terhadap keluarga Nabi SAW (Ahlu Bait) juga dimiliki oleh kalangan Sunni.

•kelemahan lain teori Persia/Syiah adalah bahwa tidak semua Ahlu Bait adalah identik dengan Syiah. Adapula keturunan Nabi yang menganut Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Sangat besar pula kemungkinan, keturunan Nabi SAW yang berasal dari kalangan Sunni ini turut menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.


TEORI INDIA / GUJARAT

Teori ini banyak dianut oleh sejarawan dan ilmuan Belanda seperti  Moquette, Pijnappel, seorang ahli dari Universitas Laiden dan Snouck Hurgronje. Teori ini mengatakan bahwa asal muasal pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari India atau Gujarat dan Malabar. Ajaran Islam datang dari India yang dibawa oleh para pedagang sejak abad XIII M. Snouck berpendapat bahwa baru pada abad XVI M pengaruh Arab mulai masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu Hadramaut dan Mekkah. 

Berikut ini adalah sejumlah argumentasi terkait dengan teori tersebut :

❶Terdapat sejumlah bukti arkeologis berupa batu nisan beberapa makam yang diperkirakan berasa atau dibuat di India atau Gujarat seperti batu nisan makan Sultan Malik as Saleh yang berangka tahun 1297 M, batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim dan batu nisan makan Fatimah Binti Maimun di Leran dekat Gresik. Dari bentuk dan macamnya, jirat-jirat di pemakaman raja di Samudera itu memiliki keserupaan dengan jirat-jirat yang terdapat di Gujarat, sedangkan diantara jirat-jirat di Aceh itu ada pula yang ternyata sisi dalam dari batunya berpahatkan relief-relief dari kuil Hindu di Gujarat.

❷Sejak abad II M antara India dan kepulauan Nusantara telah terjalin hubungan dagang yang cukup ramai. Sistem perdagangan dan pelayaran yang menggunakan sistem angin musim saat itu memungkinkan para pedagang dari India untuk menetap beberapa waktu lamanya di kepulauan Nusantara.

❸Adanya persamaan mistik-islam (Tasawuf) yang ada di India dengan di Indonesia.

❹Menurut Marcopolo, di kawasan Perlak (Peureula) terdapat banyak pedagang Islam yang berasal dari India yang giat melakukan penyebaran agama Islam di kawasan tersebut.


KELEMAHAN TEORI GUJARAT/INDIA :

❶Kelemahan teori Gujarat/India antara lain dikemukakan oleh Hamid al Gadri. Dalam bukunya Souck Hurgronje, Pengaruh Belanda terhadap Islam dan Keturunan Arab dikatakan  bahwa di Aceh terdapat makan cicit Khalifah Abbsid yang melarikan diri ke Delhi, India, setelah kerajaannya diserbu oleh Hulagu Khan, pemimpin Mongol pada tahun 1298 M. Sebagaimana yang sudah diketahui, keturunan dinasti Abbasid merupakan orang Arab yang beraliran Sunni.

❷Snouck Hurgronje sebagai pionir teori Gujarat/India sulit dibedakan antara sebagai ilmuan dan sebagai bagian dari birokrasi kolonial Belanda. Sebagai ilmuan seseorang seharusnya dituntut bersikap objektif dan netral, tetapi dalam kapasitasnya sebagai penasehat Belanda untuk urusan Bumiputera pendapat-pendapat Snouck seringkali dianggap sebaai perpanjangan kepentingan kolonial Belanda yang memiliki maksud-maksud tertentu.

❸Pendapat yang menyebutkan para mubaligh Islam di Indonesia berasal dari India memiliki kelemahan lain, yaitu adanya realita bahwa umat Islam di India adalah minoritas dibandingkan dengan penganut agama Hindu, sehingga kondisi itu kurang memungkinkan bagi mereka untuk menyebarkan Islam di luar India. Mereka kemungkinan lebih memprioritaskan penyebaran Islam di kawasan India terlebih dahulu.

❹Teori Gujarat ini memiliki kelemahan, diantaranya menurut Ibnu Batutah, pada abad XIII M Gujarat beraliran Syiah sedangkan pada saat itu Samudera Pasai menganut aliran Sunni.

❺Marison membantah teori Gujarat disebabkanketika terjadi Islamisasi di Samudera Pasai, yang rajanya wafat pada 699 H/1292 M, Gujarat  saat itu masih merupakan kerajaan Hindu. Baru setahun kemudian (699 H/1298 M) Gujarat ditaklukkan oleh kekuasaan Muslim. Jika Gujarat adalah pusat Islam, yang dari tempat itu para penyebar Islam datang ke Nusantara, maka Islam pastilah telah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum kematian Malik as Saleh.

❻Teori India juga dibantah olah Naquib al Attas dengan argumentasi bahwa adanya batu nisan yang berasal dari Gujarat tidak secara otomatis menyimpulkan bahwa para penyebar Islam berasal dari Gujarat. Ia juga menyoroti bahwa tidak ada satupun tulisan-tulisan tentang Islam di kawasan Melayu yang ditulis oleh pengarang muslim India.

TEORI SINTESA

Teori ini dikemukakan oleh sejumlah tokoh diantaranya adalah Azumardi Azra. Di dalam bukunya Jaringan Ulama dikatakan bahwa hubungan antara kaum muslim di kawasan Melayu-Indonesia dan Timur Tengah telah terjalin sejak masa-masa awal Islam. Para pedagang muslim dari Arab, Persia dan Anak Benua India yang mendatangi kepulauan Nusantara tidak hanya berdagang, tetapi dalam batas tertentu juga menyebarkan Islam kepada penduduk setempat. Walaupun pada awalnya penyebaran Islam banyak dilakukan oleh para pedagang, tetapi pada masa-masa selanjutnya penyebaran Islam nampaknya lebih banyak dilakukan oleh para guru pengembara sufi yang sejak akhir abad ke-12 datang dalam jumlah yang semakin banyak ke Nusantara.


TEORI TIONGKOK/CHINA

Teori ini dikemukakan oleh seorang filolog dari Universitas Indonesia yang bernama Slamet Mulyana. Salah satu sumber informasi yang menjadi dasar teorinya adalah catatan perjalanan Ma Huan, yang merupakan sekretaris yang menyertai perjalanan Laksamana Cheng Ho dan Kronik dari Klenteng Sam Pho Kong di Semarang yang dikumpulkan oleh Residen Poortman, yang merupakan Acting Adviseur Voor Indlandsche Zaken  Van Het Binnenlandsch Bestuur di Batavia. Selain itu teori ini juga menggunakan sejumlah sumber klasik lainnya seperti Serat Kanda dan Babad Tanah Jawi, terlepas dari kredibilitas sumber sejarah tersebut.

Teori Tionghoa berkembang ke ruang publik seiring dengan runtuhnya pemerintahan Orde Baru. Masa Reformasi yang ditandai dengan adnaya demokratisasi di segala bidang termasuk dalam bidang informasi telah mengakibatkan adanya pluralisme sejarah. Sejak masa reformasi telah bermunculan banyak versi sejarah yang selama ini cenderung berada pada posisi marjinal yang menggugat versi sejarah yang selama ini dianggap mapan.

Berikut ini adalah sejumlah pendapat yang terkait dengan teori Tionghoa  tersebut ;

❶Raden Patah, yang merupakan pendiri kerajaan Islam Demak merupakan keturunan Tionghoa dengan nama Senopati Jin Bun. Kata Jin Bun dalam salah satu dialek Cina berarti ‘orang kuat’. Demikian pula dengan raja/sultan dari kerajaan/kesultanan Demak lainnya. Senapati Jin Bun mendapatkan tugas untuk mendirikan masyarakat Islam di Demak oleh Sunan Bonang (Bong Swi Hoo) untuk menggantikan masyarakat Tionghoa Islam di Semarang yang dianggap sudah murtad.

❷Slamet Mulyana berpendapat bahwa para wali yang lebih dikenal dengan nama Wali Songo adalah orang Tionghoa atau keturunan Tionghoa. Seperti Sunan Ampel yang seberanrnya bernama Bong Swi Hoo yang datang di Jawa tahun 1445. Demikian pula dengan Sunan Kalijaga atau Raden Said yang merupakan Gan Si Cang, sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah Toh A Bo, putera Sultan Trenggana (Tung Ka Lo), sementara Sunan Kudus atau Jafar Sadik adalah Ja Tik Su.(Mulyana, 2009)

❸Laksamana Cheng Ho merupakan laksamana muslim dari dinasti Ming yang ditugaskan menyebarkan ajaran Islam mazhab Maliki salah satunya di pulau Jawa dan mendirikan Masjid Sam Po Kong di Semarang. Laksamana Cheng Ho merupakan orang pertama yang membentuk masyarakat Tionghoa Islam pertama di Nusantara pada tahun 1407 setelah Ia membebaskan kota Palembang dari perampokan-perampokan yang dilakukan oleh orang-orang Hokkian. Seiring dengan mundurnya dinasti Ming, maka masyarakat Tionghoa muslim di Semarang juga mengalami kemunduran sehingga sejumlah masjid kemudian dirubah menjadi Klenteng termasuk Klenteng Sam Po Kong.

❹Masyarakat Cina/Tionghoa yang bermukim di Jawa umumnya berasal dari Kanton, Zhangzhou dan Quanzhou. Mereka meninggalkan negeri Cina/Tiongkok dan menetap di pelabuhan-pelabuhan pesisir Jawa bagian timur seperti Tuban, Gresik dan Surabaya. Kebanyakan orang Cina/Tionghoa tersebut telah masuk Islam.



REFERENSI :


-Aboe Bakar Atjeh, Sejarah Syiah di Nusantara, Bandung : Sega Arsy, 2017

-Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Bandung : Mizan, 1995

-Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajagrafindo,2006

-Hamid al Gadri, Snouck Hurgronje, Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab, Jakarta : Sinar Harapan, 1984

-Hamka, Antara Fakta Dan Khayal : Tuanku Rao,Jakarta : Republika,2017

-Mangaradja Onggang Parlindungan, Tuanku Rao, Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak 1816-1833,Yogyakarta : LKiS,2007

-Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung : Al Ma’arif,1981

-Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III, Yogyakarta : Kanisius,1993

-Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, Jakarta : Bulan Bintang, 1979

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)