KONFLIK SINO-SOVIET DAN PENGARUHNYA TERHADAP DUNIA KOMUNIS
KONFLIK
SINO-SOVIET DAN PENGARUHNYA TERHADAP DUNIA KOMUNIS
PENDAHULUAN
Benih ketidaksukaan Partai Komunis Tiongkok pimpinan Mao
Tse Tung terhadap Uni Soviet sudah terpendam lama. Ketika Mao Tse Tung sedang
berjuang mati-matian melawan kelompok nasionalis, Stalin justru terus menerus
mendorong Mao untuk bekerjasama dengan Chiang Kai Sek, pemimpin Guomindang yang
sangat dibenci oleh Mao.
Pada saat itu Moskow yang merasa dirinya sebagai pusat
komunisme internasional, mampu menekan Partai Komunis Cina untuk bersekutu
dengan kaum nasionalis yang tergabung di dalam kuomintang melalui Front Nasional. Hal tersebut memang
merupakan salah satu taktik kaum komunis untuk bersekutu dengan ‘kaum borjuasi
nasional” yang sudah maju untuk kemudian memanfaatkan persekutuan itu atau sekalian
memanfaatkan ‘kaum borjuasi nasional”.(Dahana,1996)
Stalin sendiri tidak mempercayai Mao dan tentaranya yang
dianggap sebagai petani yang tidak berpengalaman. Menurut Stalin, Mao adalah
petani yang menganut ajaran Marxisme dari gua. Pendapat itu dikemukakan oleh
Stalin setelah membaca tulisan-tulisan para pemimpin Cina yang disebutnya
sebagai feudal dan untuk menggambarkan betapa Mao telah menganut Marxisme secara
dogmatis.
Stalin sendiri menyimpan ketidaksukaan pribadi kepada Mao.
Stalin menganggap Mao sebagai pemimpin yang sukar diatur dan selalu
membangkang. Pengalaman pembangkangan Tito dari Yugoslavia menjadikan Stalin
berupaya agar tidak ada lagi tokoh komunis yang akan menyaingi kepemimpinannya
atas dunia komunis.
Mao menyadari ketidaksukaan Stalin terhadap dirinya, tetapi
Ia sadar bahwa Cina saat itu masih sangat tergantung kepada Uni Soviet dalam
segala halnya, mulai dari pengakuan internasional sampai kebutuhan persenjataan
dalam rangka menghadapi kelompok nasionalis.
Awalnya Mao masih menaruh rasa hormat kepada Stalin.
Walaupun berkali-kali upaya Mao untuk bertemu dengan Stalin selalu ditampik dengan
kasar, dan ketika ia akhirnya mendapatkan kesempatan berkunjung ke Moskwa
setelah keberhasilannya memengkan perang melawan kelompok nasionalis di tahun
1949, Mao tidak disambut layaknya seorang pemimpin besar yang akan membawa
masyarakatnya memasuki era komunisme, Mao justru diperlakukan dengan tidak
selayaknya.
Pertemuan dengan Stalin itupun mengecewakan Mao karena,
selain bantuan yang tidak seberapa besar yang dia dapatkan dari Soviet, Mao
juga harus menerima kontrol Soviet atas Lushan (Port Arthur) dan jalur Kereta
Timur China di Manchuria sampai pertengahan tahun 1950-an. Hak penambangan
mineral di Xianjiang, provinsi Cina paling barat juga harus diserahkan kepada
Soviet.
Menurut RRT, ada kecenderungan Uni Soviet ingin menguasai
RRT , dan Uni Soviet menganggap RRT baik dan revolusioner, selama RRT tunduk di
bawah pengaruh dan kekuasaan Uni Soviet.
Setelah kematian Stalin pada 1953, Mao akhirnya melihat
kesempatan untuk melepaskan diri dari pengaruh Kremlin dan mengambilalih
kepemimpinan atas negara-negara Komunis. Mao, sebagaimana Stalin juga memiliki
ambisi untuk menjadi pemimpin yang tidak tertandingi kekuasaannya. Apalagi Mao
melihat Krushchev sebagai pengganti Stalin dinilai tidak memiliki kapasitas
yang memadai untuk menjadi pemimpin dunia komunis.
Sebenarnya Krushchev juga memiliki situasi yang smaa dengan
Mao. Ia senantiasa direndahkan dan dianggap remeh oleh Stalin. Akan tetapi
bagaimanapun juga, sebagaimana Mao, Krushchevpun masih sangat tergantung kepada
Stalin agar dapat bertahan dijajaran puncak elit Partai Komunis Uni Soviet dan
menjadi pewaris kekuasaan dari Stalin.
Oleh karena itu, setelah matinya Stalin,
Krushchev, di hari-hari pertama kekuasaannya melakukan destalinisasi. Krushchev
berusaha menjatuhkan nama baik Stalin dan menghapuskan segala pengaruhnya.
Sepeninggal Krushchev, sikap RRT terhadap Uni Soviet tidak
berupah. Pengganti Krushchev, Breznev juga tidak disukai oleh elit Partai
Komunis Cina. Buat Cina, Breznev dianggap sebagai figur yang tidak layak dan
tindak pantas menduduki jabatan sebagai pemimpin dunia komunis.Bahkan Breznev
dianggap juga Hal itu disebabkan gaya hidup Breznev yang sangat borjuis dan
tidak mencerminkan kehidupan seorang komunis sejati.
LATAR BELAKANG
❶ Perbedaan
tafsir Marxisme :
Soviet menganggap bahwa para buruhlah yang menjadi soko
guru revolusi sedangkan petani dianggap sebagai kalangan borjuis kecil yang
tidak memiliki semangat revolusioner. Para elit Komunis Soviet juga beranggapan
bahwa doktrin ideologi Marxisme menyatakan golongan buruh sebagai kaum proletar
yang diharapkan memiliki kesadaran kelas untuk dapat mendukung revolusi.
Sedangkan RRT menganggap bahwa para petani memiliki potensi
revolusioner. Petanilah yang selama ini menjadi pendukung utama gerakan
Komunisme di Cina dan memberikan dukungan terutama ketika kelompok Komunisme
harus melakukan Longmarch ke daerah
pedalaman Cina untuk menghindari teror dari kelompok nasionalis.
Selain itu, Mao Tse Tung juga menganggap bahwa petani
merupakan mayoritas penduduk di Cina dan Cina masih merupakan negara agraris
yang mengembangkan sektor pertanian. Hal itu dianggap sebagai realitas sosial
di Cina yang harus diterima apa adanya. Sedangkan golongan buruh di Cina
jumlahnya terlalu sedikit untuk dijadikan sebagai pilar utama revolusi dan
pembangunan Komunisme.
Selain itu, kedua negara saling klaim mengenai siapa yang
paling pantas sebagai pewaris sejati dari ajaran Marx. Keduanya juga saling
tuduh terkait dengan perbedaan tafsiran atas ajaran Marx. Krushchev menuduh
RRT dan politik Mao Tse Tung ssebagai
bentuk fanatisme dan sikap yang terlalu kekiri-kirian. Sebaliknya, Mao Tse Tung
dalam amanatnya kepada Sidang Komite Sentral Partai Komunis Cina secara
implisit mengecam Uni Soviet yang dianggap tidak berani dalam menghadapi
konfrontasi langsung dengan Amerika Serikat.
❷ perbedaan
sumber referensi komunisme :
Soviet menjadikan pemikiran-pemikiran Karl Marx, Lenin
(Leninisme) dan Stalin (Stalinisme) sebagai sumber utama atau referensi dalam
pelaksanaan Komunisme di Uni Soviet, sedangkan RRT melaksanakan Komunisme
berdasarkan pandangan-pandangan dari Karl Marx dan Mao Tse Tung yang kemudian
dikenal dengan istilah Maoisme.
❸ Persengketaan
mengenai perbatasan :
Uni Soviet memiliki perbatasan darat dan laut yang sangat
panjang dengan RRT sebagai negara tetangganya. Hal ini menimbulkan
kekhwawatiran dikalangan elit Soviet bahwa RRT dapat saja melakukan perluasan
wilayahnya ke wilayah Soviet. Apalagi
RRT menjalankan garis politik yang agresif. Sejumlah negara yang berbatasan
langsung dengan RRT juga mengalami hal yang sama. Bahkan Tibet pada tahun 1959
harus menerima kenyataan pahit diinvasi oleh RRT yang secara militer jauh lebih
kuat dibandingkan Tibet.
Oleh karena itu, Soviet menmpatkan pasukannya dalam
jumlah besar di perbatasan RRT. Antara tahun 1965 dan 1972, jumlah pasukan Uni
Soviet di perbatasan RRT meningkat tiga kali lipatnya, sedangkan kekuatan
angkatan udara taktisnya meningkat menjadi lima kali salaam periode yang
sama.(Scalapino,1985)
❹ Destalinisasi
:
Semenjak wafatnya Stalin, konflik antara Uni Soviet dengan
RRC makin terbuka. Ketidaksukaan Mao terhadap Krushchev bermula ketika Krushchev
melakukan program destalinisasi. Melaui destalinisasi Krushchev berupaya
menghapus pengaruh Stalin di Uni Soviet baik dalam bidang doktrin pemikiran
maupun di jajaran birokrasi pemerintahan. Pada saat perayaan hari ulang tahun
Revolusi Bolsevik ke 40 pada tanggal 17 November 1957, Krushchev mengulangi kutukannya
kepada Stalin dengan menyebutnya sebagai
diktatur yang menganut gaya hidup “kultus pribadi”.
Destalinisasi yang dilakukan oleh Krushchev dianggap Mao
mengancam kekuasaannya. Destalinisasi merupakan upaya Krushchev untuk membentuk
pemerintahan kolektif dan menekan kediktatoran. Mao yang walaupun tidak
menyukai Stalin, akan tetapi meniru gaya Stalin dalam memerintah partai dan
negaranya. Di Cina, Mao sudah sejak awal kepemimpinannya menikmati posisinya
sebagai ‘Sang Ketua” dan “juru mudi revolusi” yang dianggap tidak pernah salah
dan selalu benar. Dia sudah terbiasa berada di dunia di mana dirinya menajdi
titik pusatnya.
Salah satu bentuk destalinisasi yang dilakukan oleh
Krushchev adalah kritiknya terhadap kegagalan dan kemandekan program
Kolektivikasi pedesaan yang pernah dijalankan pada masa Stalin. Mao menganggap
bahwa kritikan itu juga ditujukan kepada dia, karena pada saat itu pun Cina
sedang menjalankan program kolektivikasi pertanian. Bahkan kritikan itu dinilai
Mao sebagai upaya Krushchev untuk melemahkan kedudukannya sebagai pimpinan
Partai Komunis Cina dan berupaya untuk menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan
pimpinan partai lainnya.
Mao juga menilai program destalinisasi telah mengakibatkan
kewibawaan komunisme menjadi luntur. Hal itu dibuktikan dari terjadinya
pemberontakan nasional rakyat Hongaria yang ingin melepaskan diri dari pengaruh
komunisme. Akibatnya, Uni Soviet harus melakukan invasi untuk menumpas
pemberontakan tersebut.
❺ Rivalitas
antara Krushchev dan Mao dan perebutan
pengaruh di dunia Komunisme:
Sesungguhnya telah terjadi rivalitas antara Mao Tse Tung
dan Nikita Krushchev dalam hal merebut pengaruh di dunia komunis. Mao Tse Tung
tidak dapat menerima Krushchev sebagai pemimpin negara-negara komunis di dunia.
Krushchev dianggap Mao tidak memiliki kharisma dan pengalaman revolusioner
sebagaimana pendahulunya, Lenin dan Stalin. Kedua-duanya dalam berbagai
kesempatan selalu berupaya merendahkan satu sama lain.
Ketika Kruschev dengan
sesumbar mengatakan bahwa Soviet akan menyamai Amerika Serikat dalam hal
produksi daging,susu dan mentega perkapitanya dan akan dapat melampaui ekonomi
Amerika Serikat dalam waktu 15 tahun maka Mao merasa terpancing dan menyatakan
bahwa Cina akan dapat menyamai bahkan mengungguli Inggris dalam waktu 15 tahun.
Inilah yang kemudian direalisasikan oleh Mao melalui program Lompatan Jauh Ke
Depan. (Dikotter,2010)
Gerakan Lompatan jauh kedepan itu sendiri juga tidak lepas
dari kritikan Soviet. Gerakan itu dinilai sebagai gerakan yang prematur. Diperkenalkannya
gerakan tersebut juga mengakibatkan pemerintah RRT bertindak keras terhadap
rakyatnya sendiri. Antagonisme yang sebelumnya terjadi antara kelas buruh dan
tani melawan tuan tanah kemudian berubah menjadi oposisi antara rakyat dan
pimpinan partai komunis.(Asdjan,1964)
Pertikaian antara Krushchev dan Mao juga terkait dengan
permasalahan pribadi. Ketika Krushchev melakukan kunjungan kenegaraan ke Cina,
ia diperlakukan dengan tidak hormat oleh Mao. Menurut Krushchev, Mao menganggap
dirinya sebagai maharaja yang memperlakukan Krushchev bagaina orang barbar yang
datang dan memberikan upeti. Menurut Mao kemudian, hal itu dilakukannya untuk
memberikan pelajaran kepada Krushchev.(Li Zhi Sui,1995)
❻ perbedaan
pandangan tentang Perang Korea :
Dalam Perang Korea
yan berlangsung dari tahun 1950 sampai diadakannya genjatan senjata pada
tahun1953 di Panmunjom, RRT memberikan dukungan yang besar kepada Korea Utara. RRT
bukan saja mengirimkan bantuan persenjataan, tetapi juga mengirimpan Tentara
Pembebasan Rakyat untuk mengusir tentara sekutu keluar dari garis demarkasi
Korut-Korsel.
Dalam perang tersebut RRT mengecam Uni Soviet yang dianggap tidak
peduli dengan Korea Utara sebagai sesama negara Komunis. Bantuan yang diberikan
oleh Soviet kepada Korea Utara dalam perang cenderung terbatas dibandingkan
dengan bantuan yang diberikan oleh RRT.
Dalam Perang Korea, korban dikalangan tentara Cina sangat
banyak, sedangkan bantuan yang dijanjikan oleh Stalin hanya sesekali saja. Bahkan
diakhir perang Stalin meminta bayaran dari Cina atas sejumlah perlengkapan
militer yang dikirimkan ke Korea. Perang Korea membuat Mao dan Stalin semakin
saling tidak menyukai satu sama lain.
❼ masalah
nuklir :
RRT kecewa terhadap Uni Soviet dikarenakan Nikita Kruschev
membatalkan perjanjian antara Uni Soviet dan RRT mengenai komitmen Soviet untuk
membantu pengembangan senjata nuklir di RRT.
❽ Denuklirisasi
:
RRT menentang politik Uni Soviet yang hendak melakukan
perjanjian pembatasan senjata nuklir dengan Amerika Serikat. Perbedaan
pandangan keduanya mengenai hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
Sikap Uni Soviet :
♦ Jika terjadi perang nuklir, maka tidak akan ada pihak
yang menang ; seluruh dunia akan mengalami kehancuran
♦ perang nuklir dan pernag dunia bukannya sesuatu yang
tidak dapat dihindarkan
♦ kubu sosialis sudah cukup kuat untuk menangkal segala
serangan. Namun tujuan mengkomuniskan dunia dapat dicapai tidak melalui perang,
melainkan dengan cara memenangkan persaingan dalam bidang ekonomi dan industri
Sikap RRT :
♦ RRT tidak takut kepada imperialisme yang memiliki senjata
nuklir. Mereka sesungguhnya hanya merupakan ‘macan kertas” yang tidak
membahayakan
♦ perang dunia tidak dapat dielakkan ; satu-satunya jalan
menentang perang adalah dengan perang, yaitu perang revolusi nasional
♦ seandainya terjadi perang nuklir, maka Cina mungkin akan
kehilangan separuh penduduknya, manakala bangsa lain menjadi punah.
❾ masalah
hubungan dengan Amerika Serikat :
RRT menentang politik Uni Soviet yang ingin menjalankan
détente atau peredaan ketegangan dengan Amerika Serikat. Menurut Mao, perang
modern adalah hasil dari eksploitasi imperialisme, dan oleh karena itu
perhatiannya harus dicurahkan kepada perjuangan “rakyat-rakyat tertindas”. Dalam
hal ini Mao menganjurkan agar kubu sosialis membantu rakyat-rakyat tertindas
dengan tujuan untuk memencilkan kekuatan perang dari imperialisme.
Mao terus mendesak agar Uni Soviet mengambil politik
pertentangan terhadap Amerika Serikat. Tujuannya salah satunya terkait dengan
kepentingan RRT itu sendiri. RRT berharap, ketika Soviet menjalankan
konfrontasi bersenjata dengan Amerika Serikat dan menempatkan tentaranya di
Kawasan Pasifik Barat maka hal itu akan memudahkan RRT untuk menuntaskan perang
sipilnya dengan Taiwan dan menggabungkan negara itu ke dalam RRT.
(Zagoria,1969)
Kekesalan RRT terhadap Soviet adalah ketika Mao sedang giat-giatnya
melaksanakan Gerakan Lompatan Jauh Ke depan pada 1959 untuk merealisasikan
kebijakan “berdiri di atas kaki sendiri”, maka Krushcev justru mengadakan
pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat, Dwight Eisenhower di Camp David.
Sikap keras RRT ini kemudian dibalas oleh Uni Soviet. Dalam
bulan Juni 1960 Krushchev menyatakan bahwa :
“…Hanya orang
gila dan maniak yang kini menghendaki perang…kini tidak diperlukan adanya perang
dunia untuk memenangkan gagasan sosialis di seluruh dunia…Gagasan tersebut akan
unggul dalam persaingan secara damai antara negara-negara sosialis dan
negara-negara kapitalis…”
Lebih lanjut, Krushchev juga menghimbau negara-negara komunis
di dunia pada masa itu untuk menghondarkan perang terbuka dengan kubu
imperialis, dan mengganti strateginya dengan cara menunjukkan keunggulan kubu
sosialis dengan produksi ekonomi yang melampaui produksi ekonomi negara-negara
imperialis.
❿ perbedaan
dalam hal strategi menginternasionalisasikan ideologi Komunis :
Uni Soviet memiliki pandangan dan doktrin yang berbeda
dengan RRT dalam hal menyebarkan paham Komunis di dunia. Menurut Soviet, paham
Komunis dapat disebarkan di kalangan negara-negara berkembang melalui demokrasi
nasional dan pembangunan secara non-Kapitalis atau pembangunan Sosialis.
⓫ sikap
terhadap Krisis Kuba :
Pada tahun 1962 terjadi Krisis Kuba, ketika Amerika Serikat
memaksa Uni Soviet untuk menghentikan pembangunan instalasi nuklirnya di Kuba
dan Uni Soviet akhirnya mengalah dengan tekanan Amerika Serikat dengan
kompensasi Amerika Serikat akan melakukan hal yang sama di Turki dan Yunani.
Sikap Uni Soviet tersebut dikecam keras oleh RRT yang menganggap sikap tersebut
sebagai sikap pengecut.
SIKAP
NEGARA-NEGARA KUMUNIS TERHADAP KONFLIK CINA-SOVIET
Konflik Cina-Soviet mengakibatkan terjadinya perpecahan
diantara negara-negara komunis di dunia. Pada umumnya negara-negara komunis di
Eropa Timur seperti Jerman Timur, Cekoslowakia, Austria,Hungaria,dan Bulgaria memberikan dukungan kepada Uni Soviet ,sedangkan Rumania cenderung netral dalam cekcok ideologi
antara Rusia-Cina. Adapun Albania merupakan negara Eropa satu-satunya yang
memihak Cina, sedangkan negara-negara
komunis di Asia, Afrika dan Amerika Latin, kecuali Kuba memberikan dukungan kepada RRC.
Berikut ini adalah sikap sejumlah negara komunis terkait
dengan konflik Soviet-RRT :
❶ Kuba
:
Kuba semenjak Fidel
Castro mengambil alih kekuasaan di Kuba cenderung mengarahkan orientasi
politiknya kepada Uni Soviet. Hal itu disebabkan karena Kuba, semenjak revolusi
tahun 1959 telah diblokade secara ekonomi dan politik oleh Amerika, sehingga segala
kebutuhan dalam negeri Kuba baik kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan militer
hanya mengandalkan bantuan dari Uni Soviet.
Memang ketika Che Guevara masih menjadi pejabat di
pemerintahan Kuba, ada upaya untuk mengalihkan kiblat politik Kuba ke RRT. Che
Guevara beranggapan bahwa RRC lebih revolusioner ketimbang Uni Sovet sehingga
dianggap lebih cocok dengan karateristik Kuba yang sedang menjalankan revolusi.
Akan tetapi, atas desakan dari Soviet maka Fidel Castro kemudian menekan
Guevara dan mendesak agar mengakhiri upayanya untuk membangun aliansi politik
antara Kuba dan RRT.
❷Vietnam
:
Vietnam adalah negara komunis yang selalu bersengketa
dengan RRT. Selain karena Vietnam secara politik lebih dekat kepada Soviet,
juga dikarenakan pengalaman sejarah masa lalu Vietnam yang ditandai dengan
seringnya konflik terjadi antara keduanya.
Hanoi dan Beijing tersangkut dalam Perang Dingin yang
pernah berubah menjadi panas, sesuatu yang dengan mudah dapat terulang lagi. Bentrokan
antara kedua bekas sekutu ini disebabkan
oleh beberapa alasan.Satu alasan ialah bertambahnya kehadiran Soviet di
Indocina, yang merupakan sebab dan akibat dari permusuhan Vietnam-RRT.Yang lain
ialah apa yang oleh RRT dianggap sebagai
campur tangan yang tidak semestinya dari Vietnam di Laos dan Kamboja. Ketiga
ialah perlakuan kejam dari golongan etnis Cina di Vietnam, yang diusir sebagai ‘orang
kapal” dan adanya prasangka rasial Vietnam pada umumnya.(Scalapino, 1985)
Memburuknya hubungan antara Vietnam dan RRT juga disebabkan
oleh invasi Vietnam atas Kamboja pada akhir tahun 1978. Setelah menduduki
Kamboja, Vietnam kemudian mendirikan pemerintahan boneka di bawah Heng Samrin
pada awal tahun 1979.Tindakan Vietnam itu dikecam oleh RRT yang merupakan
sekutu Khmer Merah yang digulingkan oleh Vietnam.
Pada 17 Februari 1979, Cina
mengerahkan 600.000 pasukannya untuk menghukum Vietnam. Serangan Cina tersebut
kemudian dihadapi oleh Vietnam dengaan dukungan dari Uni Soviet. Kedekatan
Vietnam ini kemudian berlanjut ketika Vietnam memberikan kepada Uni Soviet dua
bekas pangkalan militer AmerikaSerikat di Vietnam, yaitu di Teluk Cam Ranh dan
Danang.(Luhulima,1998)
❸PKI :
Orientasi politik luar negeri PKI berubah-ubah. Sejak awal
berdirinya, PKI menjadikan Soviet sebagai patron politiknya. PKI dengan setia
menjalankan perintah dari Uni Soviet, misalnya dalam pemberontakan PKI tahun
1926-1927 dan dalam pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Akan tetapi pada
era tahun 1950-an, orientasi politik luar negeri PKI mulai bergeser ke RRT. Hal
itu disebabkan karena RRT memberikan pengakuan, penghargaan dan penguatan
terus-menerus bagi perjuangan yang dilakukan oleh PKI.
Walaupun demikian, PKI tidak punya keinginan sedikitpun
untuk melepaskan independensinya serta mengikuti begitu saja garis politik
Beijing. Artinya, PKI hanya sebatas memadukan tesis Partai Komunis Cina mana
yang cocok untuk program PKI.(Mortimer, 2011).
Kecenderungan PKI kepada RRT menjadi lebih jelas pada tahun
1961, ketika PKI menentang politik koeksistensi damai yang menjadi prinsip
politik Uni Soviet. Semenjak itu PKI dengan terang-terangan menggunakan jargon
revolusioner yang selama ini didengungkan oleh RRT.
Hal itu disebabkan karena
garis politik revolusioner RRT lebih cocok dengan situasi yang dihadapi oleh
PKI. Pada tahun 1961 di dalam negeri memuncak konfrontasi dengan Belanda
terkait dengan persoalan Irian Barat, dan pada tahun-tahun berikutnya sikap
politik PKI semakin radikal dan makin selaras dengan garis revolusioner yang
dijalankan oleh RRT, yang kemudian berujung kepada keterlibatan PKI dalam
Peristiwa G30 S tahun 1965.
Indikasi utama mendekatnya PKI kepada pandangan ideologi Partai
Komunis Cina terjadi pada Kongres VII PKI, April 1962. Pada momen ini, tidak
seperti Kongres V PKI 1954 dan Kongres VI PKI 1959, cara Aidit mengkaji situasi
internasional sudah tidak lagi menggunakan analisis Soviet.
Sebaliknya, fokus yang
diberikan kepada perjuangan anti-imperialis dan perjuangan melawan neokolonialisme di
Asia, Afrika dan Amerika Latin yang dikemukakan oleh Aidit telah menutup ruang
bagi PKI untuk mengikuti politik Koeksistensi Damai yang menjadi garis politik
Uni Soviet saat itu. Pada saat itu PKI semakin memiliki kesamaan pandangan
dengan Partai Komunis Cina, termasuk dalam memandang konflik dan polemik Sino-Soviet. Terkait dengan hal
itu, terlihat bahwa cara Aidit memandang konflik Sino-Soviet sama persis seperti
Cina memandangnya.
Aidit bahkan semakin maju dengan berani memberikan kritikan
tajam terhadap Uni Soviet. Aidit menganggap Soviet sebagai kaum revisionisme modern
yang berusaham memecah belah gerakan pekerja di Indonesia. Aidit juga menuduh
Soviet berusaha memberikan dukungan dan kerjasama dengan kalangan Trotskyis di Indonesia, khususnya dari
Partai Murba.
UPAYA
RRT UNTUK MENJADIKAN DIRINYA SEBAGAI PEMIMPIN KOMUNIS DUNIA
Dalam rangka merebut kepemimpinan di dunia Komunis, maka
RRT melakukan sejumlah langkah sebagai berikut :
❶ RRT
berupaya melakukan pendekatan dengan negara-negara Asia Afrika, dengan cara :
♦ RRT menghadiri Konferensi Asia Afrika yang
diselenggarakan di Bandung, Indonesia. Forum itu dimanfaatkan oleh RRT selain
untuk keperluan domestiknya, yaitu memperkuat klaimnya atas Taiwan juga dalam
rangka melakukan pendekatan kepada negara-negara Non Blok dan juga untuk
mengimbangi pengaruh India dalam konferensi tersebut.
♦ RRT berupaya menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika yang
Kedua. Oleh karena itu RRT melakukan sejumlah lobby dengan mendatangi
negara-negara penggagas KAA I dan sejumlah negara Asia-Afrika lainnya. Zhou En
Lai dalam berbagai kunjungannya menegaskan bahwa Konferensi Asia Afrika II itu
bertujuan untuk memerangi imperialisme, kolonialisme, melawan agresi dan
intervensi, menuntut penarikan mundur pasukan asing dan penghapusan pangkalan
militer asing. Konferensi itu juga bertujuan mendukung gerakan-gerakan
pembebasan nasional, membela perdamaian dunia dan mendorong prinsip hidup
berdampingan secara damai (peacefull-coexistence).
♦ RRT mengekspoitali masalah rasial dengan menjalankan
politik rasial. RRT mengatakan bahwa Uni Soviet adalah negara Eropa dan bukan
bagian dari Asia, serta selalu akan menjadi bagian dari Barat. Delegasi RRT
dalam Konferensi Sastrawan Asia Afrika di Kairo pada Februari 1962 mengatakan
bahwa :
“Orang-orang
Eropa semuanya sama saja (jahatnya)…oleh karena itu kita bangsa-bangsa berwarna
harus bersatu…”
Uni Soviet tidak dapat berdiam diri dari segala bentuk
penistaan yang dilakukan oleh RRT atas negaranya. Soviet merasa bahwa kepemimpinannya
atas dunia Komunis terancam dengan manuver yang dilakukan oleh RRT. Oleh karena
itu, sebagai balasannya Uni Soviet pada Juli 1960 menghentikan bantuan
ekonominya kepada RRT dan menarik pulang semua ahlinya dari RRT. Hal tersebut
merupakan pukulan bagi pembangunan ekonomi RRT, karena tindakan Soviet tersebut
mengakibatkan terhentinya berbagai proyek penting yang sedang dilaksanakan oleh
RRT.
UPAYA
NORMALISASI HUBUNGAN ANTARA UNI SOVIET DAN RRT
Sebenarnya sejumlah upaya pernah dilakukan untuk melakukan
normalisasi hubungan antara Uni Soviet dan RRT. Misalnya, Beijing pernah
mengajukan tiga tuntutan sebagai syarat utama normalisasi. Syarat tersebut
adalah :
❶ penarikan
mundur tentara Soviet dari perbatasan dengan Cina
❷ pemutusan
dukungan terhadap pendudukan Kamboja oleh Vietnam
❸ penghentian
intervensi di Afganistan
Ketiga syarat ini merupakan syarat yang menyangkut masalah
strategis dan geopolitik. Buat Moskow, ketiga syarat tersebut sulit untuk
diwujudkan, apalagi Kremlin makin curiga terhadap persahabatan antara Beijing
dan Washington, ketika pada akhirnya RRT menjalankan juga politik détente dengan
Amerika Serikat, sesuatu yang dulunya pernah ditentang keras oleh RRT.
Upaya pendekatan antara Soviet dan RRT gaga juga karena
terjadinya insiden yang terkait dengan dinamika politik di dalam negeri
RRT.Sejumlah tokoh yang kritis terhadap Mao Tse Tung dituduh dekat dengan Uni
Soviet, terutama Liu Shaoqi dan Lin Biao. Bahkan ketika konfrontasi antar elit Partai
Komunis Cina tersebut memuncak, diketahui bahwa Lin Biao berusaha mencari suaka
ke Uni Soviet, yang berakhir dengan terjadinya kecelakaan yang berujung
kematian Lin Biao.(Dahana,1997)
REFERENSI
:
Abdullah Dahana, Berita Dari Tembok Besar, Jakarta : Sinar
Harapan, 1997
Donald Zagoria, The Sino-Soviet Conflict 1956-1961,New York
: Atheneum,1969
Frank Dikotter, Kelaparan Hebat Di Masa Mao, Sejarah
Bencana Paling Dahsyat Di Cina, 1958-1962, Jakarta : KompasGramedia,2010
James Luhulima, Asia Tenggara Dan Negara luar Kawasan yang Memengaruhinya,Jakarta
: Gramedia, 1998
Li Zhi Sui, Kehidupan Pribadi Ketua Mao,Jakarta : Yayasan
Penelitian Masalah Asia,1995
Mohammad Asdjan, Kreativisme lawan Dogmatisme (Tinjauan
Orang Luar Mengenai Perselisihan Moskow-Peking, Jakarta : Tjandramerta,1964
Rex Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno, Ideologi
dan Politik 1959-1965,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011
Scalapino (ed), Asia Tenggara Dalam Tahun 1980-an,Jakarta :
CSIS,1985
W.D.Sukisman, Sejarah Cina Kontemporer (Dari Revolusi
Nasional Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi Sosialis), Jakarta :
Pradnya Paramita, 1993
Komentar
Posting Komentar