INTERAKSIONISME SIMBOLIK


INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Teori Interaksionisme Simbolik merupakan teori yang berkembang pada era-era belakangan sesudah sebelumnya muncul teori Fungsionalisme struktural dan teori konflik. Teori ini secara embrionikal dapat ditelusuri pada era-era awal dengan menelusuri asal-usulnya dari pendapat Max Weber, bahwa individu bertindak sesuai dengan penafsiran mereka tentang makna dari dunia mereka. 

Baru kemudian seorang filsuf Amerika, George Herbert Mead (1863-1931) memperkenalkan perspektif ini dalam sosiologi Amerika pada tahun 1920. Pasca itu tepatnya pada tahun 1930-an, perspektif Interaksionisme Simbolik dikukuhkan oleh murid G.H.Mead sendiri yaitu Herbert Blumer.

Teori Interaksionisme , sebagaimana teori Konstruksi Sosial Peter L.Berger, Teori Etnometodologi Harold Garfinkel dan Fenomenologi Schuzt , merupakan teori yang dikategorikan atau diklasifikasikan ke dalam teori Humanis. Teori Humanis, berbeda dengan teori Positivis (Fungsionalisme Struktural ) dan teori Kritis,  adalah teori yang memberikan ruang yang besar kepada manusia sebagai aktor untuk membentuk dunia sosialnya sendiri.Teori Humanis memiliki karateristik sebagai berikut :

√ mengutamakan masalah kemanusiaan

√ berasal dari filsafat Kantian  dan perspektif Weberian yang menolak Fakta Sosial dan Positivisme

√ mendasarkan pada realitas kesadaran manusia

√ memiliki konsep realitas objektif dan subjektif

√ menekankan pada bagaimana manusia mengkonstruksi realitas sosial

√ dikenal dengan mazhab Historis Hermeneutik

√ berupaya mengungkapkan realitas sosial melalui bahasa dan tindakan

√ menganggap realitas sosial senantiasa bergerak dan mengalami perubahan

√ menggunakan metode partisipatif,deskriptif dan interpretatif

√ menggunakan metode interpretatif yang tidak memisahkan antara objek dan subjek

√ menggunakan metode kualitatif

Istilah Interaksionisme Simbolik sendiri merupakan sumbangan orisinil dari Herbert Blumer melalui artikelnya Man and Society (1969). Interaksionisme Simbolik membahas interpretasi aktor terhadap simbol, termasuk bahsa, yang dibawa oleh aktor lain dlaam proses interaksi sosial. 

Tradisi interaksionisme simbolik muncul di kalangan ilmuan sosial Amerika Serikat melalui Universitas Chicago. Hal ini tidak lepas dari kemunculan tradisi ini sebagai respon terhadap Fungsionalisme Struktural yang tumbuh kuat dan dominan.

 Menurut Blumer, fokus Interaksionisme Simbolik adalah proses interaksi-yaitu tindakan sosial yang dicirikan oleh adanya orientasi timbal balik secara langsung-dan penyelidikan-penyelidikan terhadap proses-proses tersebut yang didasarkan pada konsep interaksi yang menitikberatkan ciri-ciri simbolik tindakan sosial. 

Pola dasar analisisnya adalah relasi-relasi sosial dimana tindakan bukan sekedar mengambil bentuk penerjemahan preskrisi-preskripsi tertentu menjadi tindkaan yang dikehendaki, melainkan juga mencakup tindakan yang di dlaamnya defenisi-defenisi relasi sosial diusulkan dan dibentuk secara simultan atau bertahap.(Gidden, 2008)



PERBEDAAN ANTARA TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK DENGAN TEORI SOSIOLOGI LAINNYA

Sebagai sebuah teori dalam sosiologi, Interaksionisme Simbolik memiliki ciri khas yang membedakan dengan teori-teori sosiologi lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :


Perbedaan antara interaksionisme simbolik dengan teori naturalis :

INTERAKSIONISME SIMBOLIK
TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL/TEORI NATURALIS
Menganalisa aspek-aspek perilaku manusia yang subjektif dan interpretatif
Menekankan aspek-aspek objektif dan mengabaikan aspek subjektif
Melihat manusia sebagai aktor yang bebas
Melihat manusia sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi objektif
Menganalisis realitas sosial dalam tataran mikro
Menganalisis realitas sosial dalam tataran makro
Tindakan bersama yang dilakukan manusia dapat membentuk struktur sosial
Tindakan manusia disebabkan oleh ‘kekuatan dari luar’ (struktur sosial/Fakta Sosial)
Organisasi masyarakat manusia  / struktur sosial merupakan suatu kerangka dimana tindakan manusia berlangsung, dan bukan penentu tindakan tersebut (Blumer)
Organisasi masyarakat manusia  / struktur sosial merupakan suatu penentu tindakan tersebut
Organisasi masyarakat manusia  / struktur sosial  dan perubahan yang terjadi di dalamnya adalah produk dari kegiatan unit-unit yang bertindak dan tidak oleh ‘kekuatan-kekuatan’ yang membuat unit-unit itu berada di luar penjelasan.
Organisasi masyarakat manusia / struktur sosial  bersifat objektif,eksternal,koersif dan general.
(Poloma,2004)



Perbedaan antara interaksionisme simbolik dengan teori pertukaran :

INTERAKSIONISME SIMBOLIK
TEORI PERTUKARAN
Manusia memberikan pemaknaan terhadap setiap objek yang dihadapi oleh manusia
Menilai tindakan manusia semata-mata sebagai tanggapan langsung terhadap stimulus sosial
Manusia adalah aktor yang sadar dan refleksif, yang menyatukan objek-objek yang diketahuinya melalui proses ‘self-indication’ (Blumer)
Tindakan manusia disebabkan oleh ‘kekuatan dalam’ (Homans)



Perbedaan antara Behaviorisme Radikal John Watson dan teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead :

BEHAVIORISME RADIKAL JOHN WATSON
TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD (BEHAVIORISME SOSIAL)

Mereduksi perilaku manusia pada mekanisme yang sama yang sama dengan yang ditemukan pada tingkat hewan yang lebih rendah
Merujuk kepada deskripsi perilaku pada tingkat yang khas manusia
Manusia sebagai makhluk yang pasif, tidak berfikir, yang perilakunya ditentukan oleh rangsangan di luar dirinya
Membedakan perilaku manusia dengan perilaku hewan
Menolak gagasan bahwa manusia memiliki kesadaran
Menganggap manusia sebagai perilaku sosial, sebab substansi dan eksistensi perilaku manusia hanya dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan basis sosialnya
Perilaku manusia yang dapat diamati dan dikuantifikasi memiliki maknanya sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa mental yang mendasarinya
Perilaku manusia dapat diamati tetapi lebih bersifat kualitatif yang muncul dari ruang mentalitas internal, yaitu proses memahami dan menafsirkan



Tujuan utama dari pendekatan interaksionisme adalah untuk memahami dunia sosial dan kolektivitas (yaitu representasi dari bebagai kelompok) dengan menganalisis bagaimana diri sang aktor membangun dan bertindak dlaam dunia sosial mereka. Oleh sebab itu, interaksionisme simbolik bisa dikatakan sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari kehidupan menusia.

Pada kerangka ini, interaksionisme simbolik secara afirmatik menegaskan bahwa manusia menafsirkan dan memberikan arti pada dunia melalui satu set kompleks simbol. Arti simbol-simbol ini dihasilkan melalui interaksi diri sang actor (manusia). Melalui interkasi ini bahwa diri sang aktor mengembangkan konsep diri dan struktur sosial yang lebih besar.

Jadi, interaksionisme simbolik memungkinkan untuk membedakan makna suatu simbol yang dikaitkan dengan tindakan mereka. Oleh sebab itu, perspektif ini terdiri dari tiga prinsip utama, yaitu ; makna,Bahasa, dan pikiran. Prinsip-prinsip inti ini menyebabkan kesimpulan tentang penciptaan diri seseorang dan sosialisasi ke komunitas yang lebih luas.

Walaupun berfokus pada aspek mikroskopik akan tetapi teori Interaksionisme Simbolik dapat diperluas menjangkau analisa pada tingkat makro. Sifat institusi-institusi sosial yang besar, yang secara sosial dibangun, mungkin tidak sejelas seperti sifat dunia permainan anak kecil, tetapi semua institusi sosial dikonstruksikan secara sosial. 

Artinya, mereka berpijak pada defenisi-defenisi subjektif bersama yang dikembangkan melalui interaksi. Sebagai hasilnya, institusi-institusi sosial mengalami perubahan apabila ada perubahan dalam defenisi-defenisi subjektif atau pola-pola interaksi yang menjadi dasarnya.(Johnson, 1990)

LATAR BELAKANG MUNCULNYA TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

♦ Dikembangkannya gagasan Max Weber bahwa individu bertindak sesuai dengan penafsiran mereka tentang makna dari dunia mereka

♦ Teori-teori yang bergerak dalam ruang lingkup makro seperti Fungsionalisme Struktural dan teori Konflik tidak mampu menjelaskan tentang proses-proses sosial antara individu-individu dan antara individu dan masyarakat. Interaksionisme Simbolik merupakan satu respon terhadap dominasi fungsionalisme Struktural yang melihat proses makro sosial.

♦ Diutarakannya pemikiran para ahli filsafat moral Skotlandia abad ke-18 yang mencatat bahwa individu mengevaluasi perilaku mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain.Perspektf ini kemudian dibawa ke Sosiologi oleh Charles Horton Cooley (1864-1929), William I. Thomas (1863-1947) dan George Herbert Mead (1863-1931).


LANDASAN FILSAFAT DAN TEORI

Filsafat Pragmatisme yang dikemukakkan oleh John Dewey dan William James.

Pragmatisme merupakan pandangan yang memberikan titik tekan pada nlai kebermanfaatan, sehinggasesuatu tersebut dianggap memiliki standar kebenaran jika ia mempunyai aspek atau nilai kebermanfaatan. Oleh sebab itu, pragmatisme akan bersedia  menerima segala sesuatu apabila ia membawa akibat praktis.

Pengalaman-pengalaman pribadi (sempirikal-subjektif), kebenaran mistis (ontologik-metafisik) dan pengetahuan sains (emirikal-logis dan verifikatif) bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan jika ia membawa akibat yang praktis dan bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian, standar pragmatisme termasuk dalam mengurai kebenaran adalah masfaat bagi kehidupan praktis manusia atau benar apabila membawa suatu hasil.

Filsafat Behaviorisme Radikal yang dipelopori oleh John B.Watson, yang memfokuskan analisanya pada stimulus yang menimbulkan respon pada perilaku manusia (tindakan sosial) yang tampak. Gagasan sentral dari behaviorisme dapat dinyatakan hanya sebagai  science of behavior is possible, ada pula yang menyatakan sebagai kerangka konseptual sebagai dasar ilmu pengetahuan tentang perilaku.

Ilmu pengetahuan tersebut dikenal dengan analisis perilaku atau analisis perilaku yang berisifat eksperimen. Behaviorisme mempelajari peilaku manusia secara objektif dari sudut pandang manifes yang hanya semata-mata ditunjukkan melalui hasil rangsangan dari luar dan cenderung mereduksi sisi internalitas individu.

Behaviorisme menjelaskan kaitan perilaku dengan stimulus yang akhirnya menimbulkan respon. Namun, perilaku dalam kerangka ini diasumsikan sebagai bentuk dari relasional yang bersifat reflex bawaan. Walaupun dipengaruhi oleh filsafat behaviorisme, teori interaksionisme simbolik sendiri berupaya menentang sejumlah premis dasar behaviorisme itu sendiri.

Mead menentang gagasan behaviorisme dengan menyatakan bahwa manusia memiliki kualitas lain yang membedakan dengan hewan dalam memberikan respon atas stimulus yang dihadapi.

Teori Evolusi Charles Darwin, yang menilai bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Interaksionisme simbolik menekankan pada proses perubahan, ketidakstabilan dan perkembangan individu (baca : organisme sosial) sebagai esensi dari sebuah realitas sosial.

Posisional ini menempatkan G.H.Mead pada skop pengadopsian prinsip-prinsip teori evolusi Charles Darwin, yang menyatakan, organisme secara terus menerus terlibat dalam usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan lewat proses inilah karakter dari suatu organisme mengalami proses perubahan yang dinamis. 

Dalam teorinya tersebut, Darwin sendiri mengungkapkan bahwa semua makhluk hidup berevolusi dari bentuk kehidupan sederhana melalui proses mutasi dan seleksi alam.

Oleh karena itu, organisme secara dinamis senantiasa melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan untuk keberlangsungan hidupnya.

Penjelasan Mead tentang pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi ini, di mana ia melihat pikiran manusia sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah, yang memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih efektif dengan alam.

Disiplin ilmu Psikologi

Disiplin ilmu Komunikasi, yang mempelajari aktivitas (interaksi sosial) sebagai ciri khas manusia, yakni pertukaran simbol (komunikasi) yang diberikan makna melalui proses ‘penerjemahan” dan ‘pendefenisian” dlaam diri masing-masing komunikator dan komunikan

Teori Tindakan Sosial dan konsep Verstehen yang dikemukakan oleh Max Weber

Interaksionisme Simbolik memiliki akar dari pemikiran Max Weber, khususnya mengenai Tindakan Sosial. Weber dikenal sebagai tokoh yang berusaha keras membedakan sosiologi sebagai bagian dari ilmu sosial dengan ilmu-ilmu yang lain. Weber beranggapan bahwa sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami tindakan sosial manusia.

 Proses tersebut merupakan metode analitik yang dianjurkan Weber untuk memahami tindakan sosial yang penuh makna antarhubungan sosial dan ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal ; dalam terminologi metode analitik tersebut dikenal dengan istilah Verstehen.

Menurut Weber, terdapat lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, yaitu :

Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif

Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan diam-diam

Tindakan itu diarahkan kepada  seseorang atau kepada beberapa individu

Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu

Walaupun Interaksionisme Simbolik banyak dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber, namun teori Interaksionisme Simbolik tidak melihat tingkat subjektif dalam cara yang sama seperti Weber, juga tidak didasarkan pada perspektif Weber secara eksplisit. Juga, kalau Weber bergerak lebih jauh melebihi analisa tindakan-tindakan individu dan arti-arti subjektif untuk melihat pola-pola perubahan institusional dan budaya yang luas, interaksionisme simbolik seperti Simmel, memusatkan perhatiannya terutama pada tingkat interaksi antarpribadi secara mikro.(Johnson,1990)



POSISI TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK DALAM TEORI SOSIOLOGI

Teori Interaksionisme simbolik, bersama-sama dengan teori Fenomenologi dan Etnometodologi menurut George Ritzer marupakan teori yang berada dalam ruang lingkup paradigma Defenisi Sosial. Paradigma Defenisi Sosial mencakup teori-teori yang menganggap subject matter sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh arti (makna) yakni tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain.

Paradigma Defenisi Sosial menurut George Ritzer antara lain memiliki ciri sebagai berikut :

→ Mengakui arti penting kedudukan individu

→ berasumsi bahwa manusia memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol dari Fakta Sosial (Voluntarisme)

→ menggunakan metode observasi dlaam pencarian datanya

→ bersifat mikro-objektif  (meliputi pola tingkah laku, tindakan dan interaksi sosial) dan mikro-subjektif (pembentukan realitas)

KATA KUNCI TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Makna
Bahasa (simbol)
Pikiran (mind)
Diri (Self)
Significant other
Generalzied other
Pengambilan peran (role taking)
Bermain (Play)
Permainan (Game)
Individu
Dunia Sosial


PROPOSISI TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Perilaku manusia itu mempunyai makna dibalik yang menggejala

Pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumbernya ke dalam interaksi sosial

Komunitas manusia itu merupakan proses yang berkembang holistik, tidak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga

Pemaknaan berlaku menurut penafsiran fenomenologi, yaitu sejalan dengan tujuan, maksud, dan bukan berdasarkan mekanik

Konsep mental manusia berkembnag secara dialektik

Perilaku manusia itu wajar, konstruktif, dan kreatif, bukan elementer-reaktif

Perlu menggunakan metode introspeksi simpatetik yang menekankan pada pendekatan intuitif untuk menangkap makna

PRINSIP INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Manusia, tidak seperti hewan, diberkahi dengan kemampuan untuk berfikir

Kemampuan untuk berfikir dibentuk oleh proses interaksi sosial

Dalam interaksi sosial manusia mempelajari makna-makna dan simbol-simbol yang memungkinkan mereka melaksanakan kemampuan manuswia yang unik untuk berfikir

Makna-makna dan simbol-simbol yang ada memungkinkan manusia melaksanakan tindakandan interaksi manusia yang khas.

manusia mampu memodifikasi dan mengubah makna-makna dan simbol-simbol yang mereka gunakan di dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka atas situasi yang mereka hadapi

Manusia mampu membuat modifikasi-modifikasi dan perubahan-perubahan itu, sebagian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan dirinya sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa serangkaian tindakan yang mungkin, menaksir keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian relatifnya, serta memilih salah satu diantaranya

Pola-pola tindkaan dan interaksi yang terangkai membentuk kelompok-kelompok dan masyarakat (Umiarso, 2014)




ASUMSI DASAR  TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

♦ Konsep diri manusia mencul melalui proses interaksi

♦ interaksi tersebut membutuhkan simbol-simbol tertentu sebagai media interaksi

♦ simbol tersebut dapat berbentuk bahsa,tulisan,bahasa tubuh dan lain sebagainya

♦ masyarakat /kehidupan sosial merupakan  realitas subjektif

♦ manusia bukan semata-mata produk dari struktur

♦ manusia adalah aktor yang bebas

♦ realitas sosial merupakan sebuah proses yang dinamis

♦ menusia dan realitas sosial / aturan sosial berada dalam proses akan jadi, bukan sebagai fakta yang sudah lengkap

♦ teori interaksionisme simbolik sangat mengagumi kemampuan diri sang aktor (manusia) dalam menggunakan simbol ; ia menyatakan bahwa diri sang aktor bertindak berdasarkan makna simbol yang muncul dalam situasi tertentu

♦ menekankan pada korelasional pada simbol dan interaksi

♦ beranggapan bahwa simbol-simbol dalam interaksi sosial merupakan embrionikal dari masyarakat (society)

♦ menganggap diri sang aktor sebagai subjek dan sekaligus objek dalam komunikasi yang sedang berlangsung sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya proses saling memengaruhi antara komunikator dan komunikan bahkan terhadap realitas sosial itu sendiri

♦ menganggap bahwa interaksi sosial yang terjadi dalam skala kecil berperan membentuk struktur sosial dlaam skala besar

♦ menganggap bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi secara simbolik dengan dirinya sendiri (internalitas)  maupun dengan orang lain (eksternalitas)

♦ menganggap bahwa masyarakat merupakan produk dari individu (manusia) yang dipandang sebagai aktor yang bersifat aktif dan terus menerus berproses


FOKUS DAN METODE INTERAKSIONISME SIMBOLIK

menekankan interpretasi dan pemaknaan dari tindakan dan interaksi manusia

masyarakat tercipta, bertahan dan berubah berdasarkan kemampuan manusia melakukan konstruksi sosial

menekankan korelasional pada penggunaan simbol pada interaksi

mengarahkan para sosiolog mempertimbangkan symbol dan detailistik kehidupan sehari-hari dari diri sang aktor ; apa simbol itu bermakna terhadap diri sang aktor, dan bagaimana diri sang aktor berinteraksi antara satu sama lain

menekankan pada usaha diri sang aktor dalam memunculkan makna untuk simbol-simbol yang pada gilirannya diri sang aktor bertindak sesuai dengan interpretasi subjektif mereka dari simbol-simbol tersebut

menekankan pada interpretasi dan makna dari tindakan dan interaksi sosial

merupakan pendekatan dengan orientasi mikro yang memiliki fokus pada interaksi manusia dalam situasi tertentu

merupakan teori yang dicanangkan sebagai studi perilaku individu atau kelompok kecil masyarakat melalui serangkaian observasi dan deskripsi

PEMBAGIAN DAN PETA TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

ALIRAN IOWA
ALIRAN CHICAGO
Bersifat positivis dan naturalis
Bersifat humanistis dan interpretatif
Aliran ini terlalu menekankan pada objektivitas dengan tokohnya Manford Kuhn

mengetengahkan aspek-aspek perilaku manusia yang bersifat subjektif dan interpretatif


TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK KLASIK
TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK MODERN
Georg Simmel “ berpandangan bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian seseorang tergantung pada jaringan hubungan sosial yang dimilikinya, yaitu pada keanggotaan kelompoknya
William James : berpendapat bahwa perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri muncul dari interaksinya dengan orang lain
Max Weber : menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari Tindakan Sosial dan dengan mendefinisikan serta membahas konsep dasar yang menyangkut interaksi seperti tindakan, tindakan sosial dan tindakan non sosial serta hubungan sosial
Charles Horton Cooley : menganggap bahwa diri seseorang berkembang dalam interaksinya dengan orang lain
John Dewey : beranggapan bahwa pikiran (mind) seseorang berkembang dalam rangka usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan bahwa pikiran tersebut ditunjang oleh interaksinya dengan orang lain
G.H.Mead : menganggap bahwa diri (self) seseorang berkembang melalui tahap Play,Game, dan Generalized Other, dan bahwa dalam proses perkembangan diri ini seseorang belajar mengambil peran orang lain (taking the role of the other)
W.I. Thomas : manusia tidak langsung memberikan tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus) sebagaimana halnya makhluk lain. Sebelum bertindak untuk menanggapi melakukan penilaian dan pertimbangan terlebih dahulu, individu senantiasa melakukan seleksi,mendefinisikan situasi serta memberikan makna pada situasi yang dihadapinya
Herbert Blumer : Interaksionisme simbolik didasarkan atas tiga premis utama, yaitu Pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu  berdasarkan makna sesuatu tersebut bagi mereka. Kedua, makna merupakan suatu proses sosial yang muncul dalam proses interaksi antarmanusia. Ketiga, penggunaan makna oleh para pelaku berlangsung melalui suatu proses penafsiran
Erving Goffman : memperkenalkan konsep Dramaturgi
(diolah dari Sunarto, 2000)


CIRI KHAS TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

♦ merupakan teori yang bernaung di bawah Paradigma Perilaku Sosial

♦ terkait dengan disiplin ilmu Psikologi dan Komunikasi serta Antropologi Budaya

♦ berada pada ruang lingkup mikroskopik

♦ bersifat interpretatif

♦ menggunakan metode kualitatif dengan melalui observasi partisipasi

♦ lahir dari tradisi psikologi sosial

♦ menekankan perlunya fakta subjektif

♦ menekankan pentingnya interaksi bagi kehidupan sosial

♦ menekankan perlunya sosiologi mempelajari Defenisi Situasi dan interpretasi subjektif yang dilakukan oleh aktor terhada stimulus objektif

♦ fokus kepada proses individu menjadi anggota masyarakat

♦ menekankan perlunya mempelajari Fakta Subjektif, tanpa mengeyampingkan Fakta Objektif

♦ merupakan suatu studi tentang interaksi sosial yang berfokus pada bagaimana orang mengembangkan konsep diri mereka melalui proses komunikasi di mana simbol-simbol seperti kata-kata, gerak tubuh dan pakaian memungkinkan orang untuk memahami harapan orang lain

♦ menolak pembedaan antara konsep individu dan kelompok karena keduanya dianggap sebagai fenomena yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.


TOKOH-TOKOH YANG MEWARISI TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK


TEORI INTERAKSIONISME HERBERT BLUMER

Menurut Herbert Blumer, Interaksionisme Simbolik bertumpu pada tiga premis :

Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. Tindakan manusia terhadap sesuatu terjadi bila sesuatu tersebut memiliki arti atau makna bagi pelaku (aktor). Bagaimana seorang aktor bertindak terhadap sesuatu, tergantung dari arti atau makna apa yang diberikan oleh aktor terhadap sesuatu itu.

Makna tersebut berasal dari  ‘ interaksi sosial seseorang dengan orang lain’. Melalui interaksi sosial antarindividu, makna dibangun. Dengan kata lain, makna dibentuk atau dibangun dlaam proses intreaksi antara seseorang dengan orang lain.

Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung. Suatu makna diubah, disempurnakan atau dipertahankan pada saat proses interaksi sosial berlangsung

Selain itu Blumer juga mengetengahkan sejumlah ide-ide dasar lain dari teori Interaksionisme Simbolik sebagai berikut :

√ Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial.

√ Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi meliputi interaksi non simbolik dan interaksi simbolik. Interaksi-interaksi non simbolik mencakup stimulus-respon yang sederhana, adapun Interaksi simbolik mencakup ‘penafsiran tindakan’.

√ Objek-objek yang tidak mempunyai makna yang intrinsik, makna lebih merupakan produk interaksi simbolik. Objek-objek dapat berupa objek fisik, seperti meja, tanaman atau mobil, objek sosial, seperti ayah, ibu, guru atau teman, dan objek abstrak seperti nilai-nilai, hak dan peraturan.

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK GOFFMAN

Teori Dramaturgi Goffman didasarkan atas sejumlah premis sebagai berikut :

Kehidupan sosial ibarat panggung sandiwara

Terdapat Panggung Depan dan Panggung Belakang

♦ Panggung Depan : berlaku proses pendefenisian situasi,pencitraan, dan terdapat Status Utama (Master status) yang memotong status lainnya.
Hal ini terjadi di ruang publik yang bersifat formal

♦ Panggung Belakang merupakan ruang privat yang bersifat ekslusif

menganggap “Self” (Kedirian) sebagai produk yang ditentukan oleh situasi sosial tertentu

Terjadi dalam interaksi kelembagaan seperti kantor,sekolah dan ruang publik lainnya dan terjadi dalam interaksi non kelembagaan seperti di bioskop,tepi jalan, dan toko

Teori Dramaturgi Goffman memiliki sejumlah ciri khas sebagai berikut :

→ Teori Dramaturgi Erving Goffman sebenarnya merupakan ‘teori turunan” dan Interaksionisme Simbolik

→ memberikan tekanan pada aktor daripada struktur sosial tetapi beranggapan bahwa struktur juga memiliki peranan terhadap aktor

→ Teori Dramaturgi berada pada titik diantara teori Naturalisme / Positivisme dan teori Humanisme ekstrem

→ Teori Dramaturgi menandai pereseran ke arah Humanisme dan penghindaran dari model ilmiah



TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK G.H.MEAD

Teori Interaksionisme G.H.Mead sebenarnya merupakan titik tengah antara dua pandangan yang ekstrem, yaitu antara pandangan yang terlalu menekankan pada objektivitas ekstrem seperti pandangan Durkheim, yang menganggap bahwa pengamatan terhadap Fakta Sosialah yang dapat menganalisa realitas sosial yang ada dan aliran yang menganut subjektivitas ekstrem yang diusung oleh Cooley, yang melihat masalah pokok sosiologi hanyalah merupakan ‘imajinasi-imajinasi’ belaka.

G.H.Mead yang dikenal sebagai pencetus awal dari interaksionisme Simbolik, sangat mengagumi kemampuan diri sang aktor (manusia) dalam menggunakan simbol. Ia menyatakan bahwa diri sang aktor bertindak berdasarkan makna simbol yang muncul di dalam situasi tertentu. Makna dari simbol tersebut pada gilirannya membentuk esensi dari Interaksionisme Simbolik yang menekankan korelasional pada simbol dan interaksi.

Berikut ini adalah pandangan singkat mengenai Teori Interaksionisme Simbolik Mead :

Diri/Self menjalani atau melakukan internalisasi / interpretasi subjektif atas realitas objektif / struktur yang lebih luas

Diri / self merupakan internalisasi seseorang atas apa yang telah ‘digeneralisasi orang lain’ (Generalized Other)

Diri/self terdiri dari biologis dan psikologis (saya/I) dan sosiologis (Aku/Me)

Diri/self  (I) merupakan produk dialektis antara ‘saya” yang merupakan sisi impulsif dari diri, dan “Aku” (Me), yang merupakan sisi sosial manusia

Diri / self terbentuk melalui proses/tahap :

♦ Permainan (Play) : ketika individu hanya menyadari perilakunya saja
♦ Pertandingan (Game) : ketika individu harus mempertimbangkan peranan orang lain. Contoh : Seorang suami atau ayah memainkan peranannya sambal mengakui peranan yang dimainkan oleh istri dan anak.

Individu tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga dengan dirinya sendiri


MENERAPKAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK

KASUS
PENERAPAN
perceraian
Perceraian terjadi akibat adanya pergeseran makna mengenai perkawinan dan perceraian. Perkawinan tidak lagi dianggap sebagai ikatan sehidup-semati. Perceraianpun juga tidak lagi dianggap sebagai sebuah hal yang tabu.
Penyimpangan sosial dan kejahatan
Pelaku penyimpangan sosial dan kejahatan merupakan orang yang diddefinisikan sebagai penyimpang atau penjahat oleh masyarakat melalui stigma/stereotip sosial
sosialisasi
Proses sosialisasi merupakan proses yang dilakukan oleh individu secara aktif melalui proses pemberian makna. Proses sosialisasi ditandai oleh proses pengambilan peran orang lain (take the role of the other)
Struktur sosial
Struktur sosial terbentuk melalui proses interaksi sosial berskala kecil dengan adanya pemberian makna dan pendefinisian situasi. Melalui interaksi sosial seseorang mengkonstruksikan realitas sosial
Pengendalian sosial
Efektifitas proses pengendalian sosial antara lain ditentukan oleh pemaknaan kelompok sosial oleh individu. Semakin bermakna sebuah kelompok maka semakin efektif pula pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok yang bersangkutan terhadap individu
Konflik sosial
Interaksionisme dapat digunakan untuk menganalisa konflik berskala mikro seperti konflik antarindividu dan individu terhadap kelompok melalui penekanan pada individu,simbol (Bahasa dan makna) dan dunia sosial




KRITIK TERHADAP TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

♦ dianggap kurang ilmiah

♦ memperkecil hubungan kekuasaan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat

♦ bersifat terlalu subjektif

♦ tidak memiliki struktur parameter yang baku

♦ tidak bebas nilai

♦ dianggap tidak memiliki basis teori yang kuat

♦ terlalu banyak versi

♦ konsep-konsep yang ada tidak digunakan secara konsisten sebagai satu tatanan teori yang baku dan utuh

♦ dituduh terlalu mudah membuang tekhnik ilmiah konvensional

♦ menganggap konsep-konsep esensial Meadian seperti : pikiran,diri,I,Me tidak memiliki kejelasan.

♦ konsep dasar Interaksionisme Simbolik dianggap tidak tepat dan karena itu tidak mampu menyediakan basis yang kuat untuk membangun teori dan riset

♦ teori Interaksionisme Simbolik dianggap sulit untuk dioperasionalisasikan, akibatnya adalah tidak dapat dihasilkan proposisi-proposisi yang dapat diuji

♦ dituduh meremehkan atau mengabaikan peran struktur berskala luas.

♦ Interaksionisme Simbolik dianggap tidak cukup mikroskopik dan mengabaikan faktor psikologis seperti kebutuhan, motif, tujuan, dan aspirasi

♦Interaksionisme Simbolik dituduh terlalu membuat ‘pemujaan mutlak” terhadap kehidupan sehari-hari dan perhatian yang berlebihan terhadap ‘situasi sementara”, episodik, dan singkat.

MASA DEPAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Interaksionisme Simbolik telah mengalami fragmentasi besar-besaran sehingga memunculkan bnayak sekali versi dan variasi teori

Interaksionisme Simbolik telah mengalami ekspansi dan perluasan jauh melampaui perhatian tradisionalnya terhadap hubungan berskala mikro

Interaksionisme Simbolik telah menggabungkan pemikiran dari berbagai perspektif teoritis lainnya

Interaksionisme Simbolik belakanagn telah dapat diterima oleh para sosiolog yang pada awalnya mempunyai perspektif teoritis lain

Interaksionisme Simbolik secara mendalam terlibat dalam upaya menerangkan berbagai masalah besar yang dihadapi teori sosiologi di tahun 1990-an seperti masalah dikotomi mikro-makro, hubungan antara agen-struktur dan lain sebagainya.





REFERENSI :

-Anthony Giddens & Jonathan Turner, Social Theory Today, Panduan Sistematis Tradisi dan Tren Terdepan Teori Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008

-Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, Jakarta : Kencana, 2015

-George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2004

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana, tanpa tahun

James Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006

-Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI,2000

-Margaret  M.Poloma, Sosiologi Kontemporer,Jakarta : RajaGrafindo,2014

-Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik, Jakarta : Kencana, 2009

-Umiarso, Interaksionisme Simbolik, Dari Era Klasik Hingga Modern, Jakarta : RajaGrafindo,2014

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORDE BARU