FRAGMENTASI, RIVALITAS, DAN KONFLIK ANTARALIRAN POLITIK DAN KEAGAMAAN DI TIMUR TENGAH
FRAGMENTASI,
RIVALITAS, DAN KONFLIK ANTARALIRAN POLITIK DAN KEAGAMAAN DI TIMUR TENGAH
PENGANTAR
Timur Tengah merupakan kawasan yang senantiasa mengalami
pergolakan. Di kawasan ini berbagai perang, kudeta, pemberontakan, gerakan
separatisme, pembunuhan politik dan perebutan kekuasaan selalu mengiringi
perjalanan sejarahnya dari zaman pra kolonial sampai era modern sekarang ini. Salah
satu sebab seringkalinya terjadi ketidakstabilan politik di kawasan Timur
Tengah adalah disebabkan karena adanya fragmentasi yang dialami oleh berbagai
aliran politik dan sekte keagamaan yang ada.
Wilayah Timur Tengah memiliki keragaman yang luar biasa
mulai dari keragaman agama dan aliran keagamaan (sekte dan mazhab), keragaman
etnis,perbedaan aliran politik, struktur politik serta orientasi politik luar
negeri. Semua hal itu memengaruhi dan mendorong dinamika konflik dan persaingan
di kawasan tersebut.
Tingginya tingkat intensitas konflik di kawasan Timur
Tengah juga dipengaruhi oleh campur tangan dan intervensi dari kekuatan-kekuatan
dari luar kawasan. Nilai strategis Timur Tengah yang memiliki cadangan minyak
bumi yang sangat besar menjadikan sejumlah kekuatan global turut terlibat dalam
persaingan dan konflik yang terjadi antar kekuatan politik yang ada.
Walaupun Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet telah berakhir pada tahun 1991, akan tetapi Amerika Serikat dan Rusia
tetap tidak melepaskan perhatian dan kepentingannya di kawasan tersebut.
Amerika Serikat misalnya, memiliki kepentingan ‘abadi’ untuk tetap menjaga
eksistensi dan keberadaan Israel dari ancaman negara-negara Arab tetangganya.
Israel hendak dijadikan Amerika Serikat sebagai penjaga kepentingan Barat
khususnya Amerika Serikat di Timur Tengah.
Inggris dan Prancis juga memiliki kepentingan di Timur Tengah.
Mereka mengklaim memiliki ‘kewajiban moral’ untuk terlibat dalam dinamika
konflik Timur Tengah karena peran historis yang mereka jalankan pada era
kolonial. Inggris dan Prancislah yang membentuk landscape politik Timur Tengah melalui Perjanjian Sykes-Picot di
akhir Perang Dunia Pertama yang menghasilkan terbentuknya negara-negara
nasional di Timur Tengah.
Diantara kepentingan Prancis dan terutama Inggris di Timur
Tengah adalah menjalin lancarnya pasokan minyak dari Timur Tengah khususnya
kawasan Teluk Parsi ke Eropa. Oleh karena itu, keduanya berupaya agar Terusan
Suez tetap terbuka bagi kepentingan mereka baik dalam keadaan damai maupun
dalam keadaan perang.
FRAGMENTASI
KEAGAMAAN
Agama Islam merupakan agama yang mayoritas di kawasan Timur
Tengah. Islam sudah sedemikian mengakar di kawasan Timur Tengah sehingga Islam
sudah menjadi faktor determinan yang menentukan dinamika politik di kawasan
tersebut. Selain Islam terdapat sejumlah agama lainnya yang juga memiliki
pengaruh seperti Kristen dan Yahudi. Agama Kristen dianut oleh kalangan Maronit
di Lebanon serta di wilayah Sudan bagian selatan. Sedangkan pemeluk Yahudi
umumnya terdapat di Israel dan juga terdapat komunitas Yahudi di Iran di
perbatasan Uzbekistan.
Perbedan agama ini
juga memengaruhi pola hubungan antarkekuatan politik di Timur Tengah. Lebanon
misalnya, dalam kurun waktu 1978-1990 telah menjadi ajang pertikaian panjang
perebutan kekuasaan antarkelompok keagamaan terutama antara Islam dan Kristen.
Kelompok Islam yang didukung oleh kelompok kiri progresif menuntut kekuasaan
yang lebih besar dalam struktur politik di Lebanon, yang selama bertahun-tahun
didominasi oleh kelompok Kristen Maronit yang didukung oleh Israel, Suriah dan
Irak.
Berdirinya negara Israel tahun 1948 dan ekspansi politik negara
tersebut telah mengakibatkan Israel menjadi negara dengan penduduk yang
memiliki keragaman agama. Baik Yahudi, Islam dan Kristen harus hidup dalam
sebuah negara yang senantiasa mengalami pergolakan.
Pemerintah Israel dalam prakteknya tidak memberlakukan
kesetaaan terhadap kelompok muslim dan Kristen dalam pemerintahan dan kehidupan
sosial lainnya.Walaupun dianggap sebagai satu-satunya negara demokrasi di Timur
Tengah, Israel seringkali terlihat sebagai negara rasis yang melakukan
diskriminasi terhadap berbagai kelompok etnik-keagamaan lainnya.
PERBEDAAN
ALIRAN KEAGAMAAN
Selain perbedaan keagamaan, juga terdapat perbedaan aliran
keagamaan. Yang paling mencolok adalah adanya aliran Sunni dan Syiah. Sunni
merupakan aliran yang dianut oleh umumnya penduduk di negara-negara Timur
Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Mesir, Lybia, Aljazair, dan Suriah,
sedangkan golongan Syiah banyak terapat di negara-negara seperti Iran,
Bahrain,Lebanon bagian selatan dan Irak.
Antara kedua penganut aliran ini terdapat sejarah
permusuhan yang panjang yang dapat ditarik dari beberapa abad sebelumnya ,
yaitu pada masa kekuasaan Turki Usmani dan dinasti Safawidh di Persia. Konflik
Sunni-Syiah pada era modern terjadi ketika Ibnu Saud mendirikan negara Arab
Saudi yang kemudian terlibat bentrok dengan sejumlah komunitas Syiah di Irak
dan wilayah timur Saudi.
❶ Syiah di Iran
Iran merupakan negara yang secara resmi menjadikan Syiah
sebagai aliran resmi khsusnya Syiah Imamiyah atau Syiah Imam Duabelas. Penduduk
Iran sendiri sebagian besar menganut aliran tersebut, sedangkan kalangan Sunni
, Kurdi, dan Yahudi merupakan golongan minoritas di negara itu. Walaupun
demikian komunitas Sunni relatif dapat menjalankan kehidupannya dengan damai.
Di Teheran terdapat Sembilan masjid mang dikelola secara otonom oleh kelompok
Sunni, seperti Masjid Sodiqiyah,Masjid Tehran Fars,Masjid Syahr Quds,Masjid
Khalij Fars,Masjid an Nabi, Masjid Haftjub, Masjid Vahidiyeh,Masjid Nasim
Syahr,dan Masjid Reza Abad.
Syiah punya pengaruh
yang kuat di Iran dikarenakan kawasan tersebut, seperti Irak merupakan wilayah
kemunculan Syiah pertama kali dalam sejarah Islam.Selain itu, sebagian besar
orang Persi menganut Syiah jika ditinjau dari aspek sejarah merupakan bentuk
perlawanan mereka terhadap diskriminasi yang mereka alami dari bangsa Arab
sejak berkuasanya dinasti Umayyah.
Di Irak dan Iran terdapat sejumlah kota suci bagi penganut
Syiah seperti Karbala dan Qom, yang merupakan pusat studi Syiah di dunia. Pada
abad 12 M, seiring dengan makin melemahya Dinasti Abbasyiah, di wilayah Iran
sekarang pernah berdiri dinasti Shafawidh yang menganut Syiah aliran
Imamiyah/Imam Duabelas.
❷ Syiah di Irak
Jumlah penganut Syiah di Irak lebih banyak dibandingkan
dengan kalangan Sunni dan Kurdi (57 %), tetapi sepanjang berdirinya Irak
modern, mulai dari berkuasanya keluarga Hasyemitte yang dilanjutkan dengan Republik
Irak dengan pemimpinnya Abu Bakar Areef sampai masa pemerintahan Saddam Husein,
golongan Syiah bukan merupakan golongan yang berkuasa.
Bahkan pada masa pemerintahan Saddam Husein mereka
mendapatkan tekanan dan mengalami diskriminasi. Pasca Perang Teluk tahun 1991,
rezim Saddam Husein diduga melakukan genosida terhadap komunitas Syiah yang
terdapat di Irak bagian selatan.
Walaupun sama-sama menganut Syiah Imamiyah/Imam Duabelas,
namun Syiah di Irak memiliki sejumlah perbedaan dengan Syiah yang terdapat di
Iran. Perbedaannya adalah golongan Syiah di Irak merupakan bangsa Arab dengan
tokoh utamanya Muhammad Baqir Sadr. Syiah di Irak menjadikan Najaf dan Karbala
sebagai kota sucinya. Adapun Syiah di
Iran merupakan bangsa Persia dengan tokoh utamanya Ayatollah Khomeini dan
Ayatollah Ali Khamenei. Syiah Iran menjadikan Qom-selain Najaf dan
Karbala-sebagai kota sucinya.
❸ Syiah di Lebanon
Golongan Syiah di Lebanon bukan merupakan golongan yang
mayoritas. Di Lebanon terdapat sejumlah aliran dengan penganutnya
masing-masing.Berdasarkan data-data statistik terdapat empat komunitas
keagamaan-politik di Lebanon, yaitu kelompok Kristen Maronit, kelompok Islam
Sunni, kelompok Islam Syiah dan kelompok
Druze. Golongan Syiah di Lebanon sendiri memiliki orientasi politik yang
berbeda.
Perbedaan ini mengakibatkan terpecahnya golongan Syiah di
Lebanon menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok Hezbollah dengan pemimpinnya
Hassan Nasrallah dan kelompok Amal dengan tokohnya Nabih Berri. Kedua kelompok
Syiah ini bahkan seringkali berperang dan berusaha mendapatkan dukungan dari
komunitas Syiah di luar negeri, terutama Iran dan Suriah.
Gerakan Syiah Lebanon tidak dapat dilepaskan dari figur
Ayatollah Baqir al Shader (beda dengan Baqir al Sadhr di Irak), tokoh yang oleh
banyak pengamat dinilai sangat mewarnai gerakan Syiah di Lebanon.Selain itu
terdapat tokoh lain, yaitu Musa Sadr. Musa Sadr merupakan tokoh yang
menghubungkan antara Syiah Lebanon dan
Syiah Iran.
Musa Sadr sendiri merupakan tokoh yang merupakan teman
seperguruan Khomeini dan sekaligus pernah menjadi salah satu murid Khomeini.
Pada tahun 1969 Musa Sadr diangkat sebagai Ketua Dewan Tertinggi Islam Syiah
(Supreme Islamic Shi’I Council) yang bertujuan memperjuangkan kepentingan
golongan Syiah di Lebanon serta memperjuangkan kepentingan perjuangan
pembebasan Palestina.
Selain itu Musa Sadr juga mendirikan organisasi Harakat al Mahrumin (Gerakan Kaum
Tertindas) yang memiliki sayap militer yaitu Al Muqawwamah Al Lubnaniyah atau yang lebih dikenal dengan
nama AMAL. Tetapi pada tahun 1978 Musa
Sdar terbunuh. Pelakunya diperkirakan adalah agen pemerintah Lybia yang
dipimpin oleh Muammar Qaddafi atau oleh dinas rahasia Iran masa Shah, SAVAK.
Gerakan Syiah Lebanon lainnya yang juga berpengaruh adalah
Hezbollah yang didirikan oleh sekelompok ulama Syiah dengan tokohnya Syaikh
Subhi Tufaili,Syaikh Abbas Musawi dan Syaikh Hasan Nasrullah yang kemudian
dianggap sebagai pemimpin spiritualnya.
❹ Syiah di Yaman
Kelompok Syiah di Yaman sebagian besar menganut Syiah
aliran Zaidiyah. Aliran ini termasuk golongan Syiah yang paling moderat menurut
sudut pandang kalangan Sunni. Walaupun demikian hal itu tidak menghalangi
golongan Syiah Zaidiah atau yang juga dikenal dengan nama kelompok Houti di
Yaman bentrok dengan golongan Sunni lainnya.
Di Yaman terdapat
kelompok Sunni radikal yang beraliran Wahabbi yang dipimpin oleh tokoh
kharismatiknya Syekh Muqbil dan Syekh Rabi Madkholi. Terjadi sejumlah bentrokan
antara kelompok Syiah Zaidiyah dan kelompok Sunni-Wahabi yang memuncak ketika
terjadinya Arab Spring pada tahun 2011.
Ketika terjadinya Perang antara Yaman Utara yang
konservatif dan Yaman Selatan yang menganut Marxis, kelompok Syiah mendukung
Yaman Selatan dalam melawan kelompok Yaman Utara dengan pemimpinnya Ali
Abdullah Saleh yang didukung oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat. Merupakan
sebuah ironi sejarah, ketika Arab Spring
terjadi di Yaman, Ali Abdullah Saleh melakukan koalisi dengan kelompok Syiah/Houti
dalam rangka merebut kembali kekuasaannya yang tergusur akibat Arab Spring tersebut.
❺ Syiah di Afganistan
Kalangan Syiah di Afganistan tidak memiliki perselisihan
yang signifikan dengan kalangan Sunni. Keduanya bahu membahu dalam menentang
paham Komunis yang dipaksakan oleh Rusia pada era Perang Dingin. Ketika Uni
Soviet melancarkan invasi ke Afganistan, kelompok Syiah sebagaimana kelompok
Sunni mendirikan berbagai organisasi perlawanan menentang pendudukan Uni
Soviet.
PERBEDAAN
SEKTE / MAZHAB KEAGAMAAN
Perbedaan sekte atau mazhab keagamaan juga menjadi faktor
penting dalam dinamika konflik di Timur Tengah. Terdapat sejumlah sekte atau
mazhab yang berpengaruh sepserti Salafiyyah / Wahabiyyah di Arab Saudi.
Golongan Wahabbi dikenal sebagai golongan yang memiliki pandangan keagamaan
yang skriptualis dan tekstualis.
Pandangan keagamaan yang hitam-putih ini mengakibatkan
golongan Wahabiyyah seringkali terlibat bentrok dengan penganut Islam lainnya
yang memiliki tafsir keagamaan yang berbeda. Konflik yang berujung kepada
pemisahan Jazirah Arab dari kekuasaan Turki Usmani juga berlatar belakang
perbedaan ini. Turki Usmani yang bermazhab Hanafi yang membolehkan
berkembangnya aliran tasawuf dianggap oleh golongan Wahabbiyyah sebagai negara
yang sesat. Pandangan tersebut mendorong Ibnu Saud lebih memilih bekerjasama
dengan Inggris dalam rangka melepaskan Arab dari kekuasaan Turki.
SEBAB
BERTAHANNYA WAHABISME
Walapun bukan merupakan aliran mayoritas dalam dunia Islam
dan mendapatkan penentangan dari sejumlah kalangan umat Islam, tetapi Wahabisme
tetap bertahan, bahkan menyebar keluar dari lingkup kawasan Timur Tengah dan
Arab.Hal itu disebabkan oleh sejumlah faktor, diantaranya :
♦ Paham Wahabisme mendapat perlindungan dari
kekuatan-kekuatan global, diantaranya Inggris dan kemudian Amerika Serikat
♦ golongan Wahabi memiliki kekuasaan atas Haramain yang
menjadi pusat Islam di seluruh dunia. Melalui pelaksanaan ibadah haji dan
umroh, setiap tahunnya paham Wahabi diperkenalkan dan menjadi satu-satunya
ritual keagamaan yang dianggap sah.
Dengan memegang kendali atas Mekah dan Madinah, Arab Saudi
dapat memerankan pengaruhnya yang luar biasa pada budaya dan pemikiran umat
Islam.Raja Saudi kemudian menyandang gelar sebagai penjaga dan pelayan umat
Islam (Khadim al Haramayn). Gelar itu bertujuan agar raja Saudi dianggap
memiliki otoritas moral atas dunia Islam.
♦ Paham Wahabi berkembang dikarenakan pemerintah Saudi
memiliki kekuasaan atas sumber-sumber minyak bumi. Pendapatan besar yang
diperoleh melalui penjualan minyak bumi digunakan oleh pemerintahan Saudi dan
ulama Wahabi untuk mempromosikan paham Wahabi ke seluruh penjuru
dunia.Khususnya setelah melonjaknya harga minyak di tahun 1970-an, Arab Saudi
dengan agresif mendukung promosi pemikiran Wahabi ke seluruh dunia.
♦ Paham Wahabi juga disebarkan melalui pendirian organisasi
Rabithah Alam Islami diantaranya melalui pencetakan buku-buku dalam semua Bahasa utama dunia dan pemberian
dana untuk pembangunan masjid. Efek dari kampanye ini adalah banyak gerakan
Islam di seluruh dunia kemudian menjadi pendukung teologi Wahabi.
♦ Paham Wahabi dipelihara oleh pemerintah Saudi dalam
rangka untuk menghambat pengaruh dari golongan nasionalis sekuler yang dianggap
memiliki agenda untuk menghapuskan sistem monarki.
KERAGAMAN
ETNIS
Umumnya penduduk di Timur Tengah adalah beretnis Arab
seperti Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Suriah, Lebanon, Mesir, dan Irak. Bangsa
Arab telah lama mendominasi berbagai sektor kehidupan, baik politik, ekonomi
dan sumber daya lainnya. Selain Arab juga terdapat etnis / bangsa Persia.
Persia banyak terdapat dikawasan yang sekarang dikenal dengan nama Iran. Sudah
sejak lama, Timur Tengah identik dengan Arab. Politik dan pemerintahan di Timur
Tnegah tidak dapat melepaskan diri dari unsur kearaban yang memang membentuk
kekhasan struktur politik di kawasan tersebut.
Selain itu juga terdapat etnis Persia yang merupakan etnis
minoritas di kawasan Timur Tengah tetapi merupakan kelompok mayoritas di Iran.
Perbedaan dan persaingan serta konflik antara Arab dan Persia seringkali
dihubungkan dengan ketegangan lama antara keduanya pada masa lampau, baik pada
masa kemunculan Islam maupun pada masa jauh sebelumnya, yaitu ketika terjadi
perang antara Babilonia dan Persia. Perbedaan antara etnis Arab dan Persia
inilah yang menjadi salah satu sumber sulitnya Iran diterima oleh negara-negara
Arab lainnya, selain faktor perbedaan mazhab atau aliran keagamaan.
Kelompok etnis lainnya di Timur Tengah adalah etnis Kurdi.
Etnis Kurdi merupakan kelompok etnis dengan jumlah yang sangat besar.
Diperkirakan terdapat sekitar 50 juta etnis Kurdi di seluruh Timur Tengah.
Etnis Kurdi tersebar di sejumlah negara seperti Turki, Irak, Iran dan Suriah.
Etnis Kurdi sepanjang sejarahnya selalu berjuang untuk memiliki sebuah negara
sendiri yang akan menyatukan etnis Kurdi yang tersebar di sejumlah negara yang
berbeda.
Negara yang dicita-citakan oleh orang Kurdi adalah
Kurdistan. Akan tetapi cita-cita etnis Kurdi tersebut mendapat tentangan dari
negara-negara Arab. Negara-negara Arab seperti Irak dan Suriah serta Iran dan
Turki menentang segala upaya bangsa Kurdi untuk memiliki pemerintahan dan negara
sendiri.
Berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa Kurdi untuk memperoleh kemerdekaan selalu dapat ditumpas oleh negara-negara tersebut.
Bahkan pemerintah Irak pada masa pemerintahan Saddam Husein pasca Perang Teluk tahun 1991 melakukan pemunuhan sistematis terhadap komunitas Kurdi di Irak bagian utara yang dianggap melakukan pemberontakan ketika Irak sedang menghadapi kekuatan pasukan multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Bahkan pemerintah Irak pada masa pemerintahan Saddam Husein pasca Perang Teluk tahun 1991 melakukan pemunuhan sistematis terhadap komunitas Kurdi di Irak bagian utara yang dianggap melakukan pemberontakan ketika Irak sedang menghadapi kekuatan pasukan multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
PERBEDAAN
EKONOMI
Negara-negara di kawasan Timur Tengah terbagi berdasarkan
kondisi perkeonomiannya. Di satu sisi terdapat negara-negara kaya yang
memperoleh kekayaannya melalui kepemilikan sumber daya mineral berupa minyak
bumi. Negara-negara yang dikenal dengan sebutan negara Petrodollar tersebut antara lain Saudi Arabia, Kuwait, Irak,
Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab. Selain itu juga terdapat Iran yang
merupakan negara yang berpenduduk non Arab atau Persia, dan juga Lybia yang
terdapat di kawasan Afrika Utara.
Di sisi lain terdapat negara-negara yang kondisi
perekonomiannya relatif terrsendat-sendat. Keterbatasan sumber daya alam dan
mineral yang disertai dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk mengakibatkan
negara-negara tersebut tertatih-tatih dalam pembangunan ekonominya.
Negara-negara tersebut antara lain Mesir, Suriah, Yaman, Sudan, dan sejumlah negara
lainnya.
Tidak meratanya persebaran kekayaan alam berupa minyak bumi
mendorong Gamal Abdel Nasser menuntut adanya pemerataan kekayaan tersebut di
kalangan bangsa-bangsa Arab. Melalui gagasan Pan Arab Nasser menginginkan agar
negara-negara Arab yang kaya minyak memberikan sebagian keuntungannya untuk
membantu perkembangan negara-negara Arab lainnya yang masih terbelakang.
PERBEDAAN
STRUKTUR POLITIK
Kawasan Timur Tengah juga ditandai oleh adanya variasi dalam sistem politik
negara-negaranya. Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
❶ negara-negara
yang menganut sistem monarki atau kerajaan seperti kerajaan Saudi Arabia,
Yordania, Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, serta Bahrain.
❷ negara-negara
yang berbentuk republik tetapi belum adanya peralihan kekuasaan yang teratur.
Negara ini juga masih dikendalikan dan dimonopoli oleh keluarga tertentu yang
membangun pertalian kelauarga dalam pemerintahan seperti Suriah pada masa Hafez
Assad dan Bashar Assad, Mesir masa Hosni Mubarak, dan Irak masa Saddam Husein.
❸ negara-negara
yang menganut demokrasi seperti Israel dan Turki. Negara ini sudah memiliki
sistem peralihan kekuasaan yang relatif teratur melalui pemilihan umum. Pasca
Musim Semi Arab,Tunisia memiliki kecenderungan memiliki sistem politik yang
relatif stabil setelah kelompok Islamis mengundurkan diri dari arena politik.
❹ negara
yang dikuasai oleh kelompok tertentu seperti Iran yang dikendalikan oleh para
Mollah.
PERBEDAAN
ORIENTASI POLITIK
Dalam aspek politik luar negeri, negara-negara Timur Tengah
memiliki orientasi politik yang berbeda-beda. Hal ini seringkali mengakibatkan
konflik yang terjadi di internal negara terterntu dapat dengan mudah berkembang
menjadi konflik regional bahkan konflik global yang melibatkan
kekuatan-kekuatan utama di dunia seperti Amerika Serikat dan Rusia.
Arab Saudi beserta sejumlah emirat Teluk lainnya yang
tergabung dalam Dewan Keamanan Teluk memiliki kecenderungan berorientasi
politik ke Amerika Serikat. Kondisi ini disebabkan negara-negara monarki
tersebut merasa khawatir dengan berkembangnya gerakan nasionalisme radikal yang
ingin menghapus monarki di Timur Tengah yang dianggap sudah tidak sesuai dengan
masyarakat modern.
Ketergantungan negara-negara tersebut kepada Amerika
Serikat sedemikian besar, sehingga ketika suatu saat Amerika melepaskan
komitmennya untuk mendukung rezim monarki tersebut, maka diperkirakan
negara-negara monarki itu satu persatu akan mengalami keruntuhan.
Arab Saudi misalnya, mengalokasikan sejumlah anggaran
belanja negaranya untuk membeli sistem persenjataan dan pertahanan dari Amerika
Serikat, sehingga Arab Saudi berkembang menjadi salah satu negara dengan
kekuatan militer terkuat di kawasan Timur Tengah.
Turki juga negara yang memiliki tradisi politik yang pro
terhadap Amerika Serikat. Kedekatan Turki dengan Amerika Serikat bahkan diikat
melalui pakta pertahanan NATO. Keanggotaan Turki dalam NATO mendorong Turki
menyediakan wilayahnya sebagai pangkalan militer Amerika Serikat di Incirlik.
Negara lain yang menjalin aliansi politik dan militer
dengan Amerika Serikat adalah Israel. Bahkan dalam hal ini Israel sangat tergantung
kepada Amerika Serikat.
Tanpa dukungan politik berupa hak Veto Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB maupun dukungan militer berupa sistem pertahanan dan alutsista Israel tidak akan mampu menghadapi negara-negara Arab yang senantiasa ingin menghancurkan dan melenyapkan eksistensi Israel.
Tanpa dukungan politik berupa hak Veto Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB maupun dukungan militer berupa sistem pertahanan dan alutsista Israel tidak akan mampu menghadapi negara-negara Arab yang senantiasa ingin menghancurkan dan melenyapkan eksistensi Israel.
Bantuan politik dan
militer yang diberikan Amerika telah menjadikan Israel sebagai negara dengan
kekuatan militer yang ditakuti oleh nagara-negara Arab tetangganya, apalagi
Israel juga mengembangkan teknologi persenjataan nuklir.
Sedangkan Iran, yang awalnya merupakan sekutu dekat Amerika
selain Israel, pasca tumbangnya monarki pada tahun 1979, Iran berbalik menjadi
musuh utama Amerika. Permusuhan Iran dengan Amerika sudah terjadi sejak awal
revolusi yang ditandai oleh adanya krisis penyanderaan staf kedutaan besar
Amerika Serikat oleh para mahasiswa Iran yang pro Khomeini.
Iran seringkali menyebuat Amerika sebagai “setan besar’
yang harus diperangi disebabkan dukungannya terhadap Israel dan Saudi Arabia
yang juga merupakan seteru Iran. Lepasnya Iran dari orbit Amerika ini sangat
merugikan kepentingan Amerika dan sekutunya, sebab, Iran sudah terlanjur
memiliki teknologi nuklir yang sebelumnya dibangun oleh pemerintahan Shah
dengan dukungan Amerika Serikat.
Pada era Perang Dingin (1947-1991), sejumlah negara Arab
menjalin aliansi militer dengan Rusia seperti Mesir pada masa Gamal Abdel
Nasser, Suriah, Irak masa Saddam Husein serta Lybia. Hubungan dekat
negara-negara tersebut dengan Rusia tidak menunjukkan mereka sebagai negara
yang menganut komunisme. Aliansi militer mereka dengan Rusia semata-mata untuk
mengimbangi kekuatan Israel yang mendapatkan dukungan penuh dari Amerika
Serikat.
Pasca Perang Dingin, Rusia mundur teratur dalam percaturan
politik di Timur Tengah. Kondisi perekonomian Rusia pasca bubarnya Uni Soviet
tidak memungkinkan negara tersebut memberikan dukungan militer yang memadai
bagi para sekutunya. Itulah sebabnya, menjelang dan pasca runtuhnya Uni Soviet,
satu persatu negara-negara sekutu Soviet mengalami turbulensi politik.
Irak misalnya, pada tahun 1991 dan 2003 harus berjuang sendirian dan menghadapai kekuatan internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat dalam Perang Teluk. Bahkan dalam Perang teluk tahun 1991, Uni Soviet memberikan dukungan kepada Amerika Serikat dlaam memberikan sanksi kepada Irak melalui sidang Dewan Keamanan PBB akibat tindakan Irak menginvasi Kuwait.
Pada masa terjadinya Musim Semi Arab, Lybia yang juga
merupakan sekutu Rusia harus menghadapi kelompok oposisi yang didukung oleh
negara-negara Barat seperti Amerika dan Uni Eropa yang ingin mendongkel
kekuasaan Moammar Khaddafi.
PERBEDAAN
CORAK IDEOLOGI POLITIK
Dinamika konflik dan rivalitas politik di kawasan Timur
Tengah dicirikan dengan adanya perbedaan corak ideologi politik yang dianut
oleh negara-negara di kawasan tersebut. Perbedaan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
❶ Negara-negara
yang beraliran radikal ;Suriah, Irak masa Saddam Hussein, Iran masa Khomeini,
dan Lybia masa pemerintahan Moammar Khaddafi. Negara-negara tersebut memiliki
garis politik yang radikal walaupun dengan corak yang berbeda-beda. Iran pasca
revolusi misalnya, merupakan negara fundamentalis yang seringkali beretorika
untuk mengekspor revolusinya ke negara-negara Timur Tengah lainnya.
❷ negara-negara
yang konservatif ; Arab Saudi, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain.
Negara-negara tersenut tergabung dalam organissi Dewan Keamanan Teluk.
Negara-negara tersebut merupakan negara monarki yang terbentuk berkat politik
Inggris dan Prancis pasca Perang Dunia Pertama. Negara seperti Saudi Arabia
merupakan negara yang dikuasai oleh satu keluarga yang membangun kekuasaan
secara absolut dengan menyingkirkan lawan-lawan politiknya dan kelompok oposisi
yang ada.
❸ negara-negara
yang “moderat” : Mesir pada masa Hosni Mubarak. Mesir pada masa Mubarak
beberapa kali memosisikan diri sebagai medoiator dalam pertikaian yang terjadi
antaranegara Arab seperti upaya Mesir untuk mendamaikan Irak dan Kuwait akibat
krisis Teluk tahun 1990-1991. Mesir juga menjadi penghubung antara Israel dan
kelompok perlawanan Palestina.
KELOMPOK
KEPENTINGAN DAN KELOMPOK PENEKAN
Dinamika politik Timur Tengah tidak dapat dilepaskan dari peran
sejumlah kekuatan politik di sejumlah negara Timur Tengah. Kekuatan-kekuatan
politik tersebut tidak hanya memainkan peran dalam sebuah negara, tetapi juga
memiliki pengaruh regional. Kekuatan-kekuatan politik tersebut seringkali bukan
saja memiliki pengaruh diidang politik, tetapi juga mengembangkan milisi yang
dapat memaksakan kehendaknya kepada kekuatan yang telah mapan. Berikut ini
adalah sejumlah kekuatan politik yang juga berperan sebagai kelompok
kepentingan dan kelompok penekan di Timur Tengah :
Mesir
|
Ikhwanul
Muslimin
|
Partai
Wafd
|
|
kelompok
Salafi An Nour
|
|
Gereja
Kristen Koptik
|
|
kelompok
liberalis sekuler
|
|
kelompok
cendekiawan pimpinan Mohammad Baradei
|
|
Jamaah
Islamiyah
|
|
Lebanon
|
Hezbollah
|
Fedayyen
(sampai tahun 1982)
|
|
milisi
Phalangist
|
|
Iran
|
Mojahiddin
Khalq
|
Partai
Komunis Tudeh
|
|
kelompok
Ali Syariati
|
|
kelompok
Tohidi pimpinan Bani Sadr
|
|
Front
Nasional Musshadeqi
|
|
Suriah
|
Ikhwanul
Muslimin
|
Jabhat
Nusroh
|
|
Free
Suriah Army
|
|
Arab
Saudi
|
tokoh
kritis ; Salman Audah, Aidh Al Qarni
|
komunitas
Syiah
|
|
Yaman
|
kelompok
Syiah Houti
|
REFERENSI
:
Khaled Abou El Fadl, Sejarah Wahabi dan Salafi, Jakarta :
Serambi,2015
Tashwirul Afkar,Jakarta : Lakpesdam NU, 2017
M.H.Thabathaba’I, Islam Syiah, Asal Usul dan
Perkembangannya, Jakarta : Grafiti,1993
Musa Musawi, Tragedi Revolusi Iran,Bandung : al
Ma’arif,1988
Musthafa Abdurrahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca
Saddam,Jakarta : Kompas,2003
Nino Oktorino, Pedang Sang Khalifah,ISIS dan Ancaman
Radikalisasi Dalam Perang Saudara di Suriah dan Irak, Jakarta : Elek Media
Komputindo, 2014
Riza Sihbudi, Bara Timur Tengah, Jakarta : Mizan,1991
Komentar
Posting Komentar