DINAMIKA POLITIK LUAR NEGERI UNI SOVIET : DARI GARIS DIMITROV SAMPAI GARIS ZDANOV
DINAMIKA
POLITIK LUAR NEGERI UNI SOVIET :
DARI
GARIS DIMITROV SAMPAI GARIS ZDANOV
PENGANTAR
Uni Soviet secara resmi terbentuk pada tahun 1922 setelah
kelompok Merah yang dipimpin oleh Lenin dan Trortzky berhasil mengalahkan
kelompok Putih dalam perang saudara yang berdarah-darah semenjak meletusnya
revolusi Bolsevic pada Bulan Oktober 1917.
Semenjak berdirinya, Uni Soviet kemudian perlahan-lahan
berkembang menjadi kekuatan global yang menandingi kekuatan lama seperti
Inggris, Prancis dan Amerika Serikat dan mengancam negara-negara lain di Eropa
seperti Jerman dan negara-negara lain di kawasan Eropa Timur.
Setelah berdirinya, Uni Soviet menjadi pusat dari gerakan-gerakan
komunis di seluruh dunia dengan didirikannya Komunis Internasional oleh Lenin.
Kebijakkan Uni Soviet yang dikeluarkan oleh Lenin dan kemudian Stalin menjadi
acuan dan rujukan utama yang harus dilaksanakan oleh semua gerakan dan partai
komunis di seluruh dunia.
Pada umumnya, kebijakkan global Uni Soviet yang harus
dilaksanakan oleh seluruh partai komunis di dunia adalah menyebarkan paham
komunis di seluruh dunia, akan tetapi, dalam prakteknya terlihat bahwa dalam
prakteknya politik global Uni Soviet terlihat lebih mengutamakan dan
memprioritaskan kepentingan dalam negeri Uni Soviet ketimbang kepentingan dan
kebutuhan akan komunisme global.
Kepentingan luar negeri Uni Soviet berubah-ubah mengikuti
dinamika kepentingan Uni Soviet saat itu. Hal ini menunjukkan politik luar
negeri Uni Soviet seperti Politik Gergaji yang mudah mengalami dinamika. Hal
ini terlihat dari perubahan sebagai berikut :
❶ Pakta Brets Litovsk (1917)
Perjanjian Brets Litovsk merupakan perjanjian perdamaian
dengan Jerman ketika Perang Dunia I menjelang memasuki babak akhirnya. Lenin
pada tanggal 3 Maret 1917 mengadakan perjanjian perdamaian dengan Jerman dalam
sebuah perjanjian Pakta Brets Litovsk.
Walaupun Rusia mengalami kerugian yang sangat besar dengan
adanya perjanjian tersebut, kelompok Bolshevic bersikeras untuk menandatanganinya.
Berdasarkan perjanjian Brets Litovsk, Jerman mengambil dari
Rusia sekitar seperempat populasinya, lebih dari seperempat industrinya, dan
sejumlah wilayah yang kaya akan bijih besi dan merupakan daerah pertanian yang
produktif.
Tindakan yang dilakukan oleh Lenin tersebut bertujuan agar
kelompok Bolshevic yang baru saja berhasil mengambilalih kekuasaan dari tangan
kelompok sosialis demokrat berupaya melakukan konsolidasi kekuasaan.
Menurutnya, perang yang dilakukan Rusia terhadap Jerman hanya akan mengakibatkan
situasi politik dan ekonomi di Rusia bertambah kacau.
❷ Garis Dimitrov (1935)
Garis Dimitrov adalah garis kebijakkan Komunis
Internasional yang dicetuskan oleh Georgi Dimitrov. Kebijakkan ini dikeluarkan
ketika Eropa sedang berada di ambang Perang Dunia II. Ketika itu Jerman di
bawah Adolf Hitler sedang gencar-gencarnya membangun angkatan perangnya.
Politik luar negeri Jerman saat itu juga semakin agresif
yang ditandai oleh gagasan Lebensraum
yang dianut oleh Jerman. Konsep Lebensraum
atau Politik Mencari Ruang digagas oleh Karl Ritter yang menuntut Jerman
melakukan politik ekspansionis dan imperialis demi membuka ruang bagi
perkembangan industri dan jumlah penduduknya yang semakin besar.
Jerman membutuhkan perluasan daerah untuk menunjang kapasitas
industrinya. Apalagi pasca Perjanjian Versailles yang menyusul kekalahan Jerman
dalam Perang Dunia I mengakibatkan semua jajahan Jerman diambilalih oleh sekutu
termasuk sejumlah daerah vital penghasil batu bara Jerman yang harus diduduki
oleh kekuatan asing.
Politik ekspansi Jerman terlihat dengan adanya invasi
militer yang dilakukan Jerman terhadap Austria, Cekoslowakia dan Polandia, yang
kemudian memicu terjadinya Perang Dunia Kedua.
Rusia saat itu sadar bahwa tujuan utama politik ekspansi
Jerman adalah Rusia. Ada beberapa alasan Jerman hendak mengarahkan politik
ekspansionismenya ke Rusia, yaitu :
♦ Rusia adalah negara Komunis yang merupakan musuh ideologi
utama bagi Jerman yang menganut gagasan nasionalisme ekstrem
♦ Rusia memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah
♦ Bangsa Slavic merupakan bangsa yang dipandang rendah oleh
Jerman yang berbangsa Arya
Menghadapi ancaman imperialisme Jerman tersebut, Rusia
kemudian menyerukan kepada seluruh partai komunis di dunia untuk menyerukan
perlawanan terhadap Fasisme dengan mengadakan kerjasama dengan ‘kelompok
borjuasi nasional’ atau kelompok nasionalis-demokrat di negara mereka
masing-masing.
Seruan ini dirasakan sebagai sesuatu yang sangat ganjil
mengingat antara Komunisme internasional dan kelompok nasionalis demokrat
merupakan kekuatan yang berseteru dan memiliki landasan ideologis yang berbeda
satu sama lainya. Akan tetapi itulah politik. Politik ditandai oleh adanya
pragmatisme yang mengharuskan adanya fleksibilitas dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan.
Garis Dimitrov tersebut bagi Soviet merupakan bentuk
politik yang menempatkan kepentingan Uni Soviet sebagai kepentingan yang harus
didahulukan dan para pendukungnya-partai-partai komunis di dunia-harus
beradaptasi dengannya.
Garis Dimitrov tersebut kemudian diterima secara bulat oleh
partai-partai komunis di dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri
pelaksanaan Garis Dimitrov tersebut terlihat dengan adanya kebijakkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang mengadakan perjanjian dengan Perhimpunan Indonesia
di Negeri Belanda yang menyerahkan pimpinan pergerakan nasional kepada
Perhimpunan Indonesia.
❸ Pakta Non Agresi (1939)
Belum lama Uni Soviet mengeluarkan Garis Dimitrov, Uni
Soviet tidak lama kemudian mengeluarkan kebijakkan kontroversial lainnya yang
justru bertolak belakang dengan Garis Dimitrov. Pada tahun 1939, menjelang
meletusnya Perang Dunia Kedua, Uni Soviet mengadakan ‘perselingkuhan politik’
dengan mengadakan perjanjian dengan Jerman-Nazi.
Melalui Pacta Non Agresi yang diadakan antara Molotov dan
Ribbentrov, Jerman dan Uni Soviet bersepakat untuk tidak saling menyerang satu
sama lainnya.Perjanjian untuk tidak saling menyerang tersebut sesungguhnya di
sisi lain merupakan sebuah ‘kesepakatan’ untuk saling menyerang, dan hal
tersebut terjadi ketika kedua negara tersebut-Jerman dan Rusia-akhirnya
melakukan agresi terhadap Polandia pada bulan September 1939.
Setelah itu Polandia menjadi bangsa yang diduduki oleh dua
kekuatan asing sekaligus, yaitu Jerman yang berkuasa di Polandia bagian Barat
dan Rusia yang berkuasa di Polandia bagian timur.
Pacta Non Agresi memiliki tujuan yang berbeda antara Jerman
dan Rusia. Bagi Jerman, perjanjian tersebut bertujuan untuk menjamin Jerman
tidak harus menghadapi dua front dalam Perang Dunia Kedua. Jerman bertekad
untuk melakukan serangan kilat ke Eropa Barat dan menguasai Belanda, Belgia,
Denmark, Prancis dan Inggris yang selama ini menjadi obsesinya.
Semenjak Perang Dunia I, Jerman terobsesi untuk menjadi
penguasa seluruh Eropa dan menyingkirkan Prancis dan Inggris dalam Politik
regional di Eropa.Jikalau negara-negara Eropa arat telah dikalahkan oleh
Jerman, maka Jerman akan dapat menguasai koloni-koloni mereka di kawasan Asia
dan Afrika yang sangat luas dan kaya tersebut. Sedangkan bagi Rusia, perjanjiannya
dengan Jerman tersebut menjamin-setidaknya sementara-akan ancaman invasi dari
Jerman.
Bagi Jerman, perjanjian untuk tidak saling menyerang
tersebut sebenarnya hanya merupakan kedok semata. Segera setelah mengalahkan
Prancis, Jerman kemudian berencana melakukan serangan kepada Rusia.Menaklukkan
Rusia merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh Jerman-NAZI, karena
memiliki tujuan baik yang bersifat politik, ekonomi dan ideologi.
Tujuan politik Jerman dengan menaklukkan Rusia adalah
Jerman dapat memperluas wilayah pengaruhnya di kawasan timur. Selama ini di
kawasan timur, tidak ada kekuatan yang dapat mengimbangi Jerman selain Rusia.
Dengan takluknya Rusia maka tidak ada halangan bagi Jerman untuk menanamkan
pengaruhnya di kawasan tersebut.
Adapun tujuan ideologis Jerman dengan menyerbu Rusia adalah
bahwa Komunisme internasional atau Bolshevickisme merupakan musuh utama Jerman
yang menganut NAZIisme. Perbedaan keduanya dapat dilihat dari tabel berikut :
Komunisme Soviet
|
Nazisme
|
merupakan
sosialisme ekstrem
|
merupakan
kapitalisme ekstrem
|
merupakan
sosialisme internasional
|
merupakan
sosialisme nasional
|
mengutamakan
perjuangan kelas
|
mengutamakan
perjuangan ras
|
❹ Garis Zdanov (1947)
Ketika Perang Dunia Kedua berakhir dengan kekalahan Jerman,
Jepang dan Italia, maka ancaman Fasisme sudah dikatakan menghilang. Oleh karena
itu pada tahun 1947 Komunis Internasional yang ketika itu bernama Cominform
(Communist Information) dengan pimpinannya Alexander Zdanov mengeluarkan garis
politik baru yang dikenal dengan nama Garis Zdanov.
Berdasarkan Garis Zdanov, Cominform menyerukan agar
partai-partai komunis di dunia, khususnya di Asia untuk melakukan perebutan
kekuasaan dari tangan kelompok “borjuis nasional’ di negara mereka
masing-masing. Kali ini kebijakkan Cominform selaras dengan doktrin yang
diyakini oleh partai-partai komunis di dunia bahwa perjuangan kelas (Class
Struggle) harus dicapai melalui revolusi.
Latar belakang dikeluarkannya Garis Zdanov adalah sebagai
reaksi terhadap politik Amerika Serikat di Eropa Barat pasca Perang Dunia II.
Pasca Perang Dunia II, Amerika Serikat mengeluarkan program European Recovery
Program (ERP) yang kemudian menjelma menjadi Marshall Plan.
Berdasarkan program tersebut Amerika Serikat
menggelontorkan jutaan dollar Amerika untuk membantu pemulihan perekonomian di
kawasan Eropa Barat. Sebagai imbalannya, negara-negara Eropa Barat yang
menerima bantuan tersebut seperti Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, dan
Luxemburg akan membantu Amerika Serikat untuk mencegah berkembangnya komunisme
di kawasan tersebut.
Program tersebut telah mengakibatkan rencana Uni Soviet
untuk mengkomuniskan Eropa Barat menjadi terhambat. Oleh karena itu sebagai
kompensasinya, Uni Soviet kemudian mengalihkan perhatiannya kepada kawasan Asia
Tenggara.
Dampak dari dikeluarkannya Garis Zdanov yang juga dikenal
sebagai garis keras komunis internasional adalah terjadinya sejumlah
pemberontakan komunis di wilayah Asia Tenggara seperti di Birma, Filiphina,
Malaya, Indocina dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Garis Komunis internasional yang baru
di bawa ke Indonesia oleh Musso. Musso yang pulang kembali ke Indonesia bersama
Suripno dari Praha dan transit ke Mesir menamakan rencana komunisme
internasional terhadap Indonesia dengan nama “Jalan Baru’ yang mendorong PKI
melakukan upaya perebutan kekuasaan di Madiun pada tanggal 18 September 1948.
Menurut Harry Poese, tujuan dari strategi komunisme
internasional ini adalah dalam rangka menggoyang kekuasaan negara-negara
imperialisme Barat. Jika kawasan Asia
Tenggara mengalami pergolakan akibat pemberontakan komunis, maka pasokan bahan
mentah dari kawasan tersebut ke Eropa akan tersendat dan melemahkan kekuatan
imperialis tersebut dalam menghadapi Uni Soviet.
REFERENSI
:
Harry A. Poeze, Madiun 1948, PKI Bergerak, Jakarta : YOI,
2011
Robert Gellately, Lenin, Stalin dan Hitler, Jakarta :
Gramedia, 2011
Komentar
Posting Komentar