AGAMA DAN KEKERASAN
AGAMA DAN
KEKERASAN
PENGANTAR
Sejarah umat manusia dari masa ke masa selalu ditandai oleh adanya kekerasan, baik dalam bentuk perang, kerusuhan, konflik komunal hingga terorisme. Kekerasan memiliki latar belakang yang sangat kompleks. Kekerasan dapat dilatarbelakangi oleh aspek ekonomi, yaitu terhalangnya sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhannya, juga dapat dilatarbelakangi oleh faktor lainnya seperti faktor psikologi, politik, ideologi, sosial, budaya, dan agama.
Penggunaan kekerasan dengan menggunakan dalil-dalil agama terlihat jelas ketika publik dikejutkan oleh terjadinya peristiwa 11 September 2001. Peristiwa itu sebelumnya sudah dilalui dengan serangkaian aksi kekerasan baik terhadap target sipil maupun target militer. Setelah peristiwa tersebut, aksi kekerasan dengan nuansa keagamaan terus berlanjut. Sejumlah aksi terorisme dan reaksi yang ditimbulkannya menunjukkan motif-motif agama di balik kekerasan yang terjadi.
Ketika Presiden Amerika Serikat G.W. Bush mengkampanyekan invasi Amerika Serikat atas Irak sebagai aksi balas dendam atas “indikasi keterlibatan Irak dalam peristiwa 11 September, Bush menyatakan bahwa serangan Amerika Serikat tersebut merupakan Perang Salib (Crussade).
Penggunaan istilah Perang Salib kontan mengingatkan masyarakat akan “Perang agama” yang terjadi beberapa abad yang silam, ketika umat Islam dan Kristen saling berperang satu sama lain di Timur Tengah untuk memperebutkan Jerussalem dan daerah di sekitarnya.
Narasi ‘Perang Agama’ sebelumnya juga pernah disampaikan oleh Sekretaris Negara Amerika Serikat, Medeleine Albright. Pada tahun 1998 ia menyatakan bahwa saat ini Amerika sedang berperang menghadapi teroris-teroris agama. Menurutnya hal ini akan menjadi “sebuah perjuangan panjang” dan akan menjadi sebuah perang masa depan.
Narasi tersebut terus dikembangkan bahkan dibuat seakan-akan ilmiah dan menjadi sebuah realitas sosial yang objektif. Hal ini ditunjukkan oleh pandangan Samuel Huntington yang “meramalkan” pasca Perang Dingin, Kristen Barat akan berhadap-hadapan dalam sebuah benturan peradaban antara lain dengan dunia Islam. Islam menurut Huntington tidak dapat beradaptasi dengan gagasan demokrasi yang merupakan credo masyarakat Barat modern.
Pandangan serupa juga dikemukakan oleh seorang sejarawan terkemuka Inggris, Arnold Toynbee. Walaupun pandangannya jauh lebih objektif ketimbang Huntington, Toynbee pada dekade 1950-an pernah menyatakan bahwa suatu saat kelak, konflik antara Demokrasi Barat melawan Komunisme akan digantikan oleh peperangan antara Islam dan Kristen.
AGAMA DALAM SUDUT PANDANG SOSIOLOGI
Hubungan antara agama dan masyarakat bersifat timbal balik
; agama memiliki kemampuan memengaruhi masyarakat, dan masyarakat pun memiliki
kemampuan dalam memengaruhi agama. Agama memiliki wajah ganda ; bersifat
individual dan bersifat sosial.
Dalam sudut pandang Sosiologi, khususnya positivis-empiris agama
hanya dianggap sebagai fenomena sosial
belaka. Artinya agama sebagaimana realitas sosial yang lain merupakan sebuah
fenomena sosial yang terbuka untuk dikaji dan dianalisa.
Dalam kaitannya dengan perubahan sosial, agama bersifat
paradoksal ; di satu sisi agama dapat mendorong perubahan sosial atau bersifat progresif, tetapi di sisi lain
agama dapat juga berfungsi mempertahankan status quo (konservatif)
Sedangkan jika dikaitkan dengan integrasi sosial, agama
juga memiliki dua wajah. Agama dapat mendorong integrasi sosial dan kohesi
sosial sekaligus mendorong terjadinya konflik sosial.
Menurut kalangan fungsionalis, agama memiliki fungsi dan
disfungsi bagi masyarakat, di antaranya adalah sebagai berikut :
Fungsi
agama :
·
agama memiliki fungsi memenuhi kebutuhan dasar
manusia
·
agama mendorong terbentuknya solidaritas sosial
·
agama berfungsi membantu menyesuaikan individu
dengan lingkungan yang baru
·
agama memiliki fungsi edukatif yaitu membedakan :yang baik” dan “yang buruk”
·
agama berfungsi sebagai alat kontrol sosial
·
agama berfungsi memberikan panduan bagi
kehidupan
·
agama berfungsi mensucikan segala usaha manusia
(fungsi sublimatif)
·
agama memiliki fungsi kreatif,inovatif dan
produktif
Disfungsi
agama :
·
agama merupakan sumber konflik di masyarakat
·
agama dapat menghambat perubahan sosial
·
agama
dapat menjadi pembenaran terhadap penyiksaan,peperangan dan terorisme
AGAMA DAN KEKERASAN
Hubungan antara agama dan kekerasan adalah “hubungan gelap”, artinya agama sejatinya tidak mengajarkan kekerasan. Agama pada umumnya mengarahkan umatnya kepada kedamaian dan persaudaraan sejati. Dalam kenyataan empirik seringkali orang atau pihak yang melakukan kekerasan didorong oleh motivasi keagamaan tertentu.
Agama memiliki arti penting bagi aksi-aksi kekerasan dan terorisme karena ia memberikan pembenaran-pembenaran moral untuk membunuh dan menyajikan gambaran-gambaran tentang ‘perang kosmis’ yang menjadikan pelakunya memiliki keyakinan bahwa mereka tengah melakukan skenario-skenario spiritual.
Hal itu bukan berarti bahwa agamalah yang menjadi pemicu timbulnya kekerasan, bukan pula berarti bahwa, dalam beberapa kasus, kekerasan agama tidak dapat dibenarkan oleh cara-cara lain. Tetapi hal itu mengandung arti bahwa agama sering kali menyajikan adat- istiadat dan simbol-simbol yang memungkinkan terjadinya pertumpahan darah, bahkan aksi-kasi katastropis terorisme.
Ide-ide dan gambaran-gambaran tentang kekerasan tidak hanya menjadi monopoli satu agama tertentu. Bahkan setiap tradisi agama besar—Kristen, Islam, Yahudi, Hindu, Sikh dan Budhis—menyediakan diri sebagai pelaku-pelaku kekerasan. Memang agama tidak memerintahkan seseorang dari umatnya untuk melakukan kekerasan.
Ketika Osama bin Laden melakukan serangan terhadap warga sipil Amerika bukan berarti ia dapat dikatakan sebagai seorang ‘teroris muslim’. “ teroris Kristen” ketika ia meledakkan gedung federal Amerika Serikat.
Di dalam ajaran agama perdamaian dan cinta kasih menjadi fokus dari agama-agama yang ada. Di dalam ajaran Islam misalnya, dalam al Qur`an dikatakan bahwa tujuan dan misi dari agama Islam adalah menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Perbedaan agama juga sesuatu yang diakui dalam agama Islam. Nabi Muhammad ketika memimpin Madinah telah memberikan kebebasan kepada orang-orang Yahudi untuk melaksanakan hukum Taurat untuk komunitas mereka.
Al Qur`an juga melarang umat Islam untuk menghancurkan rumah ibadah dari agama lain. Ketika Khalifah Abu Bakar melepas pasukan untuk berperang dengan Romawi, ia berpesan agar tidak melakukan kerusakan dan tidak mengganggu para rahib yang beribadah di dalam biara-biara mereka.
Bahkan ajaran Islam dengan tegas mengecam adanya tindak kekerasan dan pembunuhan terhadap orang-orang dari komunitas beragama yang berbeda. Demikian pula di dalam agama Nasrani. Di dalam Alkitab digambarkan betapa ajaran kasih merupakan ajaran sejati Isa al Masih.
Walau pun agama tidak memiliki kaitan langsung dengan kekerasan, namun pada kenyataan bahwa agamalah yang seringkali melatarbelakangi pelaku-pelaku terorisme dalam melakukan aksi-aksi kekerasan dikarenakan keyakinan mereka sebagai pemeluk suatu agama.
Agama—atau lebih tepatnya tafsir keagamaan tertentu—telah memberikan legitimasi kepada pelaku kekerasan dalam melakukan aksinya. Agama dalam hal ini mampu menyediakan sumber-sumber ideologis untuk sebuah pandangan alternatif mengenai tatanan publik dan sebuah “dunia baru”.
Agama kerap kali menjadi faktor yang mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan terjadinya aksi-aksi terorisme, walaupun dalam hal ini ada faktor lain yang menyertainya. Sekretaris Negara Amerika Serikat, Medeline Albright pada tahun 1998 membuat daftar tiga puluh organisasi teroris dunia yang paling berbahaya ; lebih dari setengahnya bersifat keagamaan. Mereka terdiri dari kaum Yahudi, Muslim, dan Budhis. Termasuk di dalamnya milisi-milisi Kristen dan oragnisasi-organisasi paramiliter Kristen lainnya.
Menurut RAND-St Andrews Chrolonolgy of International Terrorism, jumlah kelompok-kelompok keagamaan mengalami peningkatan kelompok teroris yang teridentifikasi pada tahun 1994, pada tahun berikutnya menjadi 26 dari 56 kelompok yang terdaftar.
Karena alasan itu mantan Sekretaris Negara Amerika Serikat, Warren Christopher menyatakan bahwa aksi-aksi teroris agama dan identitas etnis telah menjadi “salah satu tantangan keamanan terpenting yang kita hadapi dalam kaitan dengan bangkitnya Perang Dingin”.
Inspirasi kekerasan ada di dalam semua agama yang dikenal oleh manusia. Misalnya di dalam agama Kristen di dalam kitab Exodus 23 : 27 dikatakan :
“Aku akan mengirim teror di hadapan kalian, dan aku akan melemparkan seluruh umat dalam kebingungan’.
Dalam sejarah agama Kristen itu sendiri, kekerasan seringkali digunakan untuk mewujudkan tujuan-tujuan keagamaan sebagaimana yang dirumuskan oleh para pemimpin agama. Seperti misalnya yang dilakukan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095 yang menyerukan umat Kristen untuk merebut Jerussalem dari tangan umat Islam.
Dalam seruannya tersebut Paus Urbanus melekatkan simbol-simbol keagamaan Kristen, Deus Volt (Tuhan menghendakinya). Perang Salib itu sendiri merupakan tragedi kemanusiaan di mana ketika Pasukan Salib berhasil merebut Kota Jerussalem, sekitar 70 ribu umat Islam dibunuh.
Di dalam salah satu kitab yang dijadikan pegangan oleh sebagian orang Yahudi yaitu Talmud dikatakan bahwa diperbolehkan melakukan kekerasan terhadap orang-orang di luar Yahudi (Goyim)
Di dalam Al Qur`an juga terdapat sejumlah ayat yang seringkali dijadikan sebagai pelegitimasian sejumlah pihak untuk melakukan kekerasan. Ayat-ayat tersebut adalah ayat-ayat yang berkaitan dengan peperangan (jihad) yang sebenarnya tidak dapat dilepaskan tafsirannya dari situasi ketika ayat-ayat tersebut diturunkan (asbabul wurud).
Menurut sejumlah ulama Islam, penggunaan ayat-ayat peperangan (jihad) dalam situasi damai tidak diperbolehkan dan haram hukumnya, apalagi kekerasan yang digunakan di dalamnya ditujukan kepada orang-orang yang tidak diperbolehkan menjadi sasaran kekerasan atau pembunuhan.
Al Qaeda dan ISIS merupakan contoh kontemporer yang menjelaskan hubungan antara agama dan kekerasan. Osama bin Laden walaupun menyadari bahwa agama Islam adalah agama perdamaian, tetapi menurut tafsirannya Islam juga memberikan justifikasi untuk menggunakan kekerasan sampai batas tertentu. Al Qaeda dan ISIS memiliki tafsiran sendiri terhadap ayat-ayat yang mengandung kekerasan atau ayat-ayat jihad / peperangan yang ada di dalam kitab suci al Qur`an.
Menurutnya, kekerasan digunakan manakala musuh juga melakukan hal yang sama. Tindakan Al Qaeda yang menyasar warga negara Amerika Serikat di manapun mereka berada dinilai sebagai pembalasan terhadap tindkaan Amerika dan sekutunya terutama Israel yang melakukan pembunuhan terhadap umat Islam di berbagai penjuru dunia.
Menurut doktrin Al Qaeda, kekerasan yang dinamakannya dengan istilah jihad ditujukan bukan saja kepada orang-orang Barat khususnya Amerika Serikat, tetapi juga ditujukan kepada penguasa-penguasa di negara-negara Islam yang tidak menjalankan hukum Islam dan menjadi sekutu Amerika Serikat. Al Qaeda menyebut Amerika sebagai musuh jauh (far enemy) dan menyebut penguasa-penguasa di negeri-negeri muslim tersebut dengan istilah musuh dekat (near enemy).
FUNDAMENTALISME
Terorisme merupakan sebuah gerakan dan ideologi yang berkembang melalui sejumlah fase. Terorisme berkembang dari adanya kultur dan komunitas yang mengembangkan ekstremisme atau fundamentalisme. Fundamentalisme adalah gagasan yang ingin mengganti secara fundamental tatanan sosial politik yang ada dan menggantinya dengan tatanan sosial-politik yang baru. Gagasan ini seringkali hendak diwujudkan dengan cara-cara kekerasan.
Kelompok fundamentalisme muncul diawali oleh adanya ketidakpuasan pada modernisme dan nasionalisme. Keduanya dianggap gagal dalam mewujudkan idealismenya dalam memberikan kesejahteraan kepada seluruh anggota masyarakat.
Cita-cita dan janji kesejahteraan yang disampaikan sebelum kemerdekaan oleh para tokoh nasional kerap kali tidak kunjung tiba. Kelompok fundamentalisme umumnya jua berasal dari kelompok atau komunitas yang termarjinalkan oleh modernisasi.
Fundamnetalisme memiliki gagasan atau cara pandang dunia (world view) yang hitam-putih. Setiap orang atau realitas sosial yang ada hanya dimaknai secara sempit berdasarkan atas oposisi biner, antara benar dan salah, iman atau kafir, baik dan jahat.
Dalam salah satu tulisannya, Sayyid Qutb, yang dianggap sebagai seorang ideolog yang turut mengembangkan fundamentalisme, masyarakat terbagi menjadi dua, masyarakat Islami dan masyarakat Jahiliyah (sesat) dan tidak ada alternatif lainnya. Ia juga menyerukan agar setiap orang memutuskan untuk benar-benar beriman atau kafir sekalian.
Fundamentalisme memiliki cita-cita untuk merestorasi kehidupan masa lalu yang dianggap ideal. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan kehidupan masyarakat sekarang ini sudah jauh dari cita-cita kenabian. Masyarakat sudah dianggap rusak, perilakunya juga dianggap menyimpang (bid`ah)
Gagasan fundamentalisme juga ada dalam masyarakat Yahudi. Ketika Goldsten melakukan aksi brutal penembakan terhadap jamaah Salat subu di Tepi Barat, ia sebelumnya menyatakan bahwa peperangan antara Yahudi dan Palestina bukan terjadi pertama kali ketika berdirinya negara Israel, tetapi sudah ada sejak era biblikal. Menurutnya, Tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk bangsa Yahudi sehingga ia merasa adanya kewajiban moral untuk mengusir bangsa Palestina.
Demikian pula di dalam komunitas Kristen. Tindakan pembakaran klinik-klinik aborsi yang dilakukan oleh kelompok Christian Identity mendasarkan tindakannya pada upaya pemurnian agama Kristen yang saat itu menghadapi musuh-musuhnya seperti Fremasonry dan Sekularisme yang ketika itu dianggap telah menguasai Amerika.
AKSI TERORISME YANG BERLATARBELAKANG KEAGAMAAN
Akar dari terorisme adalah ekstremisme. Ekstremisme memerlukan tanah bagi kehidupannya dan kesuburan tanah tersebut memberikan pengaruh langsung terhadap kesuburan pohon terorisme. Tanah yang subur tersebut itu ialah lingkungan masyarakat ekstrem atau fundamentalis. Ekstremisme atau fundamentalisme merupakan habitat yang cocok bagi tumbuhkembangnya terorisme.
“Terorisme Kristen” tumbuh subur dalam masyarakat fundamentalis Kristen, terorisme Zionisme subur di dalam masyarakat fundamentalisme Yahudi, dan terorisme kontemporer subur dalam masyarakat fundamentalisme atau ekstremisme (Ghuluw) Islam. Ekstremisme atau fundamentalisme Islam di sini bukanlah Islam itu sendiri, akan tetapi merupakan sebuah keyakinan kuat (ideologi) yang mendasarkan dirinya pada tafsir keagamaan tertentu.
Sejumlah aksi kekerasan dan terorisme yang didasarkan atas tafsir keagamaan dari sejumlah komunitas keagamaan dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini :
❶ Aksi terorisme yang dilakukan oleh Dr. Baruch Goldstein yang melakukan penembakan brutal terhadap jamaah salat subuh di Masjid Ibrahim, Hebron. Aksinya tersebut dipengaruhi oleh doktrin yudaisme radikal dari Rabbi Meir Kahane yang menyatakan bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan bagi bangsa Yahudi, sehingga orang-orang Palestina harus dimusnahkan dari tanah tersebut.
Pemikiran Kahane sendiri dinilai memiliki gagasan ‘messianisme katastropis’ yang berpandangan bahwa Mesiah akan datang di tengah-tengah konflik besar yang di dalamnya orang-orang Yahudi akan memperoleh kemenangan dan memuji Tuhan melalui keberhasilan mereka. Para aktivis Yahudi pengikut Rabbi Meir Kahane juga telah diyakinkan bahwa aksi-aksi kekerasan mereka telah disahkan dan ditetapkan oleh Tuhan.
❷ Aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Yigal Amir terhadap Perdana Menteri Israel, Yitzak Rabin. Rabin dianggap telah menghianati agama dan bangsa Yahudi dengan memberikan konsensi kepada orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza melalui Perjanjian Oslo. Yigal Amir sendiri adalah anggota dari gerakan Zionisme Messianis.
❸ Aksi pembantaian yang dilakukan oleh milisi Phalangist yang berafiliasi dengan kelompok Kristen Maronit Lebanon terhadap kamp pengungsi Palestina di Shabra-Shatila pada tahun 1982. Aksi tersebut mengakibatkan sekitar lebih dari 3000 warga Palestina yang tidak bersenjata menjadi korban.
❹ Aksi penembakan terhadap pusat kesehatan Yahudi di California pada 10 Agustus 1999 yang dilakukan oleh aktivis Christian Identity
❺ Aksi Mike Bray, seorang pendiri Reformation Lutheran Church dan pengkotbah Christian Reconstruction yang melakukan pembakaran terhadap klinik-klinik aborsi. Gerakan Kristen Anti-aborsi dirasuki oleh ide-ide yang berasal dari Teologi Dominion (Dominion Theology) yang menyerukan agar Amerika hendaknya berfungsi sebagai bangsa Kristen dan menentang kejahatan-kejahatan moral sosial masyarakat sekuler seperti aborsi, perzinahan, homoseksual, tontonan seksual, dan perampasan hak-hak parental.
Pembakaran terhadap klinik-klinik aborsi dinilai sebagai bagian dari perang kebudayaan (culture war) yang terjadi di Amerika Serikat.
Kelompok Cristian Identity juga menyerang Katolikisme Roma dan kelompok Freemason Yahudi. Katolikisme Roma dituduh sebagai agama yang dominan dalam Kristen Eropa yang merupakan sebuah ‘tipu daya’ sedangkan Freemasons dianggap terlibat dalam konspirasi tersebut.
❻ Tindakan pembunuhan yang dilakukan terhadap Perdana Menteri India, Indira Gandhi yang dianggap bersalah karena merintangi berdirinya Negara Khalistan, yang merupakan cita-cita dari kelompok Sikh. Indira Gandhi juga dibunuh—diduga atas perintah dari Simranjit Singh Mann, pimpinan politik Sikh-- sebagai balas dendam atas perintahnya kepada militer India dalam menyerang kuil suci kelompk Sikh di Amritsar
❼ Aksi pengeboman terhadap WTC pada tahun 1993 oleh Mahmoud Abouhalima. Aksi tersebut diilhami oleh pemikiran seorang ideolog gerakan Jamaah Islamiah, Abdul Salam Faraj yang mengkampanyekan jihad melawan '‘Musuh-musuh Islam”
❽ Aksi pengeboman terhadap WTC pada tahun 2001 oleh organisasi al Qaeda yang mengakibatkan runtuhnya kedua gedung tersebut.
❾ Aksi brutal pengrusakan masjid Babri dan pembunuhan terhadap orang-orang muslim India yang dilakukan oleh para pengikut Baharatya Jannati Party. Tindakan teror dan kekerasan tersebut dilhami oleh legenda Hindu dalam kitab Mahabarata, Ramayana, dan Bharatayudha yang menggambarkan peperangan antara kebaikan (Pandawa) dan keburukan (Kurawa). Kelompok Hindu fanatik tersebut mengklaim bahwa sebelum berdirinya Masjid Babri, sudah ada sebelumnya kuil Dewa Rama.
❿ Pengusuran, pembunuhan, dan pemerkosaan yang dilakukan oleh kelompok Burma fanatik terhadap orang muslim Rohingya di Myanmar
⓫ Tindakan teror berupa penyebaran gas beracun yang dilakukan oleh kelompok sekte keagamaan Aum Shinrikyo yang dipimpin oleh Shoko Asahara. Asahara sendiri memiliki pemikiran yang bercorak sinkretis. Ia menggabungkan berbagai macam pemikiran aliran keagamaan yang ada menjadi satu.
Ramalan-ramalannya mengenai hari Kiamat diambilnya dari Perjanjian Lama yang dicampurnya dengan pernyatan-pernyataan astrolog Prancis abad XVII, Nostradamus. Dari Nostradamuslah Asahara berpandangan bahwa Freemasons sedangkan melakukan komplotan rahasia untuk mengendalikan dunia. Asahara juga menggabungkan pandangan-pandangan Hindu dengan kepercayaan Budhis mengenai kerentanan kehidupan ke dalam ramalannya mengenai dunia.
REFERENSI
Bernard Raho, Agama dalam perspektif sosiologi
Mark Juergensmeyer, Teror Atas Nama
Tuhan, Kebangkitan Global Kekerasan Agama, Jakarta : Nizam Press, 2002
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan
Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial, Jakarta :
RajaGrafindo, 2014
Komentar
Posting Komentar