KERAJAAN SRIWIJAYA
KERAJAAN SRIWIJAYA
PENGANTAR
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang terletak di
pantai timur Sumatera. Kerajaan Sriwijaya menurut Coedes merupakan Kerajaan
Melayu pertama yang besar. Pusat Kerajaan Sriwijaya diduga terletak di sekitar
Kota Palembang sekarang. Namun pendapat tersebut ditentang oleh Bosch.
Menurutnya, secara arkeologis, kawasan Palembang miskin akan benda-benda
peninggalan bersejarah. Kerajaan Sriwijaya muncul pertama kali pada abad VII
Masehi dan runtuh pada akhir abad XIV Masehi. Mengenai letak Kerajaan Sriwijaya
ini terdapat sejumlah pendapat, diantaranya adalah :
→ F.D.K.Bosch dan
Majumdar : Sriwijaya terletak di
Pulau Jawa atau Ligor
→ H.G.Quaritch :
Sriwijaya terletak di Perak
→ Moens :
Sriwijaya terletak di Kedah
→ Soekmono : Sriwijaya terletak di Jambi
→ Boechari :
Sriwijaya terletak di daerah Batang Kuantan dan kemudian pindah setelah tahun
682 M ke Mukha Upang di daerah Palembang
→ Chan Chirayu Rajani
: Sriwijaya berpusat di Chaiya
→ G.Coedes : Sriwijaya berpusat di Palembang, Sumatera
Selatan
Pendapat Coedes tersebut didukung oleh sejumlah sarjana
seperti Poerbatjaraka, Slamet Mulyana, O.W.Wolters, Nilakanta Sastri, dan
B.Bronson.(Notosusanto, 1993)
Sriwijaya bukan satu-satunya kerajaan yang ada di Pulau
Sumatera. Menurut berita-berita dari Tiongkok, selain Sriwijaya di Pulau
Sumatera terdapat sejumlah kerajaan lain seperti :
√ Kerajaan Tulangbawang di Sumatera Selatan
√ Kerajaan Melayu di Jambi
SUMBER INFORMASI
Sumber informasi
mengenai Kerajaan Sriwijaya antara lain berupa prasasti sebagai berikut :
♦ prasasti
Talang Tuo
♦ prasasti
Kota Kapur
♦ prasasti
Karang Berahi
♦ prasasti
Bukit Siguntang
♦ prasasti
Telaga Batu
Selain berupa
prasasti, informasi mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga didapat dari
sumber lain, yaitu :
→ Informasi dari I Tsing
→ berita Arab, yaitu berita yang disampaikan oleh Ibnu
Hordadzbeh (844-848 M) yang menyebut Sriwijaya dengan sebutan Zabag
→ Berita dari Mas`udi, seorang ahli geografi
WILAYAH TAKLUKKAN
Sriwijaya merupakan kerajaan yang memiliki pengaruh yang
cukup besar di Kepulauan Nusantara terutama bagian barat. Menurut Berita Cina,
Sriwijaya memiliki sejumlah daerah taklukkan, yaitu :
♦ Pahang
(Pa-fang)
♦ Trengganu
(Teng-ya-nu)
♦ Langkasuka
(Ling-ya-si-kia)
♦ Kelantan
(Ki-lan-tan)
♦ Kuala
Berang (Fo-lo-an)
♦ Tambralingga
(Tan-ma-ling)
♦ Grahi
(Kia-lo-hi)
♦ Palembang
(Pa-lin-fong)
♦ Lamuri
(Lan-wu-li)
♦ Ceylon
(Si-lan)
POLITIK LUAR NEGERI
Politik luar negeri
Kerajaan Sriwijaya dapat dilihat :
√ Serangan Sriwijaya terhadap Bhumi Jawa. Menurut Soekmono
yang dimaksud dengan Bhumi Jawa kemungkinan adalah Kerajaan Tarumanegara. Hal
itu dikarenakan hubungan antara kedua kerajaan tersebut ditandai oleh adanya
persaingan menguasai laut sekitar Pulau Bangka yang menjadi simpang tiga jalan
pelayaran antara Indonesia-Tiongkok-India.
Inilah sebabnya Sriwijaya merebut Palembang dan Jambi, dua
pelabuhan laut yang penting pada sisi barat jalan pelayaran tersebut.
√ Sriwijaya menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan besar
di dunia saat itu antara lain dengan Tiongkok dan India bagian selatan dan Benggala
√ Sriwijaya berupaya mempertahankan hubungan baiknya
terutama dengan Cina. Oleh karena itu setiap tahunnya Sriwijaya mengirim utusan
ke Cina untuk memberikan upeti. Hubungan baik Sriwijaya dengan Cina tersebut
diharapkan agar Dinasti Cina memberikan perlindungan kepada Sriwijaya dari
ancaman musuh-musuhnya terutama di Asia Tenggara.
√ Sriwijaya terlibat dalam bentrokan dengan kerajaan di
Jawa, yaitu Kerajaan Mataram di Jawa Timur
KONDISI
SOSIAL-EKONOMI
Kondisi sosial
ekonomi Kerajaan Sriwijaya digambarkan sebagai berikut ;
❶ Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak
maritim yang mengembangkan sektor perdagangan. Hal itu disebabkan karena letak
Kerajaan Sriwijaya yang strategis di kawasan Selat Malaka. Selat Malaka sendiri
merupakan kawasan pelayaran dan perdagangan yang paling ramai di dunia saat
itu.
❷ Kerajaan Sriwijaya memperdagangkan sejumlah komoditi
seperti kayu gaharu, kapur barus, kayu cendana, gading, timah, kayu hitam, kayu
sapan, dan rempah rempah
❸ Sriwijaya menjalin hubungan dagang yang intensi dengan
Cina dan India. Perdagangan dengan Cina dan India telah memberikan keuntungan
besar kepada Sriwijaya.
❹ Dalam rangka mendukung perdagangannya, Sriwijaya juga
memasukkan kepala-kepala kelompok bajak laut dalam ikatan kerajaan. Mereka
mendapatkan bagian yang ditentukan oleh raja dari hasil perdagangan.
❺ Dengan demikian mereka menjadi bagian dari organisasi
perdagangan kerajaan. Cara semacam ini menjadikan bajak laut sebagai kekuatan
pengaman Sriwijaya dari jalur-jalur perdagangan. Hal itulah yang menyebabkan
kawasan Sriwijaya aman dari gangguan bajak laut.
KEHIDUPAN KEAGAMAAN
Kehidupan keagamaan di
Kerajaan Sriwijaya dapat dilihat sebagai berikut :
→ Sriwijaya adalah kerajaan yang menganut agama Budha aliran
Mahayana
→ Di Kerajaan Sriwijaya terdapat seorang pendeta Budha yang
sangat terkenal, yaitu pendeta Dharmakrti, yang pernah menyusun kritik terhadap
salah satu kitab Budha yang terkenal, yaitu kitab Abhisamayalandara
→ Raja-raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama
Budha dan juga sekaligus menjadi penganut yang taat.
→ Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di Asia Tenggara.
Menurut laporan I Tsing, ada lebih dari seribu orang pendeta Budha yang belajar
agama Budha seperti halnya yang diajarkan di India
KEMUNDURAN KERAJAAN
Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena faktor
politik-militer, keamanan, dan faktor
ekologi-ekonomi sebagai berikut :
❶ Faktor ekologi :
√ semakin dangkalnya Sungai Musi akibat proses sedimentasi.
Hal ini mengakibatkan terhambatnya proses arus masuk dan keluar barang dan jasa
di Kerajaan Sriwijaya
√ terjadinya proses pendangkalan di daerah Pantai Timur
Sumatera.
❷ Faktor ekonomi :
Kerajaan Sriwijaya tidak menghasilkan bahan pangan sendiri
dan hal ini mengakibatkan terjadinya krisis bahan pangan. Selama ini Sriwijaya
harus mendatangkan bahan pangannya dari kerajaan lain mengingat Kerajaan
Sriwijaya bukanlah kerajaan yang bercorak maritim.
Berbagai persoalan ekologi seperti pendangkalan Sungai Musi
dan Pantai Timur Sumatera dianggap sebagai faktor yang menghambat ketersediaan
pangan bagi masyarakat Kerajaan Sriwijaya tersebut.
❸ Faktor Keamanan :
√ banyaknya bajak laut yang mengganggu keamananan
perdagangan di wilayah Kerajaan Sriwijaya
❹ Faktor politik dan
militer :
√ Serangan dari Kerajaan Chola
√ Ekspedisi Pamalayu yang dilakukan oleh Kerajaan Singosari
√ Serangan dari Kerajaan Majapahit. Serangan inilah yang
kemudian mengakhiri keberadaan Kerajaan Sriwijaya
REFERENSI :
Dennys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya 3, Jakarta :
Gramedia, 2008
Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2,
Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1991
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto,
Sejarah Nasional Indonesia II, Jakarta : Balai Pustaka, 1993
N.Daldjoeni, Geografi Kesejarahan Indonesia, Bandung :
Penerbit Alumni, 1992
Soedjipto Abimanyu, Babad Tanah Jawi, Jakarta : Laksana, 2014
Supratikno Rahardjo, Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno Sampai
Majapahit Akhir, Depok : Komunitas Bambu, 2011
Komentar
Posting Komentar