CANDI SUKUH


CANDI SUKUH

Candi Sukuh berada di desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, dekat Karanganyar. Candi ini dibangun sekitar abad ke-15 oleh masyarakat penganut agama Tantrayana.

Candi Sukuh dibangun dalam tiga teras yang berbentuk berundak undak :

teras pertama :

terdapat gapura utama dengan ornamen sebuah sandrasengkala yang berbunyi gapura buto abara wong, yang artinya raksasa memangsa manusia. Kata-kata dari relief ini memiliki makna 9,5,3, dan 1. Jika dibalik menjadi tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.

Di dasar lantai gapura terdapat relief yang menggambarkan lingga dan yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Siwa dengan istrinya, Parwati.

teras kedua :

juga dijumpai gapura yang kondisinya sudah tidak beraturan. Bagian kanan dan kiri terdapat patung penjaga pintu atau disebut dwarapala. Pada gapura ini terdapat sebuah candrasengkala yang berbunyi gajah wiku anahut buntut, artinya gajah pendeta menggigit ekor. Kata-kata dari relief ini memiliki makna 8,7,3, dan 1. Jika dibalik bermakna 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi

teras ketiga

terdapat pelataran besar dengan sebuah candi induk dan beberapa patung di sebelah kanan, serta beberapa relief di sebelah kirinya.
Pada lorong gapura terdapat relief yang sangat vulgar terpahat di lantainya, yang menggambarkan phallus berhadapan dengan vagina.

Di atas candi induk bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang mungkin merupakan tempat menaruh sesajen. Dari bagian atas bangunan induk ini, kita kita bisa melihat pemandangan lepas di sekitar areal candi.(Abimanyu, 2014)

Keberadaan Candi Sukuh menunjukkan bahwa terdapat sebagian masyarakat saat itu yang mulai menekuni aliran ritual baru dan meninggalkan sinkretisme ortodoks.

Pada Candi Sukuh, unsur-unsur non Hindu/Budha terlihat menonjol, sehingga jelas-jelas membedakannya dengan candi-candi lain yang bercorak Hindu maupun Budha. Bahkan Denys Lombard menyebutkan bahwa baik ornamen maupun relief pada Candi Sukuh  menggambarkan kebudayaan pra Hindu yang tidak ada hubungannya lagi dengan Hinduisme maupun Mahayaisme secara resmi.

Candi ini memiliki keunikan tertentu. Menurut Dennys Lombard, Candi Sukuh memiliki ciri sebagai berikut :

ҙ berbentuk piramida

ҙ terdapat gambar Bima dan adiknya Sadewa

ҙ terdapat figur Dewaruci

ҙ terdapat gambar burung mistis, Garuda

ҙ adanya lingga-lingga

ҙ adanya bangunan seperti tempat penyerahan kurban berbentuk meja datar berbentuk kura-kura

ҙ diperkirakan terdapat ritual pesta pora seksual

ҙ tidak memiliki hubungan dengan Hinduisme maupun Mahayanisme resmi (Lombard, 2008)








REFERENSI :


Ayatrohaedi (ed), Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), Jakarta : Pustaka Jaya, 1986

Dennys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya 3, Jakarta : Gramedia, 2008

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet Dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia, 1974

Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1991

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia II, Jakarta : Balai Pustaka, 1993

Slamet Mulyana, Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit, Yogyakarta : LKiS, 2005

Soedjipto Abimanyu, Babad Tanah Jawi, Jakarta : Laksana, 2014

Supratikno Rahardjo, Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir, Depok : Komunitas Bambu, 2011










Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)