DOKTRIN POLITIK PADA MASA PERANG DINGIN

DOKTRIN POLITIK PADA MASA PERANG DINGIN

PENGANTAR

Pasca Perang Dunia Kedua, struktur politik dunia mengalami perubahan dari multipolar menjadi bipolar. Berbeda dengan era Perang Dunia, ketika di dunia terdapat sejumlah kekuatan yang relatif berimbang seperti Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris dan Prancis, pasca Perang Dunia Kedua atau pada masa Perang Dingin struktur politik global hanya menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan yang dominan.

Keduanya muncul sebagai negara adidaya disebabkan karena kekayaan ekonominya, luasnya pengaruh politik, dan kekuatan armada militernya. Pada era Perang Dingin keduanya kemudian disebukkan dengan persaingan untuk merebut pengaruh di dunia.

Keduanya berlomba-lomba untuk merebut pengaruh dari negara-negara yang ada dengan membentuk aliansi militer dan mengucurkan pelbagai bantuan ekonomi. Misalnya Amerika Serikat membentuk sejumlah pakta pertahanan seperti NATO, CENTO, SEATO, dan ANZUS. Sedangkan Uni Soviet membentuk Pacta Warsawa.

Dalam bidang ekonomi Amerika Serikat memebentuk sejumlah program bantuan ekonomi yang mengikat seperti Marshall Plan, Truman Doctrine, dan Mutual Security Act. Sedangkan Uni Soviet membentuk program bantuan ekonomi kepada negara-negara Sosialis yaitu Comecon (Council of Mutual Economic Assistance)

Baik Amerika Serikat mapun Uni Soviet juga menyusun berbagai strategi untuk merealisasikan tujuannya tersebut. Strategi politik-militer yang disusun oleh keduan negara adidaya tersebut kemudian dijadikan sebagai sebuah doktrin politik.

 

Doktrin Zdanov

Doktri ini dikeluarkan oleh Alexander Zdanov, sebagai Sekretaris Jenderal Kominform. Kominform dibentuk pada tahun 1947 untuk melanjutkan fungsi dari Komintern (Komunis Internasional) untuk menggalang kekuatan kelompok-kelompok Komunis di seluruh dunia.

Doktrin Zdanov menggantikan doktrin politik komunis internasional sebelumnya yaitu Doktrin Dimitrov. Doktrin Dimitrov yang dikeluarkan pada tahun 1935 merupakan doktrin komunis internasional yang mendorong kekuatan-kekuatan komunis di seluruh dunia untuk mengadakan kerjasama dengan kelompok-kelompok “borjuis nasional” termasuk dengan negara-negara Demokrasi Barat guna mengangulangi ancaman Fasisme.

Adapun Doktrin Zdanov dimaksudkan untuk mendorong kekuatan-kekuatan dan Partai Komunis di seluruh dunia khususnya di Asia untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan nasional mereka masing-masing.

Doktrin ini dikeluarkan menyusul kegagalan subversi komunis di Eropa Barat dengan adanya Marshall Plan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat.

Merasa gagal untuk melebarkan paham komunis ke Eropa Barat, komunis internasional kemudian mengambil ancang-ancang untuk merebut kekuasaan di kawasan Asia khususnya Asia Tenggara. Oleh karena itu pada era 1947-1948 marak terjadi upaya perebutan kekuasaan oleh partai-partai komunis di Asia termasuk di Indonesia pada Bulan September 1948 melalui Peristiwa Madiun.

 

Doktrin Breznev

Doktrin Breznev adalah doktrin politik yang dikeluarkan oleh pemimpin Uni Soviet, Leonid Breznev. Doktrin ini dikeluarkan menyusul adanya upaya Cekoslowakia di bawah pimpinannya, Alexander Dubcek yang ingin melepaskan negaranya dari orbit Soviet.

Melalui Doktri Breznev Uni Soviet ingin kembali mengukuhkan kekuasaannya atas negara-negara Komunis. Melalui Doktrin ini Uni Soviet kemudian melancarkan invasi ke Afganistan pada Bulan Desember 1979 dan mendudukkan bonekanya di negara tersebut, yaitu Babrak Karmal.

Selain itu, Doktrin Breznev juga dimaksudkan untuk mengimbangi pengaruh Cina. Cina yang awalnya merupakan sekutu Uni Soviet di awal-awal berdirinya, lambat laun muncul sebagai kekuatan otonom.

Cina di bawah Mao Tse Tung menolak mengakui kekuasaan Uni Soviet atas Cina dan negara-negara komunis lainnya. Cina kemudian mulai memosisikan dirinya sebagai pemimpin dunia komunis.

 

Doktrin Eisenhower

Doktrin Eisenhower adalah doktrin politik luar negeri Amerika Serikat yang dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat, Eisenhower. Doktrin Eisenhower juga dikenal dengan istilah teori Domino. Menurut Eisenhower, jika sebuah negara jatuh ke tangan komunis, maka akan berakibat jatuhnya negara-negara lain di sekitarnya.

Sebagai contoh, ketika Cina akhirnya jatuh ke tangan kelompok komunis pimpinan Mao Zedong pada tahun 1949, paham komunis akhirnya menyebar secara luas di akwasan Asia Tengara. Satu demi satu negara-egara Asia Tenggara jatuh ke tangan kelompok komunis, mulai dari Vietnam Utara, Laos, dan Kamboja.

Hal ini tentu saja mengkhawatirkan Amerika Serikat yang emmiliki kepentingan di kakwasan tersebut. Minimal ada tiga kepentingan Amerika Serikat di Asia Tenggara.

1.     Amerika Serikat berkewajiban melindungsi sekutu-sekutu setianya di kawasan tersebut yaitu Thailand dan Filiphina, termasuk negara-negara bekas koloni Inggris seperti Malaysia, Brunai Darusalam, dan Singapura

2.     Amerika Serikat membutuhkan akses kepada sumber daya mineral serta perdagangan di Asia Tenggara

3.     Amerika Serikat ingin memastikan keamanan jalur transportasi minyak dari Kawasan Teluk Persia yang melintasi Selat Malaka

Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan Doktrin Eisenhower, Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya membentuk SEATO.

SEATO dibentuk pada tahun 1954 ketika Prancis akhirnya harus hengkang dari Indocina setelah kekalahannya dalam Perang Indocina. Kekalahan tersebut terjadi ketika Benteng Prancis terkuat di Vietnam Selatan, Dien Bien Phu jatuh ke tangan pasukan Vietminh pimpinan Ho Chi Minh.

SEATO dibentuk atas inisiatif Amerika Serikat yang mengkhawatirkan meluasnya pengaruh komunis di Vietnam dan Indocina menyusul keluarnya Prancis dari kawasan terseebut sesuai dengan ketentuan Perjanjian Jenewa.

Tujuan dari dibentuknya SEATO adalah untuk mencegah meluasnya paham komunis di kawasan Asia Tenggara pada umumnya.

 

Doktrin Carter

Jimmy Carter dapat dikatakan sebagai salah satu Presiden Amerika Serikat yang memiliki perhatian besar terhadap kawasan Timur Tengah. Pemerintahan Carter disibukkan dengan mengelola dinamika politik di kawasan tersebut.

Hal ini memang sesuai dengan kepentingan nasional Amerika Serikat yang memang sangat tergantung kepada minyk bumi yang melimpah di kawasan tersebut khususnya di Kawasan Teluk Persia.

Untuk menjaga kepentingan Amerika di kawasan Timur Tengah, Carter menetapkan apa yang dikenal dengan nama Doktrin Carter. Doktrin ini menetapkan komitmen Amerika Serikat untuk melindungi sekutu-sekutunya di kawasan Timur Tengah, terutama negara-negara petrodollar seperti Amerika Serikat.

Doktrin ini secara spesifik bertujuan untuk melindungsi negara-negara sekutu Amerika di kawasan Teluk Persia dari ancaman Uni Soviet. Ketika itu Uni Soviet berupaya mencari jalan ke perairan Samudera Hindia. Ketika Uni Soviet memulai petualangnnya di Afganistan pada tahun 1979, hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran Amerika Serikat.

Amerika Serikat khawatir dengan kehadiran Uni Soviet di kawasan tersebut, karena secara geografis memiliki kedekatan dengan Teluk Persia yang menjadi daerah penghasil minyak dunia yang utama.

 

Doktrin Nixon

Politik dan kebijakan Presiden Amerika Serikat Nixon tetap dijalankan dalam rangka Politik Pembendungan Komunisme Uni Soviet. Adapun strategi yang digunakan oleh pemerintahan Nixon antara lain mengupayakan adanya pendekatan kepada Republik Rakyat Cina. Hla itu minimal memiliki dua tujuan. Pertama, agar terjadi perpecahan antara Uni Soviet dan Cina. Kedua agar memunculkan kekuatan baru sebagai penyeimbang.

Selain itu Nixon juga mengupayakan perluasan perdagangan untuk kepentingan Amerika Serikat. Amerika Serikat juga mengusahakan agar mendapatkan pengaruhnya di negara-negara penerima bantuan ekonomi Amerika dengan strategi “sticks and carrots’ nya.

 

Doktrin Sinatra

Pada tahun 1989 terjadi perubahan politik penting di Eropa Timur yang mendorong terjadinya perubahan tatanan politik dii dunia. Tahun 1989 menurut seorang ilmuan sosial Ralf Dahrendor merupakan sebuah tahun penuh penentuan.

Pada tahun itu paham komunisme semakin melemah seiring dengan terjadinya kemunduran dan kekacauan politik-ekonomi di Uni Soviet sebagai induk dari komunisme internasional. Bubarnya Pacta Warsawa membuka jalan bagi negara-negara Eropa Timur untuk keluar dari orbit Soviet dan menentukan nasibnya sendiri.

Pada tahun tersebut terjadi perubahan tatanan politik di Eropa Timur. Satu demi satu negara-negara Eropa Timur meninggalkan paham Komunis dan menjadi negara yang menganut demokrasi.

Kesempatan ini muncul setelah pemimpin Uni Soviet yang tercerahkan, Mikhail Gorbachev mengeluarkan Doktrin Sinatra. Doktrin yang diambil dari nama seorang Solois Amerika Frank Sinatra yang menyanyikan syair “My Way”. Doktrin ini memberi pesan kepada negara-negara Eropa Timur untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI :

Dwi Cahyono, Perubahan Politik di Eropa Timur, Jakarta, Gramedia

Josep Nye, Understanding International Politic, New York : HarperCollins CollegePublishers, 1993

Ralf Dahrendorf, Runtuhnya Sosialisme di Eropa, Jakarta, Tiara Wacana

R.Ambarman, Ulasan Politik Pakta Warsawa Dan Comecon, Bandung : Alumni, 1979

Yaroslav Trofimov, Kudeta Mekkah, Sejarah Yang Terlupakan, Jakarta : Alvabet, 2017

William Ebenstein, Isme-Isme Dewasa Ini, Jakarta ; Erlangga

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)