INVASI VIETNAM KE KAMBOJA DAN BERAKHIRNYA KEKUASAAN KHMER MERAH
INVASI
VIETNAM KE KAMBOJA DAN BERAKHIRNYA KEKUASAAN KHMER MERAH
KAMBOJA
DI BAWAH KEKUASAAN KHMER MERAH
Kelompok Khmer Merah merupakan kelompok komunis ultra
radikal yang dipimpin oleh Pol Pot atau yang juga dikenal dengan sebutan Brother Number One.
Khmer Merah berhasil berkuasa di Kamboja setelah
menumbangkan kekuasaan Marsekal Lon Nol yang berkuasa sangat singkat. Lon Nol
sendiri berkuasa setelah mengambilalih kekuasaan dari tangan Sihanouk pada
tahun 1965 dengan dukungan Amerika Serikat.
Jatuhnya kekuasaan Lon Nol menandai berakhirnya pengaruh
Amerika Serikat di Kamboja. Kekuasaan Nol Nol sendiri tidak ditopang oleh
aparat birokrasi yang cakap.
Pemerintahannya penuh dnegan korupsi dan tidak efisien.
Walaupun mendapat dukungan politik dan militer dari Blok Barat khususnya
Amerika Serikat, Lon Nol tidak mampu menahan arus serangan gerilya yang
dilakukan oleh Khmer Merah yang
berperang secara fanatik.
Setelah dirasa tidak mampu bertahan, akhirnya Lon Nol
melarikan diri dengan dibantu oleh dinas intelejen Amerika Serikat dan dukungan
tidak resmi dari pemerintah Indonesia yang anti-komunis.
Lon Nol pertama-tama dilarikan ke Indonesia untuk kemudian
diterbangkan ke Hawai.
Setelah berhasil menumbangkan kekuasaan Lon Nol. Pol Pot
segera melakukan konsolidasi kekuasannya di Kamboja. Pol Pot mengembangkan
sistem pemerintahan revolusioner dan berupaya menghapus segala sesuatu yang
dianggap sebagai masa lalu.
Pol Pot kemudian menerapkan paham komunisme secara ekstrem
di Kamboja dan memerintah secara diktator.
Pemerintahan Khmer Merah sendiri memang terlihat
mengembnagkan komunisme ala Cina. Ketika Mao mencetuskan Gerakan Lompatan Jauh
Ke depan dan Revolusi Kebudayaan, Polpotpun kemudian menirunya.
Polpot mencanangkan Tahun Nol dan melaksanakan agrarianisme
dengan memaksa seluruh penduduk kota untuk pergi meninggalkan kota mereka dan
berdiam di daerah pedesaan.
Di kawasan pedesaan mereka dipaksa membuat proyek-proyek
raksasa yang tidak masuk di akal seperti membangun bendungan dan saluran
irigasi dengan mengandalkan teknologi yang sangat sederhana.
INVASI
VIETNAM KE KAMBOJA DAN JATUHNYA PEMERINTAHAN DEMOKRATIK KAMBOJA
Kekuasaan Khmer Merah tidak berlangsung lama. Vietnam
kemudian pada akhir tahun 1978 melakukan invasi ke Kamboja untuk menumbangkan
pemerintahan Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot tersebut.
Setelah menduduki Kamboja, Vietnam kemudian mendirikan
pemerintahan boneka di bawah Heng Samrin pada awal tahun 1979.Tindakan Vietnam
itu dikecam oleh RRT yang merupakan sekutu Khmer Merah yang digulingkan oleh
Vietnam. Pada 17 Februari 1979, Cina mengerahkan 600.000 pasukannya.
Vietnam memberikan alasan mengenai invasinya tersebut.
Menurut Vietnam tindakannya merupakan bentuk upaya Vietnam untuk membebaskan
rakyat Kamboja dalam kekuasaan kelompok Khmer Merah yang sangat kejam.
Cina kemudian melakukan tindakan militer dengan melakukan
pengeboman kepada sejumlah objek di Vietnam sebagai ‘hukuman” atas agresinya
terhadap Kamboja Demokratik sebutan bagi pemerintahan Komunis Khmer Merah.
Serangan Cina tersebut kemudian dihadapi oleh Vietnam
dengaan dukungan dari Uni Soviet. Kedekatan Vietnam ini kemudian berlanjut
ketika Vietnam memberikan kepada Uni Soviet dua bekas pangkalan militer
AmerikaSerikat di Vietnam, yaitu di Teluk Cam Ranh dan Danang.
REAKSI
ATAS INVASI VIETNAM
Invasi yang dilakukan oleh Vietnam atas Kamboja menimbulkan
reaksi yang beragam, di antaranya sebagai berikut :
→Amerika
Serikat :
Amerika Serikat
beserta Australia dan Selandia Baru mengecam tindakan Vietnam yang
menginvasi Kamboja
→ASEAN
:
ASEAN sebagai wadah kerjasama negara-negara Asia Tenggara
menilai tindakan Vietnam tersebut sebagai bentuk pelanggaran terhadap hukum dan
tata krama ergaulan internasional.
ASEAN menilai tindakan Vietnam tersebut merupakan
pelanggaran atas norma-norma fundamental Orde Regional yang tertera dalam
Treaty of Amity and Friendship yang ditandatangani negara-negara ASEAN pada
Februari 1976
ASEAN kemudian menghimbau agar Vietnam segera menarik
mundur pasukanya dari Kamboja dan menyerahkan persoalan Kamboja kepada rakyat
Kamboja itu sendiri
→Indonesia
:
Pemerintah Indonesia menghadapi dilema dalam menyikapi
agresi Vietnam. Disatu sisi pemerintah Indonesia prihatin dengan hal tersebut
karena pemerintah Indonesia menjunjung tinggi kedaulatan sebuah negara.
Akan tetapi di sisi lain pemerintah Indonesia melihat
tindakan Vietnam tersebut sebagai solusi atas kemelut berkepanjangan yang
terjadi di Kamboja. Rakyat Kamboja terbukti tidak sanggup menyelesaikan sendiri
konflik internal di negaranya sehinga hal ini mengundak pihak luar—dalam hal
ini Vietnam—untuk terlibat.
Selain itu pemerintah Indoensia melihat tindakan Vietnam
tersebut dpaat menetralisir pengaruh Cina di Asia Tenggara
→Thailand
:
Thailand jelas merupakan pihak yang paling berkepentingan
atas apa yang terjadi di Kamboja. Invasi Vietnam atas Kamboja dinilai mengancam
kepentingan keamanan Thailand.
Kamboja merupakan negfara yang berbatasan langsung dengan
Thailand dan Vietnam diangga Thailand memiliki rencana untuk memperluas wilayah
pengaruhnya. Thailand merasa terancam dengan keberadaan Vietnam di Kamboja.
Menurut Thailand bukan tidak mungkin Vietnam di kemudian
hari melakukan upaya perluasan wilayahnya ke Thailand. Apalagi Thailand merasa
Amerika tidak dapat dijadikan sebagai penopang politik Thailand setelah Amerika
Serikat terkesan membiarkan Vietnam Selatan dicaplok oleh Vietnam Utara di
akhir Perang Indocina II.
→ Cina
:
Cina merasa geram dengan tindakan Vietnam yang mengagresi
Kamboja. Di mata Cina, Vietnam tidak ubahnya sebagai negara durhaka yang tidak
tahu berterma kasih.
Cina merupakan negara yang memberi ruang kepada Ho Chi Minh
untuk mendirikan negara dan Cinapun turut memberikan dukungan—walaupun
minim—terhadap Vietnam dalam perangnya melawan Amerika Serikat.
Cina geram terhadap Vietnam karena tindakan Vietnam
tersebut mengakibatkan jatuhnya kekuasaan kelompok Khmer Merah yang merupakan
sekutu Cina di Asia Tenggara.
Tindakan Vietnam menggulingkan Khmer Merah yang pro Beijing
dinilai Cina sebagai bagian dari strategi global Soviet untuk mengepung Cina.
Sebagai balasannya, Cina akhirnya melakuan serangkaian
pengeboman terhadap sejumlah daerah di utara Vietnam. Cina mengatakan bahwa
tindakannnya tersebut sebagai pelajaran kepada Vietnam agar tidak lagi berani
menantang kepentingan Cina di Asia Tenggara.
Ketegangan di Kamboja akibat invasi Vietnam juga
menimbulkan kekhawatiran dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Atas desakan
Tahiland, Indonesia kemudian mensponsori diadakannya sebuah pertemuan untuk
membahas situasi politik di Kamboja.
Pertemuan yang dikenal dengan nama Jakarta Informal Meeting
tersebut berhasil mempertemukan sejumlah kelompok kepentingan di Kamboja.
Pertemuan tersebut juga menghasilkan sejumlah kesepakatan,
diantaranya ;
√ mencegah adanya campurtangan dari negara-negara asing di
Kamboja
√ menyepakati persoalan Kamboja diselesaikan sendiri oleh
rakyat Kamboja
√ mendorong diadakannya pemilihan umum di Kamboja
REFERENSI
:
Haing Ngor, Neraka Kamboja, Awal Mula, Jakarta : Gramedia,
1990
Haing Ngor, Neraka Kamboja, Siksa dan Derita, Jakarta :
Gramedia, 1990
James Luhulima, Asia Tenggara Dan Negara luar Kawasan yang
Memengaruhinya,Jakarta : Gramedia, 1998
Ovy Ndouk, Beberapa Aspek Politik Luar Negeri RRC,
dalamAnalisa, Jakarta : CSIP, 1978
Robert A. Scalapino dan Yusuf Wanandi, Asia Tenggara Dalam
Tahun 1980-an, Jakarta : CSIS, 1985
Taufik Ismail, Katasrofi Mendunia, Marxisma Leninisma,
Stalinisma, Maoisma, Narkoba, Jakarta : Yayasan Titik Infinitum, 2004
Komentar
Posting Komentar