PERANG VIETNAM DAN KEKALAHAN SANG ADIDAYA
PERANG VIETNAM DAN
KEKALAHAN SANG ADIDAYA
PERJANJIAN JENEWA DAN KETEGANGAN BARU
DI VIETNAM
Berakhirnya
Perang Indocina antara Prancis dan Vietminh meninggalkan sejumlah persoalan
penting. Kekalahan Prancis ternyata tidak serta merta mengakhiri ketegangan di
kawasan Indocisi tersebut.
Pasca
kekalahan Prancis dalam Pertempuran Dien Bien Phu, diadakan Perjanjian Jenewa
yang membahas nasib Vietnam dan Indocina. Dalam Perundingan Jenewa yang
diadakan pada pertengahan tahun 1954 sejumlah negara yang memiliki kepentingan
di Indocina hadir, antara lain ;
→Prancis
→Vietminh
→Uni Soviet
→Cina
Komunis
→Amerika
Serikat
Sebagaimana
dalam kompromi yang dilakukan di Panmunjom terkait dengan genjatan senjata
antara Korea Utara dan Korea Selatan, dalam Perjanjian Jenewa seluruh wilayah
Vietnam yang berada di utara lintang 17 derajat diberikan kepada pemerintahan
Komunis di bawah Ho Chi Minh yang kemudian disebut dengan nama Republik
Demokrasi Vietnam sementara sisanya yang disebut Negara Vietnam diperintah oleh
rezim Kaisar Bao Dai.
Berdasarkan
Perjanjian Jenewa tersebut, pembagian kedua Vietnam rencananya akan berlangsung
sementara. Rencananya pada tahun 1956 akan diadakan pemilihan umum untuk
menentukan masa depan Vietnam.
Perjanjian
Jenewa tersebut diterima secara getir oleh para delegasi Republik Demokrasi
Vietnam yang dipimpin oleh Pham Van Dong. Republik Demokrasi Vietnam atau
Vietnam Utara merasa bahwa kemenangan mereka atas Prancis dalam Perang Indocina
sebelumnya tidak bermakna apa-apa.
Vietnam
masih terbagi dua dan Vietnam Selatan masih belum terintegrasi ke dalam Vietnam
Utara.
Kekecewaan
Vietnam Utara bertambah-tambah setelah Amerika Serikat melakukan intervensi ke
dalam persoalan Vietnam. Amerika yang ketika itu dipimpin oleh Presiden
Eisenhower memegang Doktrin Politik Kartu Domino.
Berdasarkan
teori tersebut Amerika Serikat
mengharuskan dirinya untuk menjaga agar Vietnam Selatan tidak jatuh ke tangan
komunis Vietnam Utara karena kalau hal tersebut terjadi maka satu demi satu
negara yang berada di kawasan Asia Tenggara lainnya akan menjadi korban dari
subversi komunis, termasuk negara-negara sekutu Barat terdekat yaitu Thailand
dan Filiphina.
Amerika
Serikat juga memanaskan situasi di Indocina dengan mendirikan sebuah pakta
pertahanan anti-komunis yang bernama SEATO (Southeast Asia Treaty
Oragnization).
Organisasi
ini didirikan oleh Amerika Serikat, Prancis, Inggris beserta Thailand dan Filiphina serta sejumlah negara pro Blok
Barat lainnya untuk mencegah perluasan pengaruh Komunisme di kawasan Asia
Tenggara.
Amerika
Serikat kemudian mendorong Ngo Dinh Diem, seorang nasionalis Vietnam yang
anti-komunis menjadi perdana menteri Negara Vietnam pada tanggal 7 Juli.
Ngo Dien
Diem kemudian menolak menandatangani kesepakatan Jenewa dan otomatis tidak mau
mengakui pemilihan umum yang akan menentukan nasib kedua Vietnam.
Delegasi
Amerikapun meninggalkan Konferensi Jenewa tanpa menandatangani perjanjian
kesepakatan. Hal itulah yang kemudian diangggap sebagai titik awal terjadinya
Perang Indocina yang kedua atau Perang Vietnam.
Ketika
J.F.Kennedy menggantikan kedudukan Eisenhower sebagai Presiden, I mendapatkan
tekanan dari Partai Republik untuk segera melibatkan Amerika dalam konflik di
Vietnam. Partai Republik bahkan
menekankan bahwa kalau samapi Vietnam lepas maka ialah yang harus
bertanggungjawab.
Kennedy
sebenarnya ragu-ragu untuk terlibat dalam Perang Vietnam secara langsung.
Kegagalan Amerika dalam Insiden Teluk Babi menyadarkan akan kompleksitas
masalah yang dihadapi Amerika Serikat di luar negeri.
Akan tetapi
seiring dengan meningkatnya ekskalasi kekerasan di Vietnam dnegan makin
banyaknya gerilyawan Vietcong di Vietnam Selatan maka Amerika Serikat pun
akhirnya secara langsung terlibat ke dalam perang. Amerika Serikat mengirim
ribuan, bahkan ratusan ribu tentara untuk mempertahankan Vietnam Selatan dari
ancaman komunis.
Keterlibatan
Amerika Serikat secara total baru terjadi pada masa pemerintahan Lyndon B.Johnson.
Pada masa pemerintahannya ia mengambil sikap yang lebih tegas. Bahkan Johnson
kemudian berencana memperluas medan peperangan sampai ke Vietnam Utara.
PERANG VIETNAM ATAU PERANG INDOCINA
II
Perang ini
berlangsung antara Vietmin atau Reublik
Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara) yang dipimpin oleh Ho Chi Minh melawan
Amerika Serikat dan negara bonekanya, Republik Vietnam atau yang lebih dikenal
dnegan nama Vietnam Selatan yang dipimpin oleh Ngo Dien Diem.
Perang
tersebut berlangsung sejak tahun 1965 sampai tahun 1975 walaupun peperangan ini
sudah dimulai semenjak tahun 1954 setelah diadakannya Perjanjian Jenewa yang
tidak memuaskan tersebut.
Dalam perang
ini Amerika Serikat mengerahkan ratusan ribu tentaranya baik tentara reguler
maupun tentara yang direkrut melalui wajib militer.
Peperangan
ini berlangsung sengit dan berdarah-darah. Amerika mengkampanyekan anti-komunis
dalama peperangan ini sementara Vietnam Utara mengkampanyekan kedaulatan dan
kemerdekaan nasional.
Dalam
peperangan ini Vietnam perlahan-lahan mampu mendesak tentara Amerika bahkan
Vietcong dua kali melakukan serangan yang mematikan kepada Amerika dengan
dilakukannya Serangan Tet pada tahun 1968.
Serangan ini
berhasil menaikkan moril pasukan Vietcong karena serangan tersebut berhasil
menembus pertahanan Amerika dan menduduki kedutaan besarnya. Serangan tersebut
memberikan nilai propaganda yang tidak ternilai harganya bagi Vietnam Utara
walaupun pihak Vietcong juga mengalami kerugian yang besar.
Setelah
mengalami pertempuran yang berlarut-larut akhirnya Perang Vietnam mulai
mengalami peredaan. Pada tahun 1973 diadakan upaya penyelesaian konflik politik
dengan diadakannya Paris Agreements pada Bulan Juli 1973 di mana Amerika
Serikat merundingkan exitnya dari Perang Vietnam.
Perang
Vietnam kemudian berakhir pada tahu 1975 dengan kemenangan Republik Demokratik
Vietnam atau Vietnam Utara. Pada tahun 1975 tentara Vietnam Utara memasuki
istana Republik Vietnam dan mengeksekusi Ngo Dien Diem. Setelah itu Ho Chi Minh
melebur Vietnam Selatan ke dalam Republik Demokratik Vietnam dengan nama
Republik Sosialis Vietnam.
DAMPAK PERANG VIETNAM
Perang
Vietnam yang berlangsung sekitar sepuluh tahun lamanya meninggalkan dampak yang
sangat luas dan mendalam. Beberapa dampak dari Perang Vietnam dapat dilihat
sebagai berikut :
Bagi Vietnam :
♦ terwujudnya
kesatuan Vietnam dengan dileburnya Vietnam Selatan ke dalam Vietnam Utara
dengan nama Republik Sosialis Vietnam
♦ meningkatnya
pamor Vietnam di Aisa Tenggara dan dunia
karena keberhasilannya mengalahkan sebuah negara adidaya
♦ kematian
ribuan warga sipil Vietnam baik di uatara maupun di selatan belum lagi korban
warga sipil yang harus mengalami cacat tubuh akibat ledakan bom
♦Terjadi
persoalan serius mengenai lingkungan hidup. Bom-bom yang dijatuhkan Amerika
Serikat selama perang Vietnam disinyalir setara dengan semua bom konvensional
yang digunakan selama Perang Dunia Kedua
Bagi Amerika Serikat :
♦ Amerika
Serikat kehilangan pamornya di dunia karena berhasil dipercundangi oleh sebuah
negara yang secara militer tidak seimbang
♦ Amerika
Serikat merubah politik strategisnya ; Amerika kemudian tidak lagi memandang
kawasan Asia Tenggara sebagai prioritas. Amerika lebih mengutamakan kawasan
lain yang lebih potensial seperti kawasan Timur Tengah. Hal itu kemudian
dinyatakan melalui Doktrin Charter
♦ terjadi
arus pengungsi Vietnam ke Amerika Serikat terutama dari Vietnam Selatan
Bagi Kawasan Asia Tenggara :
♦ Terjadi
keseimbangan politik baru di Aasia Tenggara
♦ Vietnam
harus menjadi negara yang diperhitungkan secara politik oleh negara-negara Asia
Tenggara lainnya
♦ ASEAN
menjadi sebuah entitas yang lebih bersatu dan kompak
♦ kekosongan
kekuatan adidaya di Asia Tenggara dimanfaatkan olleh ASEAN untuk mengusung
konsep ZOPFAN, yaitu gagasan mengenai kawasan Asia Tenggara yang damai,
merdeka, dan netral
Bagi Indonesia :
♦ Pemerintah
Indonesia saat itu menganggap Vietnam dan Cina sebagai ancaman dari utara
mengingat kedua negara tersebut berhaluan komunis
♦ Indonesia
harus menerima ribuan pengungsi Vietnam di Pulau Galang
SEBAB KEKALAHAN AMERIKA SERIKAT
Berakhirnya
Perang Vietnam pada tahun 1975 menimbulkan sebuah pertanyaan penting. Mengapa
sebuah negara adidaya seperti Amerika Serikat dengan segala kecanggihan
peralatan militernya dapat dikalahkan oleh sebuah negara baru merdeka dengan
peralatan militer yang jauh tidak seimbang.
Memang dalam
sebuah peperangan kemenangan atau kekalahan tidak semata-mata ditentukan oleh
kekuatan militer belaka. Uni Sovietpun akhirnya mengalami hal yang serupa.
Pada tahun
1989 Uni Soviet harus mengakui ketangguhan para mujahiddin Afgan yang berhasil
membebaskan negaranya dari cengkeraman Uni Soviet sekaligus mengakhiri
percobaan komunisme di negara tersebut.
Sejumlah
analisa mengenai kekalahan Amerika Serikat dapat dilihat dari sejumlah faktor
berikut :
♦ Amerika
Serikat gagal dalam membedakan antara nasionalisme Vietnam dan komunisme
internasional
♦ Amerika
mengalami kegamangan dalam melibatkan dirinya dalam konflik di Indocina
♦ Publik
Amerika menolak keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam dan melakukan
kampanye anti perang yang antara lain dilakukan oleh kelompok Hippies
♦ militer
Amerika Serikat mendapatkan sorotan tajam terkait dnegan pelanggaran Hak Asasi
Manusia di Vietnam
♦ kekuatan
militer dan kecanggihan alutsista Amerika Serikat tidak mampu menandingi
semangat kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Vietnam
♦ Ho
Chi Minh berhasil menyatukan rakyat Vietnam khususnya dalam menentang keberadaan
Amerika Serikat yang dinilai ingin memecah belah bangsa Vietnam
♦ Ho
Chi Minh mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Vietnam sedangkan Ngo Dien Diem
cenderung dianggap sebagai antek Amerika
♦ Vietnam
Utara mendapatkan dukungan yang signifikan dari dua adidaya komunis, Uni Soviet
dan Cina
♦ Vietminh
mendapatkan dukungan militer dari kelompok gerilyawan komunis di Vietnam
Selatan, Vietcong yang menjadi momok bagi pasukan Amerika Serikat
♦ Vietminh
mendapatkan dukungan dari Kamboja yang ketika itu dipimpin oleh Sihanouk
♦ tentara
Vietminh dan Vietcong bertempur dengan taktik gerilya dan dibantu oleh adanya
Ho Chi Minh Trail yang memudahkan mobilitas pasukan komunis
REFERENSI :
Angkasa,
Vietnam War, Jakarta : Gramedia, 1998
Jusuf
Wanandi, Menyibak Tabir Orde Baru, Jakarta ; Kompas, 2014
Nino
Oktorino, Lembah Kematian, Tragedi Kekalahan Prancis di Dien Bien Phu, Jakarta
: KompasGramedia, 2014
Robert A.
Scalapino dan Yusuf Wanandi, Asia Tenggara Dalam Tahun 1980-an, Jakarta : CSIS,
1985
Komentar
Posting Komentar