PERIMBANGAN KEKUATAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN UNI SOVIET DI ASIA TENGGARA

 

PERIMBANGAN KEKUATAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN UNI SOVIET DI ASIA TENGGARA

ARTI PENTING KAWASAN ASIA TENGGARA DAN PERLUASAN PERANG DINGIN

Pasca Perang Dunia Kedua, tepatnya semenjak tahun 1947 terjadi apa yang disebut dengan istilah Perang Dingin. Perang Dingin adalah perang psikologis yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keduanya merupakan negara yang muncul sebagai kekuatan hegemonik pasca Perang Dunia Kedua.

Perang Dingin dilatarbelakangi oleh adanya keinginan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk memperluas wilayah pengaruhnya dengan menyebarkan ideologinya masing-masing ; Amerika Serikat dengan gagasan Demokrasi Liberalnya sedangkan Uni Soviet dengan paham Komunismenya.

Baik Amerika Serikat dan Uni Soviet kemudian berupaya mencari sekutu dan membentuk aliansi politik-militer. Terbentuklah Blok Barat yang menganut paham Demokrasi Liberal yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang menganut Komunisme dengan Uni Soviet sebagai pemimpinnya.

Pada masa Perang Dingin kawasan Asia Tenggara termasuk kawasan yang mengalami pergolakan. Memang pada awalnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berpusat di Eropa yang ditandai oleh terjadinya sejumlah peristiwa penting seperti Blokade Berlin, dikeluarkannya Marshall Plan, pembentukan NATO dan dibentuknya Pacta Warsawa.

Akan tetapi kemudian Perang Dingin mengalami perluasan termasuk ke kawasan Asia Tenggara. Baik Amerika Serikat dan Uni Soviet tertarik untuk memperluas wilayah pengaruhnya di kawasan tersebut.

Kawasan Asia Tenggara di mata kedua negara adidaya tersebut merupakan kawasan yang strategis dengan adanya sejumlah pertimbangan berikut ;

kawasan Aasia Tenggara merupakan kawasan yang di dalamnya berdiri sejumlah negara yang baru mereka pasca Perang Dunia Kedua

kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki penduduk yang padat

kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki cadangan sumber daya alam yang melimpah

kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang stategi secara geo-politik dengan adanya Selat Malaka di wilayahnya

Walaupun dmeikian ada juga analisa yang menyebutkan mengenai kekurang tertarikan kedua adidaya tersebut di Asia Tenggara. Analisa tersebut disampaikan oleh seorang analis hubungan internasional, Juwono Sudarsono.

Dalam tulisannya mengenai Keamanan di Asia Tenggara, ia menyebutkan bahwa baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet tidak memandang kawasan Asia Tenggara sebagai vital bagi kepentingan keamanan mereka.

Dampak dari keenggngganan kedua adidaya tersebut untuk terlibat secara mendalam di Aisa Tenggara mengakibatkan sulitnya penyelesaian konflik antara negara-negara yang ada di akwasan tersebut.

Keengganan kedua adidaya tersebut terhadap persoalan regional Asia Tenggara juga menimbulkan implikasi lain. Sikap acuh tak acuh kedua kekuatan global tersebut akhirnya mendorong negara-negara Asia Tenggara untuk menyusun formulasi yang memungkinkan penyelesaian persoalan Asia Tenggara dilakukan oleh negara-negara Asia Tenggara itu sendiri.

PERIMBANGAN KEKUATAN DI ASIA TENGGARA

Amerika Serikat dalam upayanya memperluas pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara berhasil memasukkan sejumlah negara ke dalam orbitnya. Negara-negara tersebut antara lain Thailand, Filiphina, dan sejumlah negara bekas koloni Inggris seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darusalam.

Amerika Serikat kemudian mendirikan pangkalan militernya seperti pangkalan militer Angkatan Laut di Subic Bay dan pangkalan Angkatan Udara di Clark Field, Filiphina.

Ketika terjadi pemberontakan anti komunis di Indonesia yang dikenal dnegan nama pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)  di Sumatera dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara, Amerika Serikat melalui Dinas Intelejennya CIA dan juga SEATO memberikan dukungan secara sembunyi-sembunyi.

Dukungan tersebut meliputi peralatan militer, uang, dan juga pelatihan militer. Bahkan Pangkalan militer Angkatan udara Amerika Serikat di Clark Field juga memberikan dukungan langsung . Hal ini terungkap dengan tertembaknya pesawat Angkatan Udara Amerika Serikat yang dikemudikan oleh Allan Lawrence Pope di perairan Maluku.

Uni Soviet juga tidak mau kalah dalam upayanya menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara. Uni Soviet kemudian mendirikan pangkalan Angkatan Lautnya di Teluk Cam Ranh  dan Da Nang di Vietnam dan dengan cara demikian mengancam jalur-jalur pelayaran yang vital dan memengaruhi perimbangan kekuatan laut di Laut Cina Selatan.

Dukungan Uni Soviet terhadap Vietnam ketika Vietnam melancarkan invasinya ke Kamboja tahun 1978-1979 juga menunjukkan keterlibatan Uni Soviet lebih jauh dalam urusan di Asia Tenggara.

Dalam hal ini Uni Soviet menginginkan Vietnam sebagai negara proksinya di kawasan tersebut. Walaupun dmeikian, dukungan Uni Soviet atas petualangan Vietnam di Kamboja justru malah menjatuhkan reputasi Uni Soviet di mata negara-negara Asia Tenggara.

Dukungan Soviet tersebut juga makin memperparah kondisi keuangan Soviet yang ketika itu mulai terhuyung-huyung untuk kemudian menjelma menjadi kriris ekonomi dan politik yang berujung pada keruntuhan Uni Soviet itu sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI :

Kirdi Dipoyudo, Pokok-Pokok Politik Luar Negeri Amerika Serikat Di Bawah Presiden Reagan Dan Dampaknya Atas Asia Khususnya Asia Tenggara, Dalam Analisa, Jakarta : Biro Publikasi CSIS, 1978

Robert A. Scalapino dan Yusuf Wanandi, Asia Tenggara Dalam Tahun 1980-an, Jakarta : CSIS, 1985

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)