RUNTUHNYA KEKUASAAN PRANCIS DI VIETNAM DAN INDOCINA

 

RUNTUHNYA KEKUASAAN PRANCIS DI VIETNAM DAN INDOCINA

 

AWAL KEKUASAAN PRANCIS DI VIETNAM

Indocina merupakan istilah yang memiliki dua makna, pertama makna kultural, dan yang kedua makna politik. Indocina dilihat dari segi kultural merupakan kawasan yang berada diantara India dan Cina sehingga banyak mendapat pengaruh budaya dari kedua negara tersebut.

Sedangkan dilihat dari aspek politik Incina bermakna negara-negara yang pernah dikuasai oleh Prancis di Asia Tenggara. Negara-negara tersebut adalah Vietnam, Kamboja, dan Laos.

Vietnam sendiri merupakan negeri yang dijajah oleh Prancis semenjak abad 19 M.Penjajahan Prancis atas Vietnam sebelumnya sudah dirintis oleh para misionaris Prancis yang sudah mengunjungi Vietnam semenjak abad ke-17.

Adapun penanda kekuasaan Prancis atas Vietnam terjadi pada tahun 1847 ketika tentara Prancis berhasil mengalahkan Vietnam dalam pertempuran di Tourane atau Danang.

Setelah berhasil mengkonsolidasikan kekuatannya Prancis kemudian mulai melakukan pembagian Vietnam secara administratif. Vietnam kemudian dibagi menjadi tiga wilayah administratif ;

❶ Tonkin di utara

❷ Cochincina di selatan

❸ Annam di tengah

Ketiga wilayah tersebut kemudian disatukan ke dalam sebuah uni Indocina jajahan Prancis bersama Laos dan Kamboja.

Prancis kemudian menunjuk Bao Dai untuk menjadi kepala suatu “dominion” baru Prancis yang mencakup ketiga wilayah tersebut secara resmi pada tanggal 30 Desember.

Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi kekuasaan Ho Chi Minh. Ho kemudian dihadapkan pada situasi yang sulit karena setelah itu Prancis mengirimkan sekitar 100.000 pasukannya ke kawasan tersebut. Pasukan Prancis kemudian menduduki sejumlah tempat vital dan sejumlah kota.

Pemerintahan Bao Dai kemudian mendapatkan dukungan dari sejumlah negara Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat. Pengakuan kedua negara tersebut mengagetkan mengingat sebelumnya kedua negara itu memberikan simpati dan dukungannya kepada gerakan nasionalis Vietnam

MASA KEKUASAAN PRANCIS DI VIETNAM

Sebagaimana negara kolonial lainnya, Prancis memperlakukan bangsa Vietnam dengan semena-mena. Prancis tidak pernah menganggap bangsa Vietnam sebagai manusia dewasa.

Mereka diperlakukan sebagai anak kecil bahkan manusia biadab yang tidak berbudaya. Hal ini sesuai dengan doktrin kolonial yang dianut oleh Prancis saat itu.

Prancis menganggap bangsanya adalah bangsa yang berbudaya tinggi dan memiliki misi suci (mission sacree) untuk membudayakan bangsa-bangsa barbar melalui ajaran Kristen.

Prancis juga menerapkan hukum yang merugikan dan merendahkan bangsa Vietnam. Prancis seringkali mengambil lahan-lahan milik rakyat untuk kepentingannya. Termasuk merubuhkan sejumlah pagoda untuk kepentingan pembangunan gereja-gereja Katolik.

Penerapan bahasa dan hukum Prancis telah menyebabkan petani di pedesaan merasa terasingkan dari tanahnya sendiri. Di bawah kolonialisme Prancis, rakyat Vietnam sangat mengalami keterbelakangan. Kemiskinan merajalela dan tingkat kesejahteraan merosot secara drastis.

Prancis juga memungut pajak secara semena-mena. Banyak petani yang harus kehilangan harta miliknya karena dirampas sebagai sanksi atas ketidakmampuan mereka dalam membayar pajak kolonial yang sangat memberatkan.

Bentuk-bentuk penjajahan Prancis lainnya atas bangsa Vietnam di antaranya adalah sebagai berikut :

Prancis mengubah sistem kepemilikan tanah yang mengakibatkan banyak rakyat kehilangan tanah miliknya

perusahaan-perusahaan Prancis memonopoli produksi minuman keras, opium, dan garam

Prancis merampas sejumlah pendapatan para petani

Prancis mendirikan sejumlah industri baru yang memaksa rakyat Vietnam untuk bekerja di dalamnya

Prancis menjalankan sistem kerja paksa terhadap rakyat Vietnam

prancis mengadakan penjara-penjara untuk menampung para tokoh kritis yang menentang kekuasaan Prancis

GERAKAN NASIONALIS VIETNAM

Para intelektual Vietnam membaca keresahan dan rintihan rakyat yang ingin lepas dari belenggu penjajahan Prancis. Salah satu intelektual tersebut adalah Phan Boi Chau. Ia merupakan tokoh yang kerap menyuarakan kritik terhadap kekuasana Prancis. Pancis merasa resah oleh kritikan Phan Boi Chau dan akhirnya mendeportasinya ke Cina.

Tokoh intelektual lainnya kemudian muncul. Ia adalah anak seorang pejabat rendahan di kerajaan Vietnam yang bernama Nguyen Sinh Cung atau yang lebih dikenal dengan nama Ho Chi Minh.

Ho yang pernah menuntut ilmu di Prancis banyak terpengaruh oleh gagasan sosialisme. Ketika itu paham sosialisme memang sangat populer, karena dapat menjadi antitesis dari paham kapitalisme imperialisme yang dianut oleh negara-negara kolonial Barat saat itu.

Ho Chi Minh kemudian turut membentuk Partai Komunis Prancis  bersama sejumlah anggota partai sosialis yang radikal. Ho juga mendirikan Liga Pemuda Revolusioner Vietnam, organisasi Marxis pertama di kalangan orang Indocina.

Dalam rangka membebaskan negerinya dari penjajahan Prancis, Ho kemudian aktif mengorganisir perlawanan dengan mencari dukungan dari kalangan petani. Ho juga berusaha mencari pengikut untuk membantu perjuangannya dalam mengusir kolonial Prancis.

Salah satu pengikutnya yang terkenal adalah Vo Nguyen Giap, seorang guru sejarah yang di kemudian hari menjadi tangan kanannya dalam Perang Vietnam yang menumbangkan kekuasaan Amerika di Vietnam kelak.

Perjuangan Ho mendapatkan momentum ketika kekuasaan Prancis di Vietnam tumbang dengan berkuasanya Jepang. Dalam waktu singkat Jepang berhasil mengambilalih kekuasaan Prancis atas Indocina dan Vietnam melalui pemerintahan Vichy Prancis.

Kekuasaan Jepang di Vietnampun tidak berlangsung lama. Pada tahun 1945 Jepang harus keluar dari Indocina dan Vietnam karena kekalahannya dari Sekutu.

Setelah Jepang dan Jerman kalah, diadakan Perjanjian Potsdam yang antara lain mengatur mengenai pembagian wilayah Vietnam berdasarkan garis lintang 17 Derajat. Cina berdasarkan perjanjian tersebut menguasai utara garis lintang 17 derajat. Cina membiarkan Ho Chi Minh menguasai pemerintahan dan menolak masuknya pasukan Prancis ke wilayah tersebut.

Kondisi tersebut segera dimanfaatkan oleh Ho Chi Minh. Ho kemudian membentuk pemerintahan sementara Vietnam dengan dirinya sebagai kepala negara.

Vietminh kemudian mengambilalih Hanoi dan memaksa Raja Vietnam Bao Dai turun dari tahta.Pada tanggal 2 September pemerintahan sementara di Hanoi digantikan oleh Republik Demokrasi Vietnam.

Kedudukan Ho Chi Minh dengan berdirinya Vietminh menjadi kuat setelah pemerintah Komunis Cina pada 19 Januari 1950 mengakui pemerintahan Vietminh. Selanjutkan hal yang juga dilakukan oleh Rusia beserta negara-negara satelitnya.

Bukan saja Ho Chi Minh yang memanfaatkan kekalahan Jepang. Prancis juga melakukannya dengan terburu-buru. Setelah mendpaatkan dukungan dari Amerika dan Inggris, sekutunya dalam Perang Dunia Kedua, Prancis segera mengirimkan pasukannya secara besar-besaran ke Indocina dan Vietnam.

Dukungan Amerika Serikat terhadap pendudukan kembai Indocina oleh Prancis merupakan salah satu bagian dari rencana strategis Amerika Serikat pasca Perang Dunia Kedua yang ingin mencegah meluasnya pengaruh komunis di dunia termasuk di Asia Tenggara khususnya Vietnam.

Melalui bantuan Marshall Plan Amerika Serikat mengucurkan jutaan dollar kepada Prancis untuk memulihkan kekuasaannya di Indocina dan Afrika Utara.

Pasukan Prancis terdiri dari prajurit berkewargaan berbeda-beda, mulai dari Prancis dan negara-negara koloninya di Afrika.

KEKALAHAN PRANCIS

Lambat-laun kondisi di Vietnam sekain memanas. Akhirnya terjadilah konflik terbuka antara Prancis dan Vietminh. Perang antara Prancis dan Vietminh berdarahdarah. Ribuan orang menjadi korban di kedua belah pihak termasuk diantaranya adalah warga sipil.

Perang antara keduanya mencapai puncaknya pada tahun 1954. Ketika itu Prancis membangun benteng pertahanan yang kokoh  yang disebut dengan Benteng Dien Bien Phu. Benteng tersebut diperkirakan mampu menahan siasat perang gerilya yang dilancarkan oleh Ho dan Vo Nguyen Giap.

Akan tetapi taktik tersebut ternyata meleset dari kenyataan. Berkat kesabaran dan kesungguhan tentara Vietmin, benteng tersebut akhirnya berhasil direbut setelah terjadi pertempuran maraton yang memakan korban yang sangat besar di dua belah pihak.

Setelah 56 hari pertempuran sengit, tentara Prancis yang bertahan di Benteng Dien Bien Phu akhirnya menyatakan menyerah. Dalam perang memperebutkan benteng Prancis ini Vo Nguyen Giap sebagai pimpinan militer tertinggi Vietminh kehilangan sekitar 8.000 prajurit yang tewas sementara 15.000 lainnya terluka.

Prancis juga mengalami kerugian yang tidak sedikit. Sekitar lebih dari 2000 prajuritnya terbunuh, 1729 hilang, dan 5.613 di antaranya terluka sementara 7000 lainnya tertawan.

Secara keseluruhan Perang Indocina yang berlangsung sejak tahun 1946 sampai tahun 1954 tersebut telah mengakibatkan terbunuhnya 300.000 orang Vietminh dan 95000 prajurit dan warga sipil Prancis. Belum lagi sekitar satu juta warga sipil Vietnam yang terbunuh.

Kekalahan Prancis dalam Pertempuran Dien Bien Phu menentukan nasib kolonialismenya di Indocina. Perang Indocina atau Pena Vietnam I sendiri secara resmi berakhir pada tanggal 20 Juli 1954. Kemudian, berdasarkan Perjanjian Jenewa yang diadakan di kemudian hari, Prancis diharuskan keluar dari Vietnam dan Indocina.

SEBAB KEKALAHAN PRANCIS

Sebagai kekuatan kolonial lama Prancis berhasil dilakahkan oleh Vietminh yang baru berdiri pasca Perang Dunia Kedua. Kekalahan Prancis tentu saja memalukan bagi negara-negara kolonial lainnya. Kekalahan Prancis sekaligus membangkitkan harapan dari bangsa-bangsa yang masih terjajah untuk mendapatkan kemerdekaan dan kedaulatannya.

Adapun penyebab kekalahan Prancis dalam Perang Indocina antara lain sebagai berikut ;

❶ Situasi di Prancis

→ Publik Prancis ketika itu membenci perang. Mereka sudah lelah dengan perang berkepanjangan yang berlangsung semenjak dimulainya Perang Dunia Kedua

→ Prancis ketika itu sedang mengalami kesulitan keuangannya semenjak dikuasainya negara tersebut oleh Jerman pada tahun 1940

❷ Situasi di Vietnam

→ bangkitnya nasionalisme bangsa Vietnam yang dikobarkan oleh Ho Chi Minh

→ Ho Chi Minh berhasil membangkitkan kesadaran nasionalis di kalangan rakyat Vietnam

→ Rakyat Vietnam menghendaki adanya persatuan antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan

→ rakyat Vietman muak dengan kekuasaan angkuh Prancis yang merendahkan mereka

→ rakyat Vietnam mendambakan kemerdekaan dari penjajahan Prancis. Mereka merasa trauma dengan kekuasaan Prancis atas wilayah mereka

→ rakyat Vietnam memiliki kesabaran penuh dan ketangguhan dalam menghadapi Prancis yang lebih superior dibandingkan mereka

→ Vietminh mendapatkan dukungan politik dan militer dari Rusia. Rusia ketika itu berkepentingan hendak menajdikan Vietnam sebagai negara satelitnya

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI :

D.G.H.Hall, Sejarah Asia Tenggara, Surabaya : Usaha Offset, 1986

Nino Oktorino, Lembah Kematian, Tragedi Kekalahan Prancis di Dien Bien Phu, Jakarta : KompasGramedia, 2014

Robert A. Scalapino dan Yusuf Wanandi, Asia Tenggara Dalam Tahun 1980-an, Jakarta : CSIS, 1985

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)