DESOSIALISASI DAN RESOSIALISASI DALAM SOSIALISASI SEKUNDER

 

DESOSIALISASI DAN RESOSIALISASI DALAM SOSIALISASI SEKUNDER

DESOSIALISASI

 

Dalam masyarakat yang masih homogen dan masih bersifat sederhana, proses sosialisasi dapat berjalan dengan serasi sesuai dengan pola yang sama, karena nilai-nilai yang ditransmisikan dalam proses sosialisasi relatif sama.

 

Lembaga sosial utama bahkan satu-satunya yang ada dalam masyarakat yang sederhana adalah lembaga keluarga. Keluarga dalam konteks tersebut memiliki peran yang determinan dalam mengarahkan perilaku individu.

 

Dalam proses sosialisasi di dalam lembaga keluarga itulah individu seakan-akan tidak mempunyai pilihan lain kecuali menerima apa adanya gagasan-gagasan yang disampaikan oleh keluarga terhadap dirinya. Individu tidak mengenal dunia sosial kecuali yang diperkenalkan oleh keluarganya.

 

Kalaupun ada unsur lain yang turut memberikan pengaruh kepada individu seperti teman, pengaruh yang disampaikannya pun tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh keluarga.

 

Situasi tersebut akhirnya memperkuat konformitas individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang ada di lingkungan sosialnya dan dengan demikian keteraturan sosial dan tertib sosial relatif terpelihara dengan baik.

 

Namun dalam masyarakat yang sudah heterogen, di mana terdapat banyak kelompok dengan nilai-nilai yang tidak sepadan dalam memengaruhi individu, maka proses sosialisasi tidak berlangsung sama seperti dalam masyarakat yang masih bersifat homogen.

 

Dalam masyarakat yang heterogen dan kompleks,  terdapat banyak agen sosialisasi di luar keluarga yang menanamkan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai yang sebelumnya ditanamkan oleh keluarga, bahkan kadang-kadang bertentangan.

 

Dalam situasi yang demikian, seseorang dapat mengalami proses yang disebut desosialisasi, yaitu proses “pencabutan diri” yang dimiliki oleh seseorang.

 

Desosialisasi merupakan sebuah proses ketika gagasan-gagasan lama, nilai-nilai lama, dan norma-norma lama yang sebelumnya ditanamkan oleh keluarga lambat laun mengalami penggerusan. Nilai-nilai dan gagasan-gagasan tersebut perlahan tapi pasti mulai ditinggalkan oleh individu.

 

RESOSIALISASI

 

Proses desosialisasi kemudian secara otomatis akan diikuti oleh proses berikutnya, yaitu proses resosialisasi. Proses resosialisasi adalah proses ketika seseorang diberikan suatu ‘diri’ baru, yang tidak saja berbeda, tetapi juga tidak sepadan.

 

Dalam resosialisasi (resocialization), seseorang mempelajari norma, nilai, sikap, dan perilaku baru agar sepadan dengan situasi baru yang mereka hadapi dalam kehidupan.

 

Dalam bentuknya yang paling lazim, resosialisasi terjadi tiap kali seseorang mempelajari sesuatu yang bertentangan dengan kondisi awal orang tersebut.

 

Seorang atasan baru yang menghendaki cara baru untuk melakukan sesuatu dalam kenyataannya sedang melakukan resosialisasi kepada bawahannya.

 

Sebagian resosialisasi  bersifat lembut, dengan hanya melibatkan modifikasi kecil pada hal-hal yang telah kita pelajari sebelumnya, akan tetapi dalam beberapa situasi, resosialisasi dapat juga bersifat sama kuat.

 

Proses desosialisasi dan resosialisasi yang demikian sering dikaitkan dengan proses yang berlangsung dalam apa yang disebut oleh Goffman sebagai institusi total (Total Institution)

 

Dengan demikian konsep desosialisasi dan resosialisasi dapat disimpulkan sbeagai berikut :

 

DESOSIALISASI

RESOSIALISASI

      individu  melepaskan norma,nilai,sikap dan perilaku lama karena mengalami perubahan situasi sosial dalam kehidupan

 

      individu mempelajari norma,nilai, sikap, dan perilaku baru agar sepadan dengan situasi baru yang dihadapi dalam kehidupan

 

 

resosialisasi dapat berlangsung secara lunak maupun keras

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)