TEORI CERMIN DIRI (LOOKING GLASS-SELF) COOLEY

 

TEORI CERMIN DIRI (LOOKING GLASS-SELF) COOLEY

 

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

 

Teori Interaksionisme Simbolik merupakan teori yang berkembang pada era-era belakangan sesudah sebelumnya muncul teori Fungsionalisme struktural dan teori konflik. Teori ini secara embrionikal dapat ditelusuri pada era-era awal dengan menelusuri asal-usulnya dari pendapat Max Weber, bahwa individu bertindak sesuai dengan penafsiran mereka tentang makna dari dunia mereka.

 

Baru kemudian seorang filsuf Amerika, George Herbert Mead (1863-1931) memperkenalkan perspektif ini dalam sosiologi Amerika pada tahun 1920. Pasca itu tepatnya pada tahun 1930-an, perspektif Interaksionisme Simbolik dikukuhkan oleh murid G.H.Mead sendiri yaitu Herbert Blumer.

 

Teori Interaksionisme , sebagaimana teori Konstruksi Sosial Peter L.Berger, Teori Etnometodologi Harold Garfinkel dan Fenomenologi Schuzt , merupakan teori yang dikategorikan atau diklasifikasikan ke dalam teori Humanis.

 

Teori Humanis, berbeda dengan teori Positivis (Fungsionalisme Struktural ) dan teori Kritis,  adalah teori yang memberikan ruang yang besar kepada manusia sebagai aktor untuk membentuk dunia sosialnya sendiri.Teori Humanis memiliki karateristik sebagai berikut :

 

√ mengutamakan masalah kemanusiaan

 

√ berasal dari filsafat Kantian  dan perspektif Weberian yang menolak Fakta Sosial dan Positivisme

 

√ mendasarkan pada realitas kesadaran manusia

 

√ memiliki konsep realitas objektif dan subjektif

 

√ menekankan pada bagaimana manusia mengkonstruksi realitas sosial

 

√ dikenal dengan mazhab Historis Hermeneutik

 

√ berupaya mengungkapkan realitas sosial melalui bahasa dan tindakan

 

√ menganggap realitas sosial senantiasa bergerak dan mengalami perubahan

 

√ menggunakan metode partisipatif, deskriptif dan interpretatif

 

√ menggunakan metode interpretatif yang tidak memisahkan antara objek dan subjek

 

√ menggunakan metode kualitatif

 

Teori Interaksionisme Simbolik sendiri memiliki tradisi pemikiran yang panjang sehingga teori ini dalam perkembangannya terbagi menajdi dua, yaitu teori interaksionisme simbolik klasi dan teori interaksionisme simbolik moder. Berikut ini adalah sejumlah tokoh dari teori interasionisme klasik dna modern.

Teori Interaksionisme Simbolik Klasik :

♦ Max Weber : menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari Tindakan Sosial dan dengan mendefinisikan serta membahas konsep dasar yang menyangkut interaksi seperti tindakan, tindakan sosial dan tindakan non sosial serta hubungan sosial

♦ Georg Simmel : berpandangan bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian seseorang tergantung pada jaringan hubungan sosial yang dimilikinya, yaitu pada keanggotaan kelompoknya

 

Teori Interaksionisme Simbolik Modern :

William James : berpendapat bahwa perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri muncul dari interaksinya dengan orang lain

♦ John Dewey : beranggapan bahwa pikiran (mind) seseorang berkembang dalam rangka usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan bahwa pikiran tersebut ditunjang oleh interaksinya dengan orang lain

♦ G.H.Mead : menganggap bahwa diri (self) seseorang berkembang melalui tahap Play,Game, dan Generalized Other, dan bahwa dalam proses perkembangan diri ini seseorang belajar mengambil peran orang lain (taking the role of the other)

♦ W.I. Thomas : manusia tidak langsung memberikan tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus) sebagaimana halnya makhluk lain. Sebelum bertindak untuk menanggapi melakukan penilaian dan pertimbangan terlebih dahulu, individu senantiasa melakukan seleksi,mendefinisikan situasi serta memberikan makna pada situasi yang dihadapinya

♦ Herbert Blumer : Interaksionisme simbolik didasarkan atas tiga premis utama, yaitu Pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu  berdasarkan makna sesuatu tersebut bagi mereka. Kedua, makna merupakan suatu proses sosial yang muncul dalam proses interaksi antarmanusia. Ketiga, penggunaan makna oleh para pelaku berlangsung melalui suatu proses penafsiran

♦ Erving Goffman : memperkenalkan konsep Dramaturgi

♦ Charles Horton Cooley : menganggap bahwa diri seseorang berkembang dalam interaksinya dengan orang lain

 

TEORI CERMIN DIRI COOLEY

Menurut Cooley, ‘Diri” yang mencakup kesadarna diri ‘aku”, “kami’, “siapa aku” dan “siapa kita” pertama kali muncul dari interaksi dengan orang lain semasa kanak-kanak. Cooley---sebagaimana Mead--- menyebut diri terbentuk melalui interaksi sosial.

Teori Looking Glass self atau teori cermin diri Cooley menyatakan bahw apemahaman diri sebagai produk persepsi individu tentang bagaimana orang lain melihat individu, yang lainnya adalah cermin diri di mana diri terbentuk.

Menurut Cooley, diri terbentuk di dalam dua kelompok ; kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok kecil dan memiliki pola hubungan yang teratur.

Interaksi dalam kelompok primer didominasi oleh interaksi yang bersifat tatap muka dan pribadi. Mereka memainkan perang yang sanagt penting dalam proses sosialisasi dan pembentukan diri.

Kelompok sekunder merupakan kelompok besar dan bersifat impersonal. Interaksi dalam kelompok sekunder biasanya dilakukan demi mencapai tujuan tertentu atau dalam rangka pemenuhan peran sosial yang sudah ditentukan sebelumnya dan bukan untuk kepentingan diri sendiri.

 

PREMIS DASAR TEORI CERMIN DIRI COOLEY

Teori Cermin Diri Cooley memiliki sejumlah asumsi dasar sebagaimana berikut ;

kepribadian terbentuk oleh orang lain

individu pasif dalam proses pembentukan ‘diri”

Konsep diri menurut Cooley berkembang melalui proses yang bertahap dan rumit yang berlangsung seumur hidup

Gambaran diri seseorang tidak perlu berkaitan dengan fakta-fakta yang objektif

“Diri” ditentukan melalui tanggapan orang lain telah dinamakan “diri cerminan orang lain’ (cermin diri)

Pembentukan kepribadian in dividu terjadi melalui tiga tahapan atau fase berikut ;

      individu melakukan imajinasi atau persepsi ; dalam tahap ini kita membayangkan bagaimana orang melihat kita

      individu melakukan interpretasi dan definisi  ; di sini kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita

      individu mengembangkan konsep diri atau memberikan respon ; respon yang diberikan oleh individu didasarkan atas persepsi dan interpretasi individu tersebut

Berdasarkan tiga tahapan perkembangan ‘diri” yang disampaikan oleh Cooley, Paul B.Horton menjelaskan mengenai pentingnya kita agar terus menerus memperbaharui persepsi kita tentang bagaimana kita memandang.

Pengalaman seseorang dalam sebuah situasi sosial yang berulang akan memengaruhi perasaan orang tersebut terhadap dirinya sendiri.

Bagaimana gambar dalam cermin memberi bayangan tentang diri fisik, demikian pula persepsi tanggapan orang lain memberikan gambaran diri sosial.

Teori Cermin Diri ini dapat dilihat dari sejumlah ilustrasi berikut :

→ seorang anak yang dipuji atas usahanya dan dihargai akan mengembangkan perasaan diterima dan percaya diri

→ seorang gadis yang sering dipuji cantik oleh orang-orang yang berbeda  dan berulang-ulang di kesempatan yang berbeda akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik

→ seorang yang sangat hebat yang usahanya sering dianggap sebagai kegagalan mungkin akan merasa dihantui oleh perasaan tidak mampu, dan kemampuannya secara praktis menjadi lumpuh

→ Seorang anak yang usahanya mendapatkan pujian dari orang tuanya akan menjadi yakin akan kemampuannya

→ Seorang anak yang tidak diapresiasi atas kerja kerasnya akan mengambil kesimpulan bahwa ia tidak memiliki kemampuan yang memadai

 

 

 

 

 

REFERENSI :

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta ; Kencana

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI,2000

 

Margaret M.Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta : RajaGrafindo Pesada, 2004

M.Jacky, Sosiologi, Konsep, Teori dan Metode, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2015

 

Margaret  M.Poloma, Sosiologi Kontemporer,Jakarta : RajaGrafindo,2014

 

Umiarso dan Elbadiansyah, Interaksionisme Simbolik Dari Era Klasik Hingga Modern, Depok : RajaGrafindo Persada, 2014

T.O.Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta ; Yayasan Obor Indonesia, 2004

Paul B Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi I, Jakarta ; Erlangga, 1996

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)