PERISTIWA INSIDEN TELUK BABI
PERISTIWA
INSIDEN TELUK BABI
CASTRO
MENGAMBILALIH KEKUASAAN DI KUBA
Peristiwa Teluk Babi merupakan salah satu peristiwa yang
menandai dinamika politik internasional pada masa Perang Dingin. Perang Dingin
yang terjadi antara Amerika Serikat dan Rusia melibatkan banyak negara di
dunia, tidak terkecuali Kuba.
Kuba awalnya merupakan salah satu koloni Spanyol yang
memerintah negeri tersebut semenjak kedatangannya ke Benua Amerika. Kekuasaan
Spanyol atas Kuba berakhir ketika Spanyol dikalahkan oleh Amerika Serikat pada
tahun 1889 dalam Perang Seratus Hari.
Kekalahan Spanyol berdampak luas. Spanyol harus menyerahkan
sejumlah koloninya kepada Amerika Serikat seperti Filiphina, Kepulauan Hawai
dan juga Kuba.
Kemenangan Amerika Serikat atas Spanyol ini sekaligus
memulai apa yang disebut sebagai imperialisme Amerika. Amerika saat itu juga
perlahan mulai meninggalkan politik isolasi yang dianutnya selama ini. Dengan
demikian Amerika mulai terlibat aktif dalam percaturan politik global.
Setelah menguasai Kuba, Amerika Serikat kemudian melakukan
eksploitasi atas negeri tersebut. Keberadaan Amerika di Kuba dirasakan tidak
berbeda dengan keberadaan Spayol di mata penduduk Kuba. Amerika—sebagaimana
Spanyol—merupakan kekuatan imperialis yang hanya ingin mendpaatkan keuntungan
di Kuba dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
manusianya.
Kekuasaan Amerika Serikat di Kuba ditandai oleh dibukanya
perkebunan tembakau dan tebu secara besar-besaran. Hal ini jelas menguntungkan
bagi para kapitalis Amerika yang menanamkan investasinya di Kuba.
Walaupun Amerika Serikat kemudian memerdekakan Kuba, namun
negara tersebut tetap tidak mau kehilangan keuntungan yang selama ini ia
nikmati. Penguasa baru Kuba, Fulgencio Batista pada kenyataannya hanyalah seorang
diktator yang merupakan boneka Amerika Serikat. Batista lebih banyak dibenci
rakyat Kuba dan dicintai oleh Amerika Serikat ketimbang menjadi seorang
pemimpin Kuba yang sebenarnya.
Hal itulah yang menimbulkan ketidakpuasan di kalangan
rakyat Kuba dan kaum oposisi. Salah satu tokoh oposisi kiri yang paling
terkemuka adalah Fidel Castro. Castro bersama adiknya, Raul Castro dan seorang
dokter revolusioner berkebangsaan Argentina, Che Guevara kemudian melakukan
revolusi di Kuba.
Pada tahun 1959 akhirnya Castro bersaudara berhasil menumbangkan
kekuasaan diktator Batista. Castro kemudian menjadikan dirinya sebagai pemimpin
baru Kuba. Sebagaimana Batista, Castro memerintah Kuba dengan tangan besi.
Di bawah Castro, Kuba secara drastis berubah menjadi sebuah
negara komunis yang mengembangkan retorika anti Amerika. Tindakan Castro
menasionalisasi perusahaan perkebunan milik Amerika telah menimbulkan krisis
diplomatik antara Kuba dan Amerika Serikat.
Amerika kemudian memutuskan hubungannya dengan Kuba bahkan
Amerika kemudian melakukan blokade total terhadap Kuba. Semua perdagangan dari
dan ke luar Kuba ditutup rapat. Kuba tidak boleh mendapatkan akses kepada
kebutuhan rakyatnya sehari-hari.
Kondisi ini memaksa Kuba untuk memalingkan mukanya kepada
Uni Soviet. Sebagai rival Amerika, Uni Soviet bersedia memberikan bantuan
pangan dan militer kepada Kuba.
Arah baru politik dalam dan luar negeri Kuba di bawah
Castro semakin tidak disukai oleh Amerika. Amerika menganggap Castro sebagai
“anak nakal’ yang harus diberi pelajaran. Amerika bertekad untuk menumbangkan
kekuasaan Castro dan menggantinya dengan seorang pemimpin pro Amerika
sebagaimana Batista.
Awalnya Amerika Serikat mengalami kebingungan dalam
menentukan cara yang efektif untuk membungkam dan menjatuhkan rezim Castro.
Amerika pernah berupaya membunuh Castro dengan sejumlah cara, mulai dari
memberikan racun kepada Castro sampai pada upaya membunuh Castro dengan
menggunakan penembak jitu.
Kebimbangan Amerika dalam menyikapi Castro ditandai oleh
adanya penolakan sejumlah Presiden Amerika untuk mengambil langkah-langkah dan
tindakan militer terhadap Kuba.
Misalnya dua Presiden Amerika Serikat, Eisenhower dan
Richard Nixon menolak untuk diambilnya opsi rencana militer terhadap Kuba.
Keduanya tidak dapat memastikan keberhasilan operasi militer Amerika Serikat
terhadap Kuba.
INVASI
TELUK BABI DAN KEGAGALAN AMERIKA SERIKAT
Kondisi dan situasi politik di Amerika Serikat berubah
ketika John F.Kennedy berkuasa. Pada tahun 1961, di bawah kepemimpinan Kennedy, dinas intelejen Amerika Serikat mulai menemukan
cara untuk menyelesaikan krisis mengenai Kuba. Ketika itu
CIA mulai mengorganisir para eksil Kuba yang melarikan diri ke Florida, Amerika
Serikat segera setelah Castro berkuasa.
Para eksil ini adalah kelompok anti-Castro yang melarikan
diri dari Kuba dengan menggunakan sejumlah kapal untuk menghindari pembalasan
yang dilakukan oleh pemerintah Castro terhadap kelompok oposisi yang ada. Para
pelarian asal Kuba ini dilatih oleh CIA dan dipersenjatai.
Mereka kemudian dibawa oleh angkatan laut Amerika dan
didaratkan ke Teluk Babi. Mereka pertama kali berupaya merebut kawasan pesisir
Teluk Babi untuk dijadikan sebagai basis perlawanan.
Teluk Babi atau Bahia de Cochinos terletak di sekitar 150
mil tenggara Havana, Ibukota Kuba. Pasukan bayaran CIA atau disebut Mercenarios
tersebut kemudian ditempatkan di daerah rawa-rawa Zapata, yaitu di Playa Larga
dan Giron.
Rencananya, pasukan para militer yang disponsori oleh dinas
intelejen Amerika Serikat, CIA ini akan melakukan perlawanan bersenjata
terhadap angkatan perang Kuba.
Rencana militer tersebut akan dipadukan dnegan rencana
politik, yaitu mengorganisir perlawanan politik dari dalam negeri yang
dilakukan oleh kelompok oposisi anti-Castro yang masih ada di dalam negeri Kuba
khususnya di Ibukota Havana.
Rencana Kennedy untuk menjatuhkan Castro gagal total.
Pasukan yang didaratkan di Teluk Babi mengalami kekalahan telak. Kekalahan tersebut
mengakibatkan figur Castro semakin populer dan melegenda.
Invasi Amerika ke Teluk Babi mendatangkan kerugian yang
besar bagi Amerika Serikat secara militer. Tercatat 6 pilot Amerika Serikat
yang disewakan kepada CIA tewas dan lebih dari 1000 anggota brigade Kuba
rekrutan CIA tertangkap dan 114 lainnya tewas.
Pasukan rekrutan CIA yang terdiri dari para pelarian asal
Kuba ini banyak yang terbunuh ketika mendarat di pesisir Teluk Babi. Mereka
menjadi sasaran empuk mitraliur angkatan bersenjata Kuba yang telah mengetahui
rencana pendaratan tersebut.
Setelah dilakukan analisa mengenai kegagalan invasi Teluk
Babi, terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakanginya. Faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan invasi Teluk Babi tersebut antara lain sebagai berikut :
-Amerika Serikat dan dinas intelejennya, CIA tidak mengetahui
medan secara fisik. Kawasan Teluk Babi ternyata merupakan kawasan berlumpur
yang tidak cocok untuk dijadikan sebagai sasaran pijakan pertama pendaratan
pasukan dan tidak dapat dilewati
-bocornya rencana CIA. Sebelum pendaratan pasukan
anti-Castro di Teluk Babi, Castro terlebih dahulu menangkapi sejumlah orang
yang dianggap agen intelejen atau informan Amerika Serikat
-setelah mengenahui secara detil mengenai rencana invasi ke
teluk Babi, Castro kemudian mengorganisir angkatan bersenjatanya secara lebih
efektif
-melemahnya perlawanan terhadap Castro dari dalam negeri
-besarnya dukungan rakyat Kuba terhadap Fidel Castro
-kegagalan CIA mempersenjatai kelompok pemberontak anti-Castro
di Kuba. Bahkan dalam beberapa kasus banyak senjata yang dikirim Amerika
Serikat kepada kelompok perlawanan anti-Castro yang justru jatuh ke tangan
angkatan bersenjata Kuba yang pro Castro
-kurangnya informasi mengenai kekuatan anti-Castro di Kuba
-efisiennya intelejen dan dinas keamanan Castro dalam
menangkal subversi Amerika Serikat
-angkatan bersenjata Kuba di bawah Castro dilengkapi dengan
60 ribu tentara dan tank serta artileri
-Castro berhasil melakukan konsolidasi politik secara efisien di Kuba setelah mengambilalih
kekuasaan pada tahun 1959
-adanya kelemahan sistem informasi dan organisasi CIA
-Amerika Serikat terlalu menganggap remeh kekuatan Castro
dan angkatan bersenjatanya
-adanya penyusupan yang dilakukan oleh intelejen Castro di
kalangan imigran Kuba di Florida, Amerika Serikat
REFERENSI
:
Angkasa, Icon of The
World, Jakarta ; Gramedia, 1998
Tim Weiner, Membongkar Kegagalan CIA, Jakarta : Gramedia,
2007
Komentar
Posting Komentar