IMMANUEL WALLERSTEIN DAN TEORI SISTEM DUNIA

 

IMMANUEL WALLERSTEIN DAN TEORI SISTEM DUNIA

 

Immanuel Wallerstein dikenal luas  sebagai tokoh  yang mempelajari isu-isu globalisasi, termasuk kajian wilayah, dan teori-teori pembangunan. Immanuel Wallerstein dapat dikatakan setara dengan sejumah tokoh seperti  Fernando Cardoso dan Andre Gunder Frank.

 Wallerstein dikenal sebagai kritikus teori modernisasi dalam studi pembangunan Dunia Ketiga. Cardoso dan Frank terkenal dengan teori dependensia atau ketergantungannya, sementara Wallerstein adalah proponen utama teori sistem dunia.

Hampir sama dengan teori dependensia, teori sistem dunia (meskipun Wallerstein sendiri menolak penggunaan istilah ‘teori’ untuk menyebut pandangan sistem dunia-nya) ingin menunjukkan pola pembagian kerja dalam sistem ekonomi kapitalis yang membuat negara-negara berkembang selalu tergantung dengan negara-negara maju.

Teori ini mencapai popularitasnya terutama pada 1970-an sampai 1980-an. Pengaruh Marxisme terhadap teori ini sangat jelas. Selain itu, yang khas pada Wallerstein adalah penekanannya pada pendekatan sejarah global atau total dalam cara memahami bagaimana sistem dunia kapitalisme bekerja.

Dalam hal ini, Wallerstein mendapat pengaruh dari tradisi sejarah Annales Perancis, khususnya dari Ferdinand Braudel. Meski resminya adalah seorang sosiolog (pernah menjabat presiden the International Sociological Association pada 1994-1998), pengaruh pemikiran Wallerstein melintasi batas-batas ilmu sosial dan humaniora.

Teori Sistem Dunia merupakan konsep uama yang dikemukakan oleh Wallerstein. Awalnya teori ini adalah teori tentang pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga. Untuk membangun teorinya, Wallerstein berangkat dari proposisi bahwa unit analisis untuk memahami dunia modern bukan kelas atau negara-bangsa, melainkan sistem dunia yang terbentuk oleh perkembangan kapitalisme.

Kategori-kategori dalam sistem dunia disusun berdasarkan pembagian kerja internasional yang diambil dari Marxisme. Penekanan terhadap posisi penting Eropa, oleh karena itu, tidak bisa dihindari karena persis di sanalah kapitalisme sebagai sistem dunia lahir dan berkembang untuk pertama kali. Dalam sejarah manusia, sistem dunia kapitalisme merupakan perkembangan dari dua sistem sebelumnya, yaitu ‘sistem-sitem mini’ (‘mini-sytems’) yang mengacu pada sistem-sistem kelompok-kelompok masyarakat yang kecil pada pra-kerajaan dan sistem ‘kerajaan-dunia’ (‘world-empires’), seperti Romawi, yang mendominasi sejarah sampai sekitar pertengahan abad ke-15.

Teori modernisasi yang menjadi sasaran kritik teori sistem dunia umumnya berpendapat bahwa negara-bangsa adalah unit analisis dalam pembangunan. Pembangunan diasumsikan bergerak secara linier menuju satu titik tujuan, yaitu kemoderenan.

Jika dalam perjalanannya pembangunan tersebut mengalami gangguan atau hambatan, persoalan dan cara mengatasinya terletak pada cara masyarakat menanggapi pembangunan itu, atau dengan kata lain mentalitasnya. Pandangan ini dikritik oleh Wallerstein karena dinilai gagal menghubungkan realitas pada tingkat lokal dan nasional dengan realitas yang lebih luas dan mendasar, yaitu sistem produksi dan pembagian kerja kapitalisme secara internasional.

Mengikuti Wallerstein, dunia secara struktural dan historis terbagi ke dalam tiga zona: pusat, semi-pinggiran, dan pinggiran. Zona pusat adalah zona negara-negara maju, yaitu di mana modal dan pengetahuan bertemu membentuk pusat dari sistem dunia kapitalisme. Zona pinggiran adalah zona negara-negara berkembang seperti Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Timur.

Zona itu adalah tempat sumber daya dan barang-barang produksi tersedia secara alamiah. Di antara itu terdapat zona semi-pinggiran, yaitu zona negara-negara seperti Italia pada awal abad ke-20, Rusia, atau yang lebih belakangan, India, Cina, Brazil, Afrika Selatan, Korea Selatan, dan Taiwan. Kalau dilihat dengan perspektif sejarah yang digunakan oleh Wallerstein, terlihat adanya pergeseran negara-negara mana saja yang masuk ke dalam zona-zona tersebut.

 

LATAR BELAKANG TEORI :

 

kegagalan program-program modernisasi di Amerika Serikat pada tahun 1960-an

 

ketidakmampuan teori ketergantungan atau teori dependensi “menghancurkan” teori modernisasi

 

kegagalan dan ketidakmampuan, baik teori modernisasi maupun teori ketergantungan dalam menjelaskan banyak peristiwa sejarah di dalam tatanan ekonomi kapitalis dunia seperti :

 

☻munculnya Keajaiban Asia dengan munculnya Jepang, Taiwan dan Korea Selatan sebagai kekuatan ekonomi baru

 

☻terjadinya krisis di berbagai negara sosialis seperti perpecahan yang terjadi antara RRT dan Uni Soviet, kegagalan Revolusi Kebudayaan di Cina dan stagnasi ekonomi di berbagai negara sosialis.

 

☻munculnya krisis di Amerika Serikat di akhir tahun 1970-an yang ditandai oleh adanya kebijakkan perdagangan dan investasi protektif

 

☻terjadinya Perang Vietnam, Krisis Watergate, embargo minyak tahun 1975

 

KARATERISTIK TEORI

 

Bagi Immanuel Wallerstein, perspektif Sistem Dunia bukanlah sebuah teori, akan tetapi merupakan “sebuah protes melawan kecenderungan terbentuknya struktur pemahaman dan pengkajian ilmu sosial sejak dari lahirnya pada pertengahan abad 19”.

 

Wallersten memberikan kritik terhadap penjelasan model dwi-kutub yang digunakan oleh teori modernisasi dan teori ketergantungan, yang membagi dunia menjadi sentral dan pinggiran.

 

Wallerstein kemudian merumuskan model tiga-kutub ; sentral, semi-pinggiran, dan pinggiran.

 

Menurut Wallerstein, sistem ekonomi kapitalis dunia yang ada sekarang ini memerlukan kategori semi-pinggiran, dikarenakan ;

 

♦ polarisasi sistem dunia hanya terdiri dari dua kutub akan menyebabkan terjaidnya disintegrasi dari sistem dunia tersebut. Sehingga perangkat untuk menghindari krisis tersebut adlaah dengan menciptakan kategori menengah.

 

♦ untuk membantu pembentukan iklim dan daerah ekonomis baru yang diperlukan oleh para pemilik modal untuk memindahkan modalnya dari tempat yang sudah tidak lagi efisien ke tempat baru yang sedang tumbuh.

 

negara semi pinggiran memiliki dua karateristik pokok ;

 

♦ negara tersebut memiliki posisi tawar menawar perdagangan yang berbeda dengan yang dimiliki oleh negara pinggiran

 

♦ negara semi pinggiran memiliki kepentingan langsung untuk mengatur dan mengawasi pertumbuhan pasar dalam negeri.

 

Dinamika perekonomian global telah mengakibatkan terjadinya perubahan sebagai berikut :

 

♦ perubahan status negara dari negara pinggiran ke semi pinggiran : dipengaruhi oleh faktor berhasil atau tidaknya negara pinggiran melaksanakan tiga kombinasi strategi pembangunan ; strategi menangkap dan memanfaatkan kesempatan, strategi promosi , dan strategi berdiri di atas kaki sendiri.

 

♦ perubahan status negara dari negara semi-pinggiran ke negara sentral : dipengaruhi oleh kemampuan negara semi-pinggiran untuk menciptakan dan menyediakan luas pasar yang dipandang cukup besar untuk melegitimasikan secara rasional penggunaan teknologi maju.

 

KRITIK TERHADAP TEORI SISTEM DUNIA

 

Konsep Sistem Dunia hanya merupakan “konsep’, apapun, sejauh manapun dan sebesar apaun konsep itu telah membantu para peneliti untuk menguji dinamika global dunia.

 

Konsep sistem dunia  dibangun di atas dasar asumsi tentang adanya tiga wilayah yang senyatanya memiliki mode produksi yang berbeda

 

Konsep sistem dunia selalu dicurahkan pada ‘totalitas” yang mengakibatkan terhalangnya konsep tersebut untuk terlibat dalam analisa sejarah yang konkret dan spesifik dari suatu masyarakat tertentu

 

Konsep sistem dunia telah ‘mangaburkan’ , bukan memperjelas hubungan sosial yang konkret yang mendasari apa yang disebut ‘sistem ekonomi dunia kapitalis’ dnan menggerakkan serta menumbuhkan pemahaman sejarah yang sebaliknya.

 

Konsep sistem dunia dianggap tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan kritis tertentu, seperti tentang bagaimana satu konfigurasi sejarah tertentu atas hubungan kelas sosial dari satu formasi sosial tertentu berpengaruh terhadap perkembangan internal masyarakat tersebut.

 

Teori sistem dunia dianggap lebih memperhatikan hubungan pertukaran dan distribusi barang di pasar ketimbang analisa kelas dan konflik kelas di arena produksi

 

 

PERBANDINGAN ANTARA TEORI KETERGANTUNGAN / TEORI DEPENDENSI DAN PERSPEKTIF SISTEM DUNIA

 

ELEMEN PERBANDINGAN

TEORI KETERGANTUNGAN / TEORI DEPENDENSI

PERSPEKTIF SISTEM DUNIA

UNIT ANALISA

negara-bangsa

sistem dunia

METODE KAJIAN

historis-struktural ; masa jaya dan surut negara-bangsa

dinamika sejarah sistem dunia : kecenderungan sekular dan irama perputaran (siklus)

STRUKTUR TEORI

dwi-kutub : sentral dan pinggiran

tri-kutub : sentral, semi-pinggiran, dan pinggiran

ARAH PEMBANGUNAN

deterministik, ketergantungan selalu merugikan

kemungkinan mobilitas naik dan turun sebuah negara

ARENA KAJIAN

negara pinggiran

negara pinggiran, semi-pinggiran, sentral dan sistem ekonomi dunia

Diolah dari Suwarsono, 1991

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI :

 

 

Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : Gramedia, 1995

 

Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002

 

Suwarsono, Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, Jakarta : LP3ES, 1991

 

Robert H.Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : Rineka, 2001

 

http://psdr.lipi.go.id/sudut-pandang/globalisasi-dan-sistem-dunia-immanuel-wallerstein.html

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)