PERANG DUNIA PERTAMA DAN KESETARAAN GENDER
PERANG
DUNIA PERTAMA DAN KESETARAAN GENDER
PENGANTAR
Perang Dunia Pertama merupakan salah satu peperangan
dahsyat yang pernah dialami oleh umat manusia. Perang Dunia I telah menimbulkan
pengaruh yang sangat luas di berbagai aspek kehidupan. Perang tersebut telah
meluluhlantakkan prasarana dan infrastruktur yang telah dibangun dengan susah
payah sebelumnya.
Perang Dunia I telah menghancurkan apa yang sudah dibangun
secara susah payah sebelumnya oleh orang-orang Eropa. Pencapaian ekonomi yang
hampir tanpa jeda semenjak Revolusi Industri telah mengalami kehancuran.
Perang Dunia Pertama akhirnya meletus pada tahun 1914 dan
berlangsung sampai tahun 1918. Perang Dunia Pertama dilatarbelakangi oleh
sejumlah faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :
-persaingan di bidang ekonomi dan perdagangan
-munculnya nasionalisme
-warisan konflik masa lalu
-berkembangnya perlombaan senjata
-persaingan memperebutkan jajahan
-gagalnya politik keseimbangan kekuatan di antara
negara-negara Eropa
Selain faktor-faktor di atas, munculnya Perang Dunia
Pertama juga disebabkan oleh adanya politik aliansi. Menjelang Perang Dunia
Pertama, muncul dua aliansi besar yang saling berhadap-hadapan, yaitu ;
1.Triple Alliantie yang beranggotakan Jerman, Austria dan
Italia
2.Triple Entente yang beranggotakan Prancis, Inggris dan
Rusia
Adapun yang menjadi sebab khusus Perang Dunia I adalah
peristiwa pembunuhan Frans Ferdinand oleh Gavrillo Princip. Princip adalah
seorang nasionalis fanatik Serbia yang ikut dalam gerakan Narodna Odbrana yang
bermarkas di Belgrado.
Peristiwa tersebut mengakibatkan terjadinya krisis
diplomatik antara Austro Hongaria dan Serbia. Pemerintah Austro Hongaria
kemudian mengeluarkan sejumlah ultimatum kepada Serbia, diantaranya :
√ Pemerintah Serbia harus memberangus surat kabar Serbia
yang selama ini menyuarakan anti-Austria
√ Membubarkan organisasi massa dan organisasi politik yang
selama ini anti-Austria
√ Menangkap dan mengadilli pejabat-pejabat sipil dan
militer yang ikut terlibat dalam usaha
pembunuhan tersebut
√ Mengizinkan pejabat-pejabat Austria ikut mengamankan
dalam negeri Serbia
Menanggapi ultimatum tersebut, Serbia kemudian meminta
perlindungan kepada Rusia. Austria akhirnya mengumumkan perang terhadap Serbia.
Hal ini ditanggapi langsung oleh Rusia yang segera mengumumkan perang melawan
Austria.
Melihat kondisi tersebut, Jerman yang merupakan sekutu
Austria kemudian mengumumkan perang kepada Rusia. Akhirnya, Prancis dan Inggris
juga mengumumkan perang melawan Jerman. Dengan demikian meledaklah Perang Dunia
Pertama.
REPOSISI
GENDER PASCA PERANG
Perang Dunia Pertama telah menimbulkan pengaruh yang sangat
luas dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Salah satu dampak yang
ditimbulkan oleh perang tersebut adalah sektor kehidupan sosial dan budaya.
Beberapa pengaruh Perang Dunia Pertama pada aspek sosial budaya masyarakat saat
itu antara lain meluasnya gagasan mengenai Emansipasi wanita.
Sebelum Perang Dunia Pertama, nasib kaum perempuan di Eropa
masih jauh tertinggal dibandingkan kaum pria. Eropa masih memberlakukan diskriminasi
gender terhadap kaum perempuan.
Saat itu kaum perempuan diposisikan hanya sebagai ibu rumah
tangga yang bekerja di sektor domestik atas sektor rumah tangga. Hal itu tidak
terlepas dari strereotip gender saat itu yang mengidentikkan perempuan dengan rumah
tangga.
Pada abad 19, misalnya di Jerman terdapat istilah kinder,
kurche dan kirce, yang artinya anak-anak, gereja dan dapur. Ketika istilah itu
dianggap sebagai bagian keseharian perempuan Jerman pada umumnya. Sedangkan
sektor publik cenderung diserahkan kepada kaum pria. Kaum prialah yang mengisi
posisi-posisi di ruang publik seperti di pabrik, perusahaan, kantor pemerintah
dan lain sebagainya.
Perang Dunia Pertama telah menyadarkan kaum wanita di
Eropa, bahwa apa yang dilakukan oleh kaum pria dengan bekerja di sektor publik
ternyata dapat juga mereka lakukan.
Semenjak perang berlangsung, banyak pekerjaan di dalam
negeri yang dilakukan oleh kaum perempuan, dan hal ini turut berperan dalam
meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka.
Pasca Perang Dunia Pertama, nasib kaum wanita di Eropa
semakin membaik dengan banyaknya perempuan Eropa yang berpartisipasi dalam
pekerjaan di sektor publik.
Dewasa ini posisi kaum perempuan di Eropa semakin membaik.
Kaum perempuan sudah menempati posisi yang jauh lebih baik dibandingkan kaum
perempuan pada satu abad sebalumnya. Bahkan di sejumlah negara Eropa, perempuan
dpaat menempati posisi puncak seperti Margaret Tacher di Inggris dan Angela
Merkel di Jerman. Keduanya masing-masing menempati jabatan sebagai perdana menteri
dan kanselir.
Bukan saja di Eropa, kaum perempuan ternyata juga telah
mencapai prestasi di sejumlah negara nonBarat
seperti di India, terdapat perdana menteri Indira Gandi, Pakistan
Benazir Bhuto, dan Indonesia, Bangladesh dan Srilanka.
Komentar
Posting Komentar