PERAN, KONSEP DAN DINAMIKANYA
PERAN, KONSEP DAN
DINAMIKANYA
PENGANTAR
Peran
(role) sering dikaitkan dengan status atau kedudukan. Status adalah kumpulan
hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari status.
Peran
laksana sebuah pagar. Peran memungkinkan kebebasan tertentu bagi kita, tetapi
bagi sebagian besar di antara kita, kebebasan tersebut bersifat terbatas.
Arti
penting sosiologis dari peran ialah bahwa peran memaparkan apa yang diharapkan
dari orang. Ketika individu di seluruh masyarakat menjalankan peran mereka,
peran tersebut saling bertaut untuk membentuk sesuatu yang disebut masyarakat.
Peran dengan demikian dapat dikatakan sangat efektif dalam mengekang orang
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ciri
pokok yang berhubungan dengan istilah peranan sosial adalah terletak pada
adanya hubungan-hubungan sosial seseorang dalam masyarakat yang menyangkut
dinamika dari cara-cara bertindak dengan berbagai norma yang berlaku dalam
masyarakat, sebagaimana pengakuan terhadap status sosialnya. Sedangkan
fasilitas utama seseorang yang akan menjalankan peranannya adalah
lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat.
Biasanya
lembaga-lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk pelaksanaan suatu peranan.
Menurut
Levinson, bahwa peranan itu mencakup tiga hal :
pertama,
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
kedua,
peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi
ketiga,
peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Menurut
Soerjono Soekanto, pembahasan perihal aneka peranan yang melekat pada
individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut :
1.
Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat
hendak dipertahankan kelangsungannya
2.
Peranan tersebut seharusnya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya. Mereka harus telah terlebih
dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk melaksanakannya.
3.
Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tidak mampu
melaksanakannya peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, oleh karena
itu mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak arti
kepentingan-kepentingan pribadinya
4.
Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu
masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan
seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-pelung
tersebut.
Sebagaimana
status, peranan (role) juga banyak dikaji sehingga memunculkan beberapa konsep
yang terkait, antara lain sebagai berikut :
PERANGKAT PERAN / KUMPULAN PERAN (ROLE SET)
Terkait dengan peran, terdapat
istilah perangkat peran atau kumpulan
peran (role set). Menurut Paul Horton
digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran
tunggal akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok.
LATIHAN PERAN
Latihan peran untuk kebanyakan
peran yang penting bermula pada awal masa kanak-kanak pada saat seseorang mulai
membentuk sikap terhadap peran dan status. Kebanyakan latihan peran adalah
tanpa disadari dan tidak memberatkan.
Latihan peran terjadi dalam
berbagai konteks sosial yang berbeda-beda. Seseorang akan mengalami latihan
peran ketika menjadi anak di rumah, ketika menjadi siswa di sekolah, ketika
menjadi anggota disebuah organisasi, dan dimanapun seseorang beraktivitas.
Adapun latihan peran yang pertama dan juga terpenting terjadi ketika seseorang
masih kanak-kanak. Ketika itu seseorang anak menjalani sejumlah latihan peran
di rumah.
PERILAKU PERAN
Perilaku peran adalah perilaku yang
sesungguhnya dari orang yang melakukan atau mengemban peran tersebut. Perilaku
peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.
Seseorang mungkin tidak memandang
suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya, sifat
kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran
tersebut, dan tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya
kepada peran tersebut karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya.
DESAKAN PERAN
Desakan peran (role strain) mengacu
pada kesulitan orang dalam menghadapi peran mereka. Desakan peran menunjukkan
adanya ketegangan yang dialami oleh individu-individu dalam menyesuaikan
dirinya dengan berbagai tuntutan peran dari masyarakat.
Masyarkat memiliki harapan peran
tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Dampaknya adalah setiap individu
selalu dibayang-bayangi oleh tuntutan peran atau desakan peran yang tidak ada
habis-habisnya.
Seorang anak dituntut berbakti
kepada oang tuanya, seorang siswa dituntut untuk berprestasi di sekolahnya,
seorang karyawan dituntut produktif dan berprestasi dalam pekerjaannya, seorang
suami dituntut menafkahi istri dan anak-anaknya.
KEPRIBADIAN
PERAN
Kepribadian dan peranan memiliki
keterkaitan satu sama lainnya. Keterkaitan tersebut bahkan sangat erat.
Seseorang dengan kepribadian tertentu diharapkan akan menjalankan peranan
tertentu yang sesuai dengan kepribadiannya.
Apabila persiapan peran telah
benar-benar memadai, setiap orang akan mengembankan suatu kepribadian yang
benar-benar serasi dengan kebutuhan perannya.
PERALIHAN PERAN
Peralihan peran terdapat dalam
semua bentuk masyarakat. Peralihan peran ditandai oleh adanya pelepasan peran
sebelumnya yang harus dilakukan oleh seseorang individu dalam masyarakat dan
kemudian individu tersebut diharuskan menerima suatu peran yang baru.
Peralihan peran merupakan sebuah
ritual yang memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat. Dengan kata lain menurut
kalangan fungsionalisme, ritual tersebut bersifat fungsional bagi masyarakat.
PERAN GANDA
Peran
ganda (double role) merupakan sebuah kondisi ketika seseorang harus menjalankan
lebih dari satu peran yang berbeda dan seringkali bertentangan satu sama
lainnya atau mengalami kebimbangan dalam memilih peran yang harus
dijalankannya, contohnya adalah :
-Waria karena tidak jelas jenis kelamin dan kepribadiannya :
seorang waria (transeksualisme) mengalami kebimbangan dalam menjalankan
perannya. Secara anatomis ia adalah pria
dan masyarakat menuntut setiap orang harus menjalankan peran seksual
sesuai dengan kondisi anatomisnya masing-masing, tetapi ia memiliki
kecenderungan untuk menjalankan peran sebagai perempuan.
KONFLIK PERAN
Konflik peran terjadi ketika seseorang harus
menjalankan sejumlah peranan yang bertentangan satu sama lainnya. Konflik peran
juga terjadi karena seseorang mengalami kebingungan dalam menjalankan rencana
perannya di masa datang.
KETEGANGAN PERAN
Ketegangan peran menggambarkan
situasi psikologis yang dialami oleh individu ketika sedang menjalankan
peranannya agar selaras dengan keinginan dan kehendak masyarakat. Ketegangan peran
dapat mmeiliki dua bentuk, yaitu ;
1. ketegangan peran ketika
menjalankan satu peran
2. ketegangan peran ketika
menjalankan sejumlah peranan yang berbeda atau bertentangan
SOSIALISASI PERAN
Sosialisasi peran adalah proses
sosial yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan individu atau warga masyarakat
untuk dapat menjalankan peranan sosial tertentu.
Sosialisasi peran diperlukan agar
individu atau warga masyarakat dapat menjalankan peranannya di dalam masyarakat
dengan sebaik-baiknya sesuai yang dikehendaki oleh masyarakat.
Tanpa adanya sosialisasi peran,
individu akan kehilangan pegangan dan pedoman dalam menjalankan peranannya dan
pada akhirnya akan mengalami kegagalan peran.
KEGAGALAN PERAN
Kegagalan peran (role failure)
menggambarkan ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan peranannya sesuai dengan
harapan masyarakat pada umumnya. Kegagalan peran dapat menimbulkan dampak baik
bagi individu maupun bagi masyarakat.
Bagi individu yang menjalankannya,
kegagalan peran dapat menimbulkan frustasi. Hal itu disebabkan karena peran
merupakan tuntuan dari masyarakat yang diminta dari seseorang yang menduduki
atau menjalankan status tertentu.
Dampak terburuk dari kegagalan
peran bagi individu adalah ketika individu merasa snagat malu sehingga menarik dirinya
dari pergaulan masyarakat atau bahkan melakukan tindakan-tindakan yang lebih
ekstrim, seperti melakukan bunuh diri.
KEKACAUAN PERAN
Kekacauan peran merupakan sebuah
konsep yang menggambarkan adanya tumpang tindih sejumlah peran yang tidak seharusnya
diemban oleh individu. Kekacauan peran dapat terjadi karena beberapa sebab. Di
antara penyebab terjadinya kekacauan peran adalah terjadinya incest dalam
keluarga.
Incest adalah pernikahan sumbang
atau perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang sedarah. Misalnya perkawinan
atau hubungan seksual antara ayah kandung dengan ibu kandung atau antara adik
dan kakak kandung.
Perilaku incest merupakan perilaku
atau perbuatan yang dianggap menyimpang dari norma-norma kemasyarakatan
khususnya norma lembaga keluarga atau norma lembaga perkawinan.
Seorang ayah merupakan orang tua
dari anak-anaknya, sehingga ia harus menjalankan peran sebagai ayah atau bapak
yang melindungi dan mengayomi serta mendidik anak-anaknya. Demikian juga dengan
anak. Status sebagai anak menghendaki peranannya yang sesuai. Akan harus
menjalankan peran antara lain berbakti kepada orang tua. Penyimpangan dari
peran-peran semacam ini disebut sebagai penyimpangan sosial.
Akan tetapi, jika terjadi incest
maka semuanya akan berubah. Peran-peran yang ada dalam keluarga akan mengalami
kekacauan. Ketika seorang bapak terlibat incest dengan anak kandungnya, maka
baik bapak ataupun anak tersebut akan kebingungan dalam menjalankan peranannya.
Apakah seorang bapak tadi harus
menjalankan peran sebagai orang tua atau justru menjalankan peran sebagai suami
? dan apakan anak kandung tersebut harus menjalankan peran berbakti kepada
orang tua atau justru harus menjalankan peran sebagai istri?
REFERENSI
:
Abdulsyani, Sosiologi ; Skematika, Teori dan Terapan,
Jakarta : Bumi Aksara, 1984
James Henslin, Sosiologi Dengan
Pendekatan Membumi Jilid I, Jakarta : Erlangga, 2002
Mayor Polak, Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas, Jakarta :
Ichtiar Baru, 1976
Paul Horton, Sosiologi Jilid I, Jakarta : Erlangga, 1984
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta :
Rajawali, 1987
Komentar
Posting Komentar