KRITIK TERHADAP TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

 

KRITIK TERHADAP TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

 

 

Perspektif struktural fungsional selama beberapa dasawarsa pada era Perang Dingin telah cenderung diasosiasikan dengan sosiologi. Perspektif ini bahkan pernah dianggap sebagai mainstream dalam kajian mengenai masyarakat dan kehidupan sosial manusia. Robert Nisbet menyatakan bahwa fungsionalisme struktural merupakan satu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial abad 20. Kingsley Davis juga berpendpaat bahwa fungsionalisme struktura identik dengan sosiologi.

 

Perspektif struktural fungsional memiliki akar yang jauh dari peradaban Yunani kuno pada masa sebelum masehi. Pemikiran Plato dan Aristoteles jelas memberikan jejak yang penting dalam dua aliran utama di dalam sosiologi, yang pertama adalah aliran konsensus yang berakar dari pemikiran Plato dan yang kedua adalah aliran konflik yang berakar dari pemikiran Aristoteles.

 

Perspektif struktural fungsional kemudian dibakukan metodologinya oleh Emile Durkheim, seornag sarjana Prancis. Pemikiran-pemikiran Durkheim dalam perkembangannya telah menajdikan pespektif struktural fungsional menemukan titik pijaknya.

 

Pemikiran Durkheim kemudian dikembangkan oleh Talcot Parson, Robert King Merton dan juga Kingsley Davis yang menjadikan perspektif ini mampu bertahan lebih lama di tengah berkembangnya aliran-aliran pemikian lainnya yang menantang seperti aliran konflik dan interaksionisme simbolik.

 

Perspektif struktural fungsional berasal dari dua kata yaitu struktural dan fungsional. Istilah struktural menunjukkan bahwa perspektif ini bergerak pada tataran makroskopik yang menganalis amasyarakat dari sudut pandang makro. Perspektif ini mengkaji masyarakat melalui aspek struktur sosialnya.

 

Sedangkan istilah fungsional menggambarkan bahwa perspektif ini menjelaskan bahwa setiap unsur did alam masyarakat cenderung bersifat fungsional satu sama lainnya. Setiap unsur di dalam masyarakat dianggap memperkuat satu sama lainnya sehingga membantu mempertahankan masyarakat dari perubahan yang  berasal dari luar.

 

Perspektif struktural fungsional atau teori struktural fungsional merupakan salah satu perspektif utama di dalam sosiologi. Perspektif struktural fungsional disebut dengan dengan perspektif integrasi atau perspektif konsensus.

 

Perspektif struktural fungsional menganggap masyarakat terintegrasi atas dasar kata sepakat anggota-anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.

 

Perspektif struktural fungsional dlaat dikenali dan dibedakan dari perspektif lainnya dari sejumlah kata kunci sebagai berikut :

 

-keteraturan

-keselarasan

-harmoni sosial

-order

-keseimbangan

-ekualibrium

 

 

Perspektif struktural fungsional menekankan pada order atau keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Persepktif struktural fungsional juga memiliki sejumlah konsep penting seperti :

 

-fungsi

-disfungsi

-fungsi laten

-fungsi manifes

 

Para fungsionalis atau kalangan yang menganut perspektif struktural fungsional melihat masyarakat dan lembaga-lembaga sosial sebagai sesuatu sistem  yang seluruh bagianya salingtergantung satu sama lainnya dan bekerja  sama dalam menciptakan keseimbangan (equibrium). Mereka memang tidak menolak keberadaan konflik di dalam masyarakat, akan tetapi mereka percaya bahwa masyarakat itu sendiri akan mengembangkan mekanisme yang dapat mengontrol konflik yang timbul.

 

Perspektif struktural fungsional sangat dipengaruhi oleh filsafat Positivisme yang dikemukakan oleh Auguste Comte. Positivisme merupakan aliran filsafat yang berkembang pertama kali di Eropa pada abad 18 M. Positivisme pertama kali dikemukakan oleh Isidore  Auguste Marie Francois Xavier atau yang lebih dikenal dengan August Comte (1798-1857 M). Filsafat Positivisme Comte sebenarnya berakar dari pemikiran Henri de Saint Simon, seorang tokoh filsafat Inggris.

 

Positivisme telah berhasil melakukan perubahan besar dalam kehidupan umat manusia. Manusia modern enggan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dimengerti secara rasional. Positivisme telah mengembangkan akal budi manusia.  Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan kebudayaan materiil menunjukkan salah satu pengaruh dari Positivisme.

 

Sebagai sebuah metode dan orientasi teoritis, fungsionalisme telah menjadi sasaran ktirik yang pedas. Kritikan yang keras muncul pada 1950-an dan 1960-an.Dampak dari sejumlah kritikan tersebut telah menyebabkan anjloknya penggunaan konsep teoritis dan metode fungsional dalam bidang sosiologi dan juga antropologi.

Berikut ini adalah sejumlah kritik terhadap fungsionalisme struktural :

 

teori struktural fungsional dianggap pro terhadap status quo

 

teori struktural fungsional dianggap kurang humanis

 

teori struktural fungsional dianggap konservatif

 

teori struktural fungsional dianggap terlalu menyamakan atau menganalogikan masyarakat

sebagai suatu realitas sosial dengan organisme

 

teori struktural fungsional dianggap tidak mampu mendorong perubahan sosial

 

teori struktural fungsional dianggap tidak mampu merubah struktur sosial yang menindas dan eksploitatif

 

teori struktural fungsional dianggap tidak mampu memberikan penjelasan mengenai dinamika masyarakat seperti konflik dan perubahan sosial

 

teori struktural fungsional dianggap membenarkan ketidaksetaraan dalam masyarakat

teori struktural fungsional dianggap ahistoris

 

kritikan terhadap fungsionalisme sebenarnya juga ditujukan kepada positivisme yang menjadi landasan filsafat berdirinya.

Berikut ini adalah sejumlah kritik terhadap positivisme :

 

♦ Dalam Positivisme, peranan subjek dalam membentuk “fakta sosial” disingkirkan. Yang terjadi disini adalah objektivisme, dimana subjek hanya bertugas menyalin fakta objektif yang diyakini dapat dijelaskan menurut mekanisme yang objektif.

 

♦ Positivisme dikritik karena Ia dianggap terlalu gegabah dalam mangandaikan bahwa kesadaran manusia semestinya hanya diarahkan kepada hal-hal yang empiris.Pada kenyataannya, kesadaran manusia tidak dapat dibelenggu atau dipersempit ke dalam aspek yang bersifat empiris semata.

 

♦ Positivisme yang akhirnya menyamakan pengetahuan dengan ilmu pengetahuan objektif dan kemudian mendewakan objektivitas. Objektivitas segera memisahkan teori dari praxis, pengetahuan dari kehidupan, ilmu dari etika, karena pengetahuan menjadi barang asing dihadapan subjek yang sebetulnya turut membentuknya.

 

♦ Positivisme dinilai tidak mampu melihat realitas sosial yang terjadi dalam tataran mikro.

 

♦ Dari segi metodologi, teori Kritis awal mulanya hadir sebagai reaksi terhadap dominasi pendekatan Positivisme yang dinilai cenderung mereifikasi dunia sosial dan melihatnya melulu sebagai proses yang netral, sehingga tidak mengabaikan aktor.

 

Kritik Anthony Giddens :

 

Terkait dengan teori ini giddens memberikan kritiknya yang cukup tajam. Giddens keberatan dengan istilah : fungsi” yang menjadi unsur dasar dalam teori fungsionalisme.Giddens bahkan menyebut teori Strukturasinya sebagai suatu “manifesto contra fungsionalisme”.

Menurut Giddens, fungsionalisme tidak dapat diterima karena beberapa hal :

♦ Fungsionalisme telah sedemikian mengagungkan masyarakat sebagai fakta sosial yang menegasikan peran manusia. Fungsionalisme menganggap manusia seperti robot yang “peran sosialnya” telah ditentukan secara pasti.

♦ Fungsionalisme menganggap sistem sosial mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Bagi Giddens, sistem sosial tidak punya kebutuhan apapun  karena yang sebenarnya mempunyai kebutuhan adalah individu sebagai pelaku.

♦ Fungsionalisme  bercorak dualisme dengan membuang dimensi waktu (time) dan ruang (space) dalam menjelaskan gejala sosial. Akibatnya terjadi pertentangan antara ; statik” dan “dinamik”, “stabilitas” dan “perubahan”.

 

⓬ teori struktural fungsional dikritik karena anggapan dasarnya yang dinilai tidak tepat. sistem sosial yang dinilai bebas dari kepentingan dianggap tidak sesuai dengan relaitas sosial yang ada. Realitas sosial menganggap bahwa kepentingan pada kenyataannya menjadi faktor yang mendorong terjadinya konflik dan perubahan sosial

 

⓭ teori struktural fungsional dianggap terlalu normatif dan tidak berpijak pada kenyataan sosial yang ada

 

⓮ setiap struktur sosial pada kenyataannya selalu mengandung benih-benih konflik dan kontradiksi yang bersifat internal yang pada akhirnya justru menjadi sumber terjadinya perubahan sosial

 

⓯ reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan yang datang dari luar tidak selalu bersifat adjustive

 

⓰ suatu sistem sosial secara empirik dapat juga mengalami konflik sosial yang bersifat visious circle

 

⓱ perubahan sosial tidak selalu terjadi secara gradual melalui penyesuaian yang lunak sebagaimana anggapan teori struktural fungsional, akan tetapi dapat juga terjadi secara revolusioner

 

⓲teori struktural fungsional dinilai terlalu reaksioner dan oleh karenanya kurang mampu menganalisis maslaah-masalah perubahan kemasyarakatan

 

⓳ teori struktural fungsional dianggap mengabaikan peran individu

 

⓴ teori struktural fungsional dianggap terlalu mengagung-agungkan kedigdayaan struktur sosial

REFERENSI :

 

I.B.Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Jakarta, Kencana, 2018

 

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana

 

James Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi,Jakarta : 2007

 

Jonathan H.Turner dan Alexander Maryansky, Fungsionalisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010

 

Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta ; RajaGrafindo Persada, 2004

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

RERA (REKONSTRUKSI DAN RASIONALISASI) ; UPAYA PENATAAN ANGKATAN BERSENJATA