KONFLIK MUSLIM DAN HINDU DI INDIA

Salah satu tragedi kemanusiaan terbesar yang terjadi di dunia adalah konflik yang terjadi antara umat Islam dan hindu di India. Konflik tersebut telah berlangsung sangat lama dan nampaknya belum ada ujung dari konflik tersebut. Sebenarnya, antara umat Islam dan hindu di India pernah terjalin hubungan yang relatif damai. Keduanya selama berabad-abad hidup berdampingan secara damai di India pada masa kekuasaan dinasti Moghul yang berpusat di Delhi.

Kedua umat beragama tersebut juga pernah saling bahu membahu dalam Revolusi India tahun 1857 atau yang dikenal dnegan nama Indian Mutiny.

Revolusi India Meletus pada tahun 1857. Revolusi tersebut menurut Nehru, Bapak Kemerdekaan India merupakan revolusi rakyat karena melibatkan rakyat dalam skala besar, walaupun unsur utama pembentuk revolusi ini adalah feodalisme.

Revolusi India merupakan puncak dari kebencian rakyat India terhadap kekuasaan Inggris yang semena-mena. Rakyat India telah muak dengan kejahatan Inggris selama bercokol di India.

Penjajahan Inggris atas India telah menimbulkan kesengsaraan yang amat dahsyat. Rakyat India diperbudak dan kekayaan alamnya dieksploitasi habis-habisan demi kejayaan kemaharajaan Inggris.

Kolonial Inggris juga melakukan pembunuhan massal, sehingga Inggris sepanjang sejarah tercatat sebagai negara yang paling banyak melakukan pembunuhan di wilayah jajahannya.

Revolusi tersebut didukung baik oleh kalangan muslim maupun Hindu dengan mengusung Bahadur Shah, raja terakhir kerajaan Moghul.Sedangkan golongan Sikh dan Gurkha memberikan dukungan kepada kolonial Inggris.

Golongan muslim dan Hindu Bersatu melawan Inggris karena terpicu oleh adanya pelecehan agama yang dilakukan oleh militer Inggris terhadap pemeluk kedua agama utama di India tersebut. Militer Inggris memerintahkan peluru yang digunakan oleh tantara India di dinas militer Inggris untuk menjilat ujung peluru sebelum diunakan. Hal ini menimbulkan prasangka di kalangan tantara muslim dan hindu yang menyangka bahwa ada minyak sapi atau babi dalam peluru yang harus dijilat tersebut. Revolusi tersebut berlangsung singkat. Inggris dalam waktu yang tidak terlalu lama berhasil memadamkan pemberontakan rkayat India tersebut.

Masalah justru muncul Ketika menjelang India merdeka. Benih-benih ketegangan sudah Nampak terasa Ketika terjadi konflik di dalam Partai Kongres India, partai kebangsaan terbesar di India.

Ketika itu Lokamanya Tilak, seorang penganut Hindu radikal mengemukakan gagasan mengenai Hindustan Raya. Konsep ini menegaskan supremasi Hindu kelak Ketika India sudah merdeka.Tilak menyatakan bahwa India harus menjadi milik bangi orang-orang Hindu.Hindu harus menjadi agama resmi satu-satunya di India kelak.

Gasasan ini jelas ditentang oleh tokoh muslim  yaitu Mohammad Ali Jinnah. Jinnah merasa konsep Hindustan tersebut akan menjadikan muslim sebagai warga negara kelas dua di India merdeka kelak dan sudah pasti akan mengalami diskriminasi.

Perbedaan ini berakhir dengan keluarnya golongan muslim dari Partai Kongres dan kemudian Jinnah membentuk wadah politik baru, yaitu Liga Muslim.

Puncak ketegangan antara golongan muslim dan Hindu terjadi Ketika India memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1947. Pada saat yang bersamaan, Liga Muslim memutuskan untuk memisahkan diri dari India dan membentuk negara baru, Pakistan yang secara geografis terletak di sebelah barat India. Peristiwa ini dikenal dnegan istilah The Partition of India.

Kelanjutkan dari pemisahan India dan berdirinya negara Pakistan ini adalah terjadinya gelombang migrasi besar-besaran dari kedua negara tersebut. Jutan pemeluk Islam pindah ke Pakistan dari India dan begitu pula sebaliknya, jutaan orang Hindu meninggalkan Pakistan dan menuju India.

Di tengah migrasi massal tersebut terjadi saling bunuh di antara kedua pemeluk agama tersebut. Hal ini sangat menyedihkan bagi Mahatma Gandhi, tokoh kemerdekaaan India. Gandhi terus menerus menyerukan penghentian pertumpahan darah di antara kedua pemeluk agama tersebut.

Gandhi bahkan semapt mengancam akan terus berpuasa sampai ajal menjemputnya jika kekerasan antarpemeluk agama itu tidak berhenti. Upaya Gandhi gagal, kekerasan terus berlanjut walaupun akhirnya mereda seiring dengan adanya perdamaian antara India dan Pakistan.

Dewasa ini kekerasan antara muslim dan Hindu terus menerus terjadi secara sporadis di India. Walaupun secara demografis umat Islam di India terbilang cukup besar (sekitar lebih dari 200 juta penduduk), namun umat Islam seakan berada di tengah lautan pengikut Hindu yang berjumlah lebih dari satu milyar.

Peristiwa penghancuran Masjid Babri tahun 1990-an merupakan bukti betapa kerukunan antara kedua pemeluk agama di India masih jauh dari harapan. Apalagi semenjak India dipimpin oleh Partai Bharatya Hindu Janata yang mengusung gagasan lama mengenai Hindutva atau Hindustan Raya yang beragendakan rasis. Kelompok ini dipimpin oleh tokoh-tokoh fasis yang terus menerus memprovokasi pengikutnya untuk melakukan kekerasan terhadap umat Islam di India.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)