LAHIRNYA TEORI KRITIS DAN PERANG DUNIA KEDUA

 

KARAKTERISTIK TEORI KRITIS

 

Teori Kritis merupakan teori yang diakui turut memperkaya khazanah penyelidikan masyarakat. Teori Kritis mendeklarasikan dirinya sebagai teori sosial yang memiliki cara pandang dan metodologi yang berbeda dengan sosiologi positivis atau ilmu sosial naturalis.

 

Apabila sosiologi positivis atau ilmu sosial naturalis mengagung-agungkan objektifitas, netralitas dan empirisme sehingga memiliki kecenderungan saintifisme, maka Teori Kritis sebaliknya.

 

Teori Kritis bersifat subjektif, berpihak, dan bersifat historis. Teori Kritis juga berupaya keluar dari sekat-sekat disiplin ilmu. Teori Kritis mencoba menganalisa fenomena sosial dari pelbagai disilin ilmu seperti psikologi, pendekatan budaya, komunikasi, dan filsafat.

 

Terlepas dari segala keunggulannya, masyarakat modern juga memiliki sejumlah kekurangan. Kelemahan masyarakat modern tersebut kemudian mendapat kritik dari sejumlah teori di antaranya dari Teori Kritis.

 

Teori Kritis mengkritik masyarakat modern, karena sejumlah argumentasi sebagai berikut :

 

♦ masyarakat modern atau masyarakat Kapitalisme Lanjut telah mendominasi dan merepresi masyarakat secara budaya

 

♦ masyarakat modern bersifat irasional dan penuh dengan ketidakrasionalan

 

♦ masyarakat modern merupakan masyarakat yang paradox seperti berikut :

- mengaku cinta perdamaian akan tetapi terus menerus mengobarkan peperangan

 

-masyarakat modern ditandai oleh kemajuan ekonomi akan tetapi banyak orang hidup dalam kemiskinan

 

♦ menurut Herbert Marcuse, masyarakat modern menciptakan one dimensional man  (Manusia satu dimensi) yang dikontrol dari luar dan tidak mampu berfikir kritis terhadap masyarakat

 

♦ teknologi tidak bersifat netral

 

♦ produktivitas masyarakat modern dianggap bersifat destruktif bagi masa depan kemanusiaan

 

♦ dominasi yang dilakukan oleh masyarakat modern terhadap individu telah menjadi sangat besar melebihi dominasi yang dialami individu sebelumnya.

 

Hal itu disebabkan karena teknologi yang diproduksi oleh masyarakat modern telah menghasilkan berbagai metode kontrol sosial dan kohesi sosial yang baru dan lebih efektif serta ‘lebih menyenangkan” bagi individu.

 

LATAR BELAKANG MUNCULNYA TEORI KRITIS

 

Munculnya Teori Kritis dilatarbelakangi oleh Perang Dunia II.  Perang Dunia Kedua merupakan suatu bencana sosial yang mengubah landscape kehidupan umat manusia. Lebih dari seratus juta orang terbunuh dalam peperangan ini, baik dari kalangan sipil maupun militer. Perang Dunia Kedua juga telah meninggalkan pengaruh yang abadi dalam sejarah umat manusia. Perang ini merupakan perang terdahsyat yang pernah terjadi di dunia.

 

Perang Dunia II juga telah mengubah keseimbangan tata politik dunia. Ketika Perang Dunia II berlangsung, tata politik dunia bersifat multipolar dengan adanya sejumlah kekuatan politik, militer, dan ekonomi yang saling bersaingan, yaitu Jerman, Italia, dan Jepang di satu sisi dengan Uni Soviet, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis di sisi yang lain.

Dengan jatuhnya negara-negara Axis, tata politik dunia cenderung bercorak bipolar dengan Amerika dan Uni Soviet sebagai kekuatan utama di dunia. Pasca Perang Dunia II , negara-negara Eropa tenggelam dan terpinggirkan dalam percaturan politik global.

Pada saat berlangsungnya Perang Dunia II, Adolf Hitler dan Himmler melaksanakan apa yang mereka sebut sebagai Final Solution. Final Solution merupana upaya pembasmian bangsa Yahudi di Eropa khususnya Eropa Barat, Eropa Tengah dan Eropa Timur.

 

Sebetulnya sasaran pemusnahan massal atau genosida NAZI bukan semata orang-orang Yahudi, melainkan juga bangsa-bangsa yang dianggap inferior seperti bangsa Slavic yang banyak menganut komunisme di Eropa Timur. Berbeda dengan orang komunis, yang notabene masih merupakan orang jerman, orang-orang yahudi selalu dianggap sebagai orang asing.

Ketika krisis yang terjadi di Jerman tidak terkendali dengan makin merosotnya nilai mata uang, Hitler menuding para spekulator Yahudi dan menyatakan bahwa dari kebudayaan mereka yang telah runtuh, kelompok Yahudi akan mengibarkan bendera “palu, arit, dan bintang”. Hitler perlahan-lahan mulai menggunakan istilah “bintang Soviet” sebagai lambang anti-semit dan anti-Bolshevisme.

Antisemitisme di Jerman memiliki dimensi yang luas serta akar yang dalam. Antisemitisme di Jerman diantaranya terinspirasi dari sebuah peristiwa yang sudah menjadi cerita populer. Salah satunya adalah mengenai kisah Hosti. Cerita yang ditulis pada 1298 itu berisi tentang tuduhan terhadap orang-orangYahudi yang dianggap mencemari Hosti.

Seorang Jerman kemudian menyerang dan membakar orang-orang Yahudi dan membunuh setiap Yahudi yang mereka temui, kecuali yang mau dibabtis. Setelah itu gelombang pembunuhan melanda Franconia dan Bavaria yang menimbulkan puluhan ribu korban. Tuduhan pencemaran yang  dilakukan oleh beberapa orang Yahudi tersebut kemudian dianggap sebagai tanggungjawab kolektif orang-orang Yahudi sebagai sebuah kelompok.

Tuduhan terhadap orang Yahudi juga terjadi ketika terjadinya wabah penyakit yang disebut “Maut Hitam”. Wabah yang menyebar ke seluruh Eropa selama tiga tahun dari 1347 hingga 1350 dan menewaskan sekitar sepertiga populasinya kemudian dialamatkan kepada orang-orang Yahudi. Orang Yahudi dalam hal ini dijadikan sebagai kambing hitam atas wabah tersebut.

Solusi Final tersebut dilakukan setelah segala upaya untuk menyingkirkan orang-orang Yahudi dari Benua Eropa menemui jalan buntuk. Solusi final kemudian dilaksanakan dengan memusnahkan orang-orang Yahudi di kamar-kamar gas dan kamp kerja paksa.

 

Akibatnya banyak orang Yahudi yang melarikan diri dari Eropa, Sebagian lainnya melarikan diri ke Amerika Serikat seperti yang dilakukan oleh Albert Eistein.

 

Marx Horkheimer dan Theodero W.Adorno termasuk diantara ilmuan Yahudi yang berhasil menyelamatkan diri dari proyek pemusnahan massal Hitler-Himmler. Marx Horkheimer dan Theodero W.Adorno yang berhasil selamat dari genosida tersebut kemudian melakukan sebuah refleksi panjang, keduanya merenungi sedalam-dalamnya mengenai mengapa manusia modern seperti sebagian orang-orang Jerman yang terkenal dengan kebudayaan tingginya bisa terjebak dalam pemikiran yang merendahkan martabat kemanusiaan. Keduanya kemudian mengembangkan suatu pemikiran yang mengkritik masyarakat modern.

 

Masyarakat modern menurut keduanya seharusnya rasional dan seharusnya pulalah rasionalisme itu diwujudkan dengan adanya humanisme dan pengagungan terhadap hak asasi manusia.

 

Tetapi yang terjadi sesengguhnya, masyarakat modern memiliki irasionalitasnya sendiri. Ada irasionalitas dalam rasionalitas masyarakat modern.

 

Jerman merupakan negara modern di bawah rezim totalitarian Nazi, tetapi justru melakukan tindakan-tindakan yang irasional dengan melakukan pembunuhan massal (genosida) kepada entitas sosial-budaya yang berbeda.

 

 

REFERENSI

 

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme,Jakarta : Kencana,2013

 

Ben Agger, Teori Sosial Kritis, Kritik, Penerapan dan Implikasinya,Yogyakarta : Kreasi Wacana,2017

 

Francisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi, Pertautan Pengetahuan Dan Kepentingan,Yogyakarta : Kanisius,1990

 

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana, tanpa tahun

 

Herbert Marcuse, Manusia Satu Dimensi, Bentang : Yogyakarta, tanpa tahun

 

John Elster, Marxisme, Analisa Kritis, Jakarta : Prestasi Pustaka Raya, 2010

 

B.N.Marbun, Demokrasi Jerman, Jakarta : Sinar Harapan, 1983

Joesoef, International Relation, Hubungan Antar Bangsa, Medan : Rimbow, 1987

Robert Gellately, Lenin, Stalin dan Hitler, Jakarta : Gramedia, 2011

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)