LATAR BELAKANG BIOGRAFIS
PARA ILMUAN SOSIAL ; SIGMUND FREUD DAN ILMUAN MAZHAB FRANKFURT
PERANG DUNIA KEDUA DAN MUNCULNYA GAGASAN BARU DI BIDANG ILMU
PENGETAHUAN
Munculnya pemikiran-pemikiran modern di bidnag sains tidak berasal
dari ruang hampa. Munculnya gagasan-gagasan besar selalu dilatarbelakang oleh
adanya peristiwa-peristiwa besar yang melingkupinya. Salah satu peristiwa besar
yang banyak melatarbelakangi munculnya pemikiran-pemikiran ilmiah adalah Perang
Dunia Kedua.
Perang Dunia Kedua merupakan suatu bencana sosial yang
mengubah landscape kehidupan umat
manusia. Lebih dari seratus juta orang terbunuh dalam peperangan ini, baik dari
kalangan sipil maupun militer. Perang Dunia Kedua juga telah meninggalkan
pengaruh yang abadi dalam sejarah umat manusia. Perang ini merupakan perang
terdahsyat yang pernah terjadi di dunia.
Perang Dunia II juga telah mengubah keseimbangan tata
politik dunia. Ketika Perang Dunia II berlangsung, tata politik dunia bersifat
multipolar dengan adanya sejumlah kekuatan politik, militer, dan ekonomi yang
saling bersaingan, yaitu Jerman, Italia, dan Jepang di satu sisi dengan Uni
Soviet, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis di sisi yang lain.
Dengan jatuhnya negara-negara Axis, tata politik dunia
cenderung bercorak bipolar dengan Amerika dan Uni Soviet sebagai kekuatan utama
di dunia. Pasca Perang Dunia II , negara-negara Eropa tenggelam dan
terpinggirkan dalam percaturan politik global.
Salah satu sebabnya adalah, perang tersebut telah
mengakibatkan berakhirnya sistem kolonialisme dan imperialisme politik. Pasca
Perang Dunia II, satu demi satu jajahan negara-negara Eropa mendapatkan
kemerdekaannya, baik dengan melalui pemberian maupun melalui perjuangan
bersenjata dan revolusi seperti yang dialami oleh Indonesia, Vietnam dan
Aljazair.
Perang Dunia Kedua—sebagaimana Perang Dunia Pertama
ditandai oleh Jerman sebagai negara yang paling disorot. Negara-negara sekutu
bahkan menyalahkan Jerman atas terjadinya kedua perang tersebut, sehingga pasca
Perang Dunia I dan II, Jerman harus menanggung beban politik dan ekonomi
sebagai bentuk hukuman atas tindakannya tersebut. Perjanjian Potsdam yang
diadakan di akhir Perang Dunia II telah memastikan negara tersebut tidak dapat
lagi bangkit sebagai kekuatan agresif yang mengancam kepentingan negara-negara
sekutu.
SIGMUND FREUD DAN TEORI PSIKOANALISA
Salah satu ilmuan terbesar yang pernah ada adalah Sigmund Freud.
Freud terkenal melalui teori psikoanalisanya. Dia berhasil memberikan
dasar-dasar psikologi modern melalui karyanya The Intrepretation of Dream
(1900) dan The Psikopathology of Everyday Life (1901).
Freud sendiri merupakan tokoh yang sangat kontroversial. Freud
dituduh telah merendahkan martabat kemanusiaan melalui pandangan-pandangannya.
Sebagaiman aDarwin yang dianggap merendahkan martabat kemanusiaan dengan
menghubungkan antara manusia dengan kera, Freud pun tidak lepas dari tudingan pedas.
Freud dianggap terlalu menyederhanakan permasalahan mengenai
manusia yang sebenarnya sangat kompleks. Freud telah menghilangkan tabu-tabu
sosial yang selama ini menjadi pegangan moral bagi masyarakat pada zamannya.
Melalui teori psikoanalisanya, Freud menganggap bahwa pada
dasarnya manusia itu buruk. Hal itu disebabkan karena adanya sifat egoistik dan
agresif yang ada pada manusia. Freud mengatakan hal tersebut dengan memberikan
contoh mengenai sebuah peristiwa besar di dunia, yaitu Perang Dunia II.
Perang tersebut menurut Freud menunjukkan adanya konsekuensi alami
dorongan agresif manusia yang tidak dikendalikan karena merupakan bagian dari
alam bawah sadar manusia. Pandangan pesimistis Freud tentang sifat manusia
tidak terlepas dari situasi sejarah yang melingkupinya. Freud dipaksa melarikan
diri dari Vienna saat NAZI Jerman menyerbu pada tahun 1938 dan meninggal pada
bulan September 1939 ketika Perang Dunia Kedua dimulai.
PARA ILMUAN MAZHAB FRANKFURT
Selain Sigmund Freud, pemikiran lain yang muncul dengan latar
belakang Perang Dunia Kedua adalah Teori Kritis. Teori Kritis merupakan teori
yang diakui turut memperkaya khazanah penyelidikan masyarakat. Teori Kritis
mendeklarasikan dirinya sebagai teori sosial yang memiliki cara pandang dan
metodologi yang berbeda dengan sosiologi positivis atau ilmu sosial naturalis.
Apabila sosiologi positivis atau ilmu sosial naturalis mengagung-agungkan
objektifitas, netralitas dan empirisme sehingga memiliki kecenderungan
saintifisme, maka Teori Kritis sebaliknya.
Teori Kritis bersifat subjektif, berpihak, dan bersifat historis.
Teori Kritis juga berupaya keluar dari sekat-sekat disiplin ilmu. Teori Kritis
mencoba menganalisa fenomena sosial dari pelbagai disilin ilmu seperti
psikologi, pendekatan budaya, komunikasi, dan filsafat.
Munculnya Teori Kritis dilatarbelakangi oleh terjadinya genosida
dan sikap antisemit yang berkembang luas di Jerman dan Eropa saat memuncaknya
Perang Dunia II.
Marx Horkheimer dan Theodero W.Adorno yang berhasil selamat dari
genosida tersebut kemudian mengembangkan suatu pemikiran yang mengkritik
masyarakat modern.
Masyarakat modern menurut keduanya seharusnya rasional dan
seharusnya pulalah rasionalisme itu diwujudkan dengan adanya humanisme dan
pengagungan terhadap hak asasi manusia.
Tetapi yang terjadi sesengguhnya, masyarakat modern memiliki
irasionalitasnya sendiri. Ada irasionalitas dalam rasionalitas masyarakat
modern.
Jerman merupakan negara modern di bawah rezim totalitarian Nazi,
tetapi justru melakukan tindakan-tindakan yang irasional dengan melakukan
pembunuhan massal (genosida) kepada entitas sosial-budaya yang berbeda.
REFERENSI
Atkinson, Rita (ed), Pengantar Psikologi II, Batam, Interaksara
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post-Modernisme,Jakarta : Kencana,2013
Ben Agger, Teori Sosial Kritis, Kritik, Penerapan dan
Implikasinya,Yogyakarta : Kreasi Wacana,2017
Komentar
Posting Komentar