WUJUD AKULTURASI ANTAR KEBUDAYAAN DI INDONESIA

 

Masyarakat Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesai etrlihat dari beragamnya kebudayaan, kepercayaan, sistem nilai, dan adat istiadat di dalamnya. Kemajemukan Indonesia dilatarbelakangi oleh faktor historis. Sepanjang sejarahnya, masyarakat Indonesia terus menerus membentuk dirinya sehingga menghasilkan beragam kebudayaan yang dinamis.

Kemajemukan masyarakat dan kebudayaan Indonesia juga disebabkan karena adanya proses interaksi budaya. Proses ini terjadi antara kebudayaan yang sebelumnya Sudah eksis dan kebudayaan yang datang pada masa-masa selanjutnya.

Pada awalnya, masyarakat Indonesia memiliki semacam local genius, yaitu unsur kebudayaan “asli’ yang berkembang sepanjang periode zaman prasejarah. Kebudayaan “asli’ ini berintikan pada kepercayaan lokal, yaitu animism, dinamisme dan totemisme.

Seiring dengan majunya arus perdagangan global, masyarakat dan kebudayaan ‘asli” Indonesiapun mengalami perjumpaan dengan kebudayaan asing. Mulailah satu persatu unsur-unsur kebudayaan asing masuk ke Indonesia, yang ditandai oleh masuknya kebudayaan India yang berwujud agama Hindu dan Budha beserta aliran-aliran dan sekte-sekte yang berbeda di dalamnya.

Kemudian masuk pula unsur kebudayaan Islam yang datang baik dari Kawasan Arabia maupun dari Persia dan India atau Gujarat. Dalam periode berikutnya, unsur-unsur kebudayaan Barat juga masuk ke Indonesia yang dibawa oleh orang-orang Portugis dan Belanda.

Masuknya pelbagai unsur kebduayaan asing tersebut kemudian mengakibatkan terjadinya interaksi dengan budaya lokal. Interaksi antarbudaya tersebut kemudian menghasilkan kebudayaan campuran yang tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur kebudayaan pembentuknya. Proses ini disebut dengan istilah akulturasi budaya.

Adanya akulturasi dalam pelbagai aspek kehidupan dalam masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia terbuka atau akomodatif terhadap semua unsur kebudayan yang berasal dari luar. Masyarakat Indonesia tidak apriori dalam memandang kebudayaan luar. Masyarakat indonesia bahkan percaya diri bahwa interaksi dengan unsur kebudayaan asing tidak akan mengakibatkan hilangnya unsur kebudayaannya sendiri.

Unsur kebduayaan asing yang berasal dari luar itu tidak serta merta ditela bulat-bulat oleh masyarakat Indonesia. Setiap unsur kebudayaan asing walaupun diterima dengan tangan terbuka, namun tetap diseleksi atau disaring untuk kemudian diselaraskan dengan kepribadian dan karakteristik bangsa Indonesia. Adapun unsur budaya asing yang tidak sesuai akan ditolak sedangkan unsur kebudayaan yang selaras dengan kepribadian Indonesialah yang diterima dna dijadikan sebagai bagian dari kebudayaan sendiri.

Proses akulturasi ini meliputi berbagai aspek kehidupan seperti aspek reliji, kesenian sosial budaya, politik dan lain sebagainya.

AKULTURASI DALAM KARYA SASTRA

Akulturasi dalam karya sastra dapat dilihat dari munculnya sejumlah karya sastra sebagai berikut :

-Kitab sastra Gending yang ditulis oleh Sultan Agung

-Babad Tanah Jawi

-Serat Chentini

-Serat Wulangreh

-Serat Hidayat Jati

-Kitab Wedathama

-suluk sukarsa

-suluk wujil

-Huruf Arab Pegon

 

AKULTURASI DALAM ASPEK KEPERCAYAAN

Akulturasi dalam aspek kepercayaan dapat dilihat dari munculnya sejumlah alliran kepercayaan sebagai berikut :

-aliran kepercayaan seperti ; Ngelmu Sejati, Islam Haq, Agama Kuring,

-Aliran Kejawen atau  Gomojowo

-Konsep Wihdatul Wujud / Manunggaling Kawulo Gusti yang dianggap berasal dari konsep Hindu (Atman dan Brahman) dan Budhisme (Moksa dan Nirwana)

-Sembahyang Kejawen (salat Daim)

-Agama Parmalim yang mengakui Allah, Nabi, Dewata Mulia Raja yang dianut oleh masyarakat di Kawasan Danau Toba dan Pulau Samosir

-Islam Sasak atau  Islam Welu Telu di Kawasan Nusa Tenggara Barat

 

AKULTURASI DALAM BIDANG ARSITEKTUR

Akulturasi dalam bidang arsitektur dapat dilihat dari munculnya sejumlah bangunan sebagai berikut :

-Menara Masjid Kudus  yang berbentuk seperti candi

-Lambang kura-kura dalam tembok masjid Demak

-Atap tumpang Masjid Demak yang berbentuk seperti tumpeng atau atap tumpang

-Umpak Masjid di Purworejo yang menggunakan Yoni

-Adanya 8 Pancuran Masjid Kudus

-Ghunongan di Makam kuno

-Makam Sunan Tembayat di Klaten

 

AKULTURASI DALAM BIDANG POLITIK

Akulturasi dalam bidang politik dan pemerintahan dapat dilihat dari munculnya hal sebagai berikut :

-Sabda Pandito Ratu

-sebutan Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo yang digunakan oleh para penguasa Jawa

-konsep bahwa Nyi Roro Kidul sebagai permainsuri susuhunan

-Gelar-gelar kebangsawasan seperti Susuhunan, Panembahan

-Gelar-gelar untuk benda pusaka kraton seperti Kyai Plered untuk gelar tombak kerajaan

-Adanya anggapan bahwa Demak adalah Mekah, Kadilangu (Makam Sunan Kalijaga) adalah Madinah, Kudus adalah Yerusalem, dan Pati adalah Kairo

 

AKULTURASI DI BIDANG KEBUDAYAAN

Akulturasi dalam bidang kebudayaan dapat dilihat dari munculnya hal sebagai berikut :

-Tradisi Sekaten yang merupakan semacam Thanksgiving kepada Dewi Sri selesai panen ketika peringatan Maulud Nabi

-Kenduri di Yogyakarta yang menyebut Bagindo Ngali dan Mbok Dewi Pertimah

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)