PENGANTAR ANTROPOLOGI AGAMA
PENGANTAR
ANTROPOLOGI AGAMA
Ilmu antropologi lahir
sekitar pertengahan abad ke-19 M, Ketika ahli-ahli dari beberapa bidang ilmu
pengetahuan seperti anatomi, arkeologi, sejarah kebudayaan, folklore, ilmu
hukum, ilmu Bahasa dan geografi tertarik akan himpunan bahan etnografi mengenai
kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa dan penduduk pribumi benua
Amerika dan Australia.
Berdasarkan bahan etnografi
itu mereka mengembangkan teori-teori mengenai evolusi kebudayaan dan masyarakat
manusia dan dengan terbitnya buku-buku yang memuat teori-teori itu, serta
dibukanya jurusan-jurusan di beberapa universitas utama di dunia yang mengajarkan
teori-teori tersebut, maka lahirlah antropologi.
Antropologi lahir dari
perhatian ahli-ahli dari beberapa cabang ilmiah terhadap satu jenis bahan, maka
tidak mengherankan bahwa sejak awal perkembangannya telah ada
spesialisasi-spesialisasi yang dapat kita sebut cabang ilmu, yaitu antropologi
fisik dan antropologi budaya.
Antropologi agama
dipelopori oleh Emile Durkheim melalui tulisannya yang berjudul The Elementary
Form of The Religious Life.
Melalui bukunya yang fenomenal, The Elementary form of religious live (1961) Durkheim menganalisa hubungan antara agama dan masyarakat dengan mempelajari kehidupan kepercayaan masyarakat primitif di Oseania. Dalam bukunya tersebut Durkheim juga mengkaji sejumlah aspek penting agama sepeti pembagian antara yang sakral dan yang profan, totem, taboo, roh, arwah leluhur, sakramen, pengorbanan, magis ataupun ritual.
Melalui kajiannya tersebut Durkheim berhasil merumuskan beberapa aspek kehidupan keagamaan dan hubungannya dengan kehidupan sosial sebagai berikut ;
1.Agama bukan hanya terkait dengan aspek transendental dan adikodrati semata, tetapi agama memiliki fungsi integrasi yaitu agama berfungsi menyatukan anggota masyarakat melalui kesamaan dogma/doktrin, ritual keagamaan, dan pengalaman bersama.
Kesamaan doktrin inilah yang menjadi konsensus yang
menjadi perekat dalam masyarakat mekanik yang masih sederhana.Doktrin keagamaan
ini juga sekaligus menjadi kesadaran
kolektif bersama
2.Agama berfungsi membagi dunia menjadi yang sakral
dan yang profan.
3.agama berperan mereproduksi kesadaran kolektif
(collective counsciousness) yang memberikan kesamaan gagasan,nilai dan norma
bagi kehidupan bersama masyarakat.
4.agama merupakan “fakta sosial’ Agama berperan
sebagai fakta sosial maksudnya agama menjadi unsur utama (dalam masyarakat
mekanik) yang memaksa anggota masyarakat dalam bertindak dan berperilaku.
5.Upacara dan ritus keagamaan berfungsi mempertahankan
solidaritas dan kohesi sosial dalam masyarakat.
6.Agama berfungsi melindungi anggotanya dari anomie
Analisa agama yang dikemukakan oleh Durkheim memiliki
sejumlah kelemahan, diantaranya adalah analisa yang dikemukakan oleh Durkheim
terkait erat dengan konteks masyarakat yang dijadikan dasar analisa yaitu
masyarakat primitive.Sehingga anakisa terwebut sulit diterapkan dalam konteks
masyarakat modern yang lebih kompleks.
Durkheim cenderung menganggap bahwa agama tidak
berperan dalam mempertahankan kolektivitas dan kohesi sosial dalam masyarakat
modern. Menurut Durkheim dalam masyarakat modern (organik) faktor
interdependensi/pola hubungan salingtergantunglah yang menjadi dasar integrasi sosial.
Selain itu kelemahan kajian agama Durkheim lainnya
adalah Durkheim cenderung menyamaratakan semua agama,padahal terdapat banyak
sekali variasi agama dan praktik keagamaan yang ada dalam masyarakat. Analisa
Durkheim tentang fungsi agama yang membagi antara yang sakral dan yang profane juga
dinilai tidak dapat digunakan untuk menjelaskan agama-agama yang bersifat
sekuler.
Setelah Durkheim kajian
mengenai antropologi agama kemudian dikembangkan antara lain oleh :
-J.G.Frazer seorang ahli
antropologi Inggris yang menyelidiki mengenai upacara keagamaan dari berbagai
suku di dunia. Freazer mengungkapkan bahwa ilmu gaib digunakan oleh manusia
untuk memecahkan persoalan hidupnya yang sudah berada di luar batas kemampuan
dan pengetahuan akalnya.
- E.B.Taylor seorang ahli
antropologi Inggris yang menerangkan mengenai asal mula religi
- W. Schmidt seorang ahli
antropologi Austria mengungkapkan teori bahwa kepercayaan monoteisme merupakan
kepercayaan yang sangat tua.
Antropologi agama semakin meluas ruang lingkup
kajiannya melalui sejumlah kajian sebagai berikut :
1. Trance oleh Marcell Maus
2.Upacara inisiasi atau ritus peralihan oleh Van Genep
3.Upacara pemakaman oleh R.Heertz
4.Sesajen oleh Robertson
5. Ritual minum darah oleh Kruyt
6. Jiwa oleh Kruyt
7. Dukun
12. Kematian
13.Hantu
15.Ritual pengorbanan manusia
REFERENSI :
Anthony
Giddens,Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Suatu Analisis Tentang Karya Tulis
Marx,Durkheim dan Max Weber,Jakarta : UI-Press,1986
Ihromi, T.O, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta ;
Pustaka Obor Indonesia, 2016
Koentjaraningrat,Pengantar Antropologi, Jakarta ;
Aksara,1969
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial Jakarta ; Dian Rakyat, 1985
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1, Jakarta
: UI-Press, 2014
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1, Jakarta
: UI-Press, 2007
Louis Firth, Ciri-ciri dan Alam Hidup Manusia, Suatu
Pengantar Antropologi Budaya, Bandung ; Sumur Bandung, 1961
William A.Haviland, Antropologi 1, Jakarta ; Erlangga,
1985
William A.Haviland, Antropologi 2, Jakarta ; Erlangga,
1985
Komentar
Posting Komentar