ORGANISASI SOSIAL : KELUARGA DAN KEKERABATAN

ORGANISASI SOSIAL

A.   PENGERTIAN ORGANISASI SOSIAL

Organisasi sosial atau Lembaga sosial merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang dipelajari dalam ilmu antropologi. Pranata sosial merupakan suatu sistem dari aktivitas kemasyarakatan apabila mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

1.     Suatu tata kelakuan yang baku, yang berupa norma-norma dan adat istiadat yang hidup dalam ingatan maupun yang tertulis

2.     Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas-aktivitas bersama itu dan yang saling berhubungan menurut sistem norma-norma tersebut

3.     Suatu pusat aktivitas-aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan tertentu yang disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok yang bersangkutan

Pranata sosial  atau lembaga sosial adalah seperangkat norma (aturan/tata cara) yang mengatur perilaku/tindakan individu dalam kehidupan bermasyarakat. Seperangkat norma dimaksud dibentuk oleh masyarakat sendiri sehingga dapat dipertahankan dan diubah tergantung kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Norma-norma tersebut pada dasarnya tersusun dengan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya guna mempertahankan fungsionalitas dan stabilitas keseluruhan masyarakat. Pranata sosial atau lembaga sosial yang ada disekitar kita bersifat mengatur tentang bagaimana individu harus bertindak, berperilaku serta beraktivitas sehari-hari.

B.    FUNGSI PRANATA SOSIAL

Pranata sosial memiliki sejumlah fungsi bagi masyarakat, yaitu :

1.Memberikan pedoman kepada individu dalam bertindak dan berperilaku

2. Memenuhi kebutuhan hidup anggota masyarakat

3. Menghadapi dan memanfaatkan lingkungan hidupnya

4. Menjaga terciptanya keteraturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat

5. Menjadi pedoman individu dalam bersikap serta memberikan batas-batas dalam

bertingkah laku agar individu tidak menyimpang

6. Menjaga integrasi dan ikatan sosial antar anggota masyarakat

7.Sebagai alat dan sarana pengendalian sosial dalam masyarakat

8. Sebagai alat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sosial bermasyarakat

 

C.   CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL  / LEMBAGA SOSIAL

1.Merupakan suatu organisasi yang terstruktur dan relatif kekal

2.Terbentuk melalui proses yang panjang hingga dapat diakui oleh masyarakat

3.Memiliki sanksi yang mengikat tentang bagaimana individu bersikap dan bertingkah laku

4.Memiliki satu atau beberapa tujuan yang ingin dicapai

5.Memiliki aturan tertulis maupun tidak tertulis

6.Memiliki sejumlah alat-alat perlengkapan, simbol dan lambang tertentu yang digunakan untuk mewakili lembaga sosial beserta tujuannya

 

D.   BENTUK BENTUK PRANATA SOSIAL / LEMBAGA SOSIAL

Menurut sejumlah ahli seperti J.L.Gilin dan J.P. Gilin dalam bukunya Cultural Sociology serta S.F.Nadel dalam bukunya The Foundations of Social Anthropology, terdapat delapan bentuk pranata sosial sebagai berikut :

1.Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan yang kerap disebut dengan istilah kinship atau domestic institution. Contohnya adalah pranata pelamaran, perkawinan, poligami, pengasuhan anak, perceraian dan lain sebagainya

2.Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, yaitu educational institution. Contohnya adalah pengasuhan anak-anak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keagamaan, pers, perpustakaan umum dan lain sebagainya

3.Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta dan benda, yaitu economic institution. Contohnya adalah pranata pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi, penjualan, dan lain sebagainya

4.Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta sekalilingnya, yaitu scientific institutions. Contohnya adalah pranata metodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan lain sebagainya

5. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menyatakan rasa keindahannya dan untuk rekreasi, yaitu pranata aestetic dan recreational institutions. Contohnya adalah pranata seni rupa, seni suara, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusastraan, dan lain sebagainya

6.Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan mnusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib, yaitu religious institution. Contohnya adalah pranata masjid, gereja, doa, upacara keagamaan, pranata penyiaran agama, pantangan, ilmu gaib dan lain sebagainya.

7.Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan-kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara, yaitu political institution. Contohnya adalah pranata pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan dan lain sebagainya

8. Pranata yang mengurus kebutuhan jasmani manusia, yaitu somatic institution. Contohnya adalah pranata pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran, dan lain sebagainya

 

ORGANISASI SOSIAL KELUARGA

A.   BENTUK KELUARGA

Keluarga merupakan salah satu organisasi sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat. Organisasi keluarga memiliki sejumlah bentuk sebagai berikut :

1.     Keluarga inti  / keluarga batih (nuclear family) : meliputi seorang suami, seorang istri, dan anak-anak mereka yang belum menikah

2.     Keluarga Luas (extended family) : merupakan gabungan dari sejumlah keluarga inti

B.    BENTUK PERKAWINAN

Keluarga dibentuk melalui proses perkawinan. Terdapat beberapa bentuk perkawinan dilihat dari jumlah pasangannya yang dikenal oleh manusia sebagai berikut :

1.     Monogami : perkawinan antara satu orang pria dengan satu orang perempuan

2.     Poligami : perkawinan dengan lebih dari satu pasangan, yang terbagi menjadi :

-poligini : perkawinan seorang pria dengan lebih dari satu orang perempuan

-poliandri : perkawinan satu orang perempuan dengan lebih dari satu orang pria

 

C.   BENTUK PEMILIHAN JODOH

Adapun dalam mencari pasangan terdapat dua bentuk, yaitu :

1.     Endogami : mencari pasangan dari dalam kelompoknya

2.     Eksogami : mencari pasangan dari luar kelompoknya

 

D.   BENTUK KELUARGA DILIHAT DARI PROSES PEMBENTUKANNYA

Sedangkan jika dilihat dari proses terbentuknya, keluarga terbagi atas :

1.     Keluarga Konjugal : keluarga yang dibentuk melalui proses perkawinan

2.     Keluarga Konsanguinal : keluarga yang terbentuk dari ikatan darah atau keturunan

SISTEM KEKERABATAN

A.   PRINSIP KETURUNAN

 

Menurut para sarjana terdapat beberapa bentuk prinsip keturunan, yaitu:

1. Prinsip patrilineal atau patrilineal descend :  menghitung hubungan kekerabatan melalui laki-laki saja. Contoh suku yang menggunakan prinsip ini adalah Suku Madura dan Suku Batak.

2. Prinsip matrilineal atau matrilineal descend : menghitung hubungan kekerabatan melalui perempuan saja. Contoh sistem kekerabatan matrilineal terdapat di India, Srilangka, Tibet, Cina Selatan; sedangkan untuk Indonesia contohnya di Minangkabau.

3. Prinsip bilineal atau bilineal descend atau double descend :  keturunan ganda yang menarik garis keturunan melalui garis ayah untuk hak dan kewajiban tertentu, dan menarik garis keturunan garis ibu untuk sejumlah hak dan kewajiban yang lain. Contoh hubungan kekerabatan bilineal dari luar Indonesia adalah Suku Umbudu, Angola, Afrika Barat.

4. Prinsip bilateral atau bilateral descend :   menarik garis keturunan baik dari garis ayah maupun ibu. Contoh suku di Indonesia yang menerapkan prinsip bilateral adalah Suku Jawa.

5.Prinsip ambilineal :  menghitung hubungan kekerabatan untuk sebagian orang dalam masyarakat melalui laki-laki dan untuk sebagian orang lain dalam masyarakat juga melalui perempuan. Contoh prinsip di Indonesia adalah pada Orang Iban Ulu Ai di Kalimantan.

6. Prinsip ultimogenitur  : menarik garis kekerabatan melalui garis ayah maupun garis ibu tetapi hanya yang termuda saja. Contoh prinsip kekerabatan ultimagenitur misalnya di India Selatan di Propinsi Mysore, pada suku bangsa Bagada yang hidup dari pertanian.

7. Prinsip konsentris :  menghitung hubungan kekerabatan sampai pada suatu jumlah angkatan yang terbatas. Contoh masyarakat dengan prinsip kekerabatan konsentris adalah Orang Jawa dari lapisan bangsawan.

8. Prinsip promogenitur : menarik garis kekerabatan melalui garis ayah maupun garis ibu, namun, hanya terbatas pada yang tertua saja. Contoh prinsip kekerabatan primogenitur paling tampak terdapat pada suku-suku bangsa di Polinesia.

 

B.  KONSEP DALAM MENETAP SETELAH MENIKAH

Terdapat beberapa adat menetap setelah menikah yaitu sebagai berikut:

1. Adat atau pola utrolokal : pola menetap yang memberikan kebebasan kepada pasangan pengantin untuk memilih menetap atau bertempat tinggal di sekitar kediaman kerabat suami atau istri.

2. Adat atau pola virilokal : pola menetap dengan ketentuaan bahwa pasangan pengantin bertempat tinggal ditentukan di sekitar kediaman kerabat suami.

3. Adat atau pola uxorilokal : pola menetap dengan ketentuan bahwa tempat tinggal pasangan pengantin ditetapkan di sekitar kediaman kerabat istri.

4. Adat atau pola bilokal : pola menetap dengan ketentuan pasangan pengantin diwajibkan untuk menetap (bertempat tinggal) di sekitar pusat kediaman suami pada kurun waktu tertentu, dan di wajibkan pula untuk menetap di sekitar pusat kediaman istri pada kurun waktu yang lain.

5. Adat atau pola neolokal : pola menetap dengan ketentuan bahwa pasangan pengantin akan bertempat tinggal di tempatnya sendiri yang baru sehingga tidak bertempat tinggal di lingkungan kerabat suami maupun lingkungan kerabat istri.

6. Adat atau pola avunlokal : pola menetap yang mengharuskan pasangan penganti atau suami istri untuk menetap di sekitar tempat tinggal saudara pria ibu (avunculus) dari suami.

7. Adat atau pola natalokal : pola menetap yang menentukan bahwa pasangan suami istri masing-masing hidup terpisah di antara kaum kerabatnya suami dan istri masing-masing

SIKLUS KEHIDUPAN MANUSIA

Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Beberapa Pokok Antropologi Sosial, di dalam hampir semua masyarakat manusia di seluruh dunia hidup individu dibagi oleh adat masyarakatnya ke dalam tingkat-tingkat tertentu. Tingkat-tingkat sepanjang hidup individu dalam antropologi disebut stages along the lice-cycle adalah :

1. masa bayi

2. masa penyapihan

3. masa kanakkanak

4. masa remaja

5. masa puber

6. masa menikah

7. masa kehamilan

8. masa lanjut usia

9. kematian

 

RITUS PERALIHAN

Pada saat-saat peralihan, waktu para individu beralih dari satu tingkat ke tingkat lainya biasanya diadakan pesta atau upacara yang merayakan saat peralihan itu. Pesta dan upacara pada saat peralihan sepanjang life-cycle itu bersifat universal dan ada dalam hampir semua kebudayaan di seluruh dunia, hanya saja tidak semua saat peralihan dianggap sama pentingnya dalam semua kebudayaan. Sifat universal dari pesta dan upacara sepanjang life-cycle itu membawa si individu ke dalam suatu tingkat dan lingkungan sosial yang baru dan yang lebih luas. Dalam antropologi, upacara-upacara tersebut dinamakan crisis-rites (upacara waktu krisis) atau rites de passage (upacara peralihan)

 

A.BENTUK RITUS

 

Beberapa bentuk upacara ritus yang ada antara lain :

1.upacara masa hamil

2.upacara kelahiran

3.upacara pemberian nama

4.upacara potong rambut untuk pertama kali

5.upacara menusuk telinga

6.upacara merajah (tattoo, atau tatouage)

7.upacara mengasah gigi

8.upacara pada haid pertama

9.upacara khitanan

 

Masyarakat tradisional Jawa misalnya merupakan salah satu contoh masyarakat yang banyak memiliki ritus  yang berhubungan dengan kelahiran dan berbagai peralihan lain sepanjang kehidupan anak-anak seperti  upacara sepasaran, pupak puser, pemberian nama, selapanan, akekah, tedaksiti, ngruwat,dan ritus upacara  mengganti nama.

 

B.FUNGSI RITUS

Berbagai upacara ritus tersebut memiliki fungsi antara lain :

 

1.sebagai upaya untuk menolak bahaya gaib yang dapat timbul ketika seseorang beralih dari satu tingkat hidup ke tingkat hidup yang lain.

2.untuk memberitakan kepada khalayak ramai mengenai perubahan tingkat hidup yang telah dicapai itu.

3.dimaksudkan dapat memberikan efek psikologis untuk menenangkan dan menenteramkan perasaan dan menumbuhkan keyakinan akan keberhasilan

4.untuk mengatasi rangkaian krisis yang terus membayangi kehidupan anak-anak

5.agar anak kelak dapat bertransisi ke tahap dan ke status dewasa

6.untuk memasukkan anak dalam kelompoknya

7.untuk memberikan status kepada anak

8.untuk menempatkan anak-anak sebagai calon warga masyarakat

9.untuk mendorong anak agar banyak belajar sehingga pada waktunya kelak dapat bertransisi ke tahap dan ke status dewasa

 

C.KEGIATAN RITUS

Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan ketika upacara ritus tersebut dilakukan antara lain :

1.Adanya perintah atau larangan mengenai apa yang harus diperbuat sang bayi

2.Adanya perintah atau larangan yang harus dilakukan oleh ayah atau ibu bayi


D.RITUS PERALIHAN DARI ANAK-ANAK KE TAHAP DEWASA

Ketika seseorang masih kanak-kanak terdapat sejumlah ritus dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Anak-anak ditempatkan sebagai calon warga masyarakat

2. Anak-anak sedikit banyak akan diperlakukan sebagai seorang makhluk pra-kultural, yang karenanya tidak akan diharapkan bisa berperilaku seperti apa yang yang dilakukan orang dewasa.

3. Anak-anak diberi status yang lebih rendah dari status orang-orang yang telah beralih status ke status orang dewasa.

4. Anak-anak akan selalu diperlakukan sebagai obyek sosialisasi, dan oleh karena itu selalu menjadi sasaran kontrol sosial.

 

E.RITUS KETIKA MASA REMAJA

Ketika anak mulai memasuki usia remaja, yaitu suatu periode perbatasan yang menghubungkan masa anak-anak dengan masa dewasa, terdapat sejumlah ritus yang memiliki ciri antara lain  sebagai berikut :

1.Ritus menandai terjadinya peralihan penting yang mengantar seseorang individu dari status sebagai anak-anak yang dianggap tidak tahu apa-apa ke status yang baru dengan identitas baru pula.

2.Ritus-ritus yang berhubungan dengan peralihan individu ketahap remaja atau pubertas itu lazim disebut ritus inisiasi. Inisiasi biasanya dilakukan untuk mereka yang sudah menunjukkan tanda-tanda kematangan biologis tertentu (kematangan seksual, misalnya pada anak perempuan ditandai ketika si anak mengalami haid pertama).

3.Ritus-ritus inisiasi biasanya dilakukan terhadap individu-individu secara orang-perorang atau berkelompok. Ritus inisiasi bagi anak laki-laki akan berbeda dengan ritus inisiasi pada anak perempuan.

4.Kebanyakan ritus-ritus untuk anak laki-laki lebih berliku-liku, berat dan menyiksa untuk menguji kejantanan anak. Inisiasi untuk anak laki-laki pada umumnya meliputi operasi penyunatan, penorehan yang melukai kulit.

 

F.RITUS PADA USIA DEWASA

Sesudah tahap remaja atau pubertas, tahap berikutnya yang selalu dipandang penting adalah tahap dewasa. Tahap dewasa ini bahkan baru dianggap tercapai apabila seseorang telah beranak dan menjadi orangtua Pada fase ini terdapat ritus yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.Ritus-ritus peralihan yang mengiringi transisi menjadi dewasa ini kebanyakan beriringan dengan ritus perkawinan.

2.Ritus-ritus perkawinan seringkali sangat kompleks dan rumit

G.RITUS KEMATIAN

Tahap terakhir yang tak bisa dielakkan oleh setiap individu adalah tahap kehidupan di alam baka. Tahapan ini akan dimasuki melalui suatu proses peralihan yang disebut kematian atau ajal. Seperti ritus yang lain, kematian juga selalu dianggap sebagai suatu krisis besar yang akan menimbulkan goncangan-goncangan, yang karenanya harus dinetralisasi dengan menyelenggarakan ritus. Pada fase ini terdapat sejumlah ritus yang memiliki ciri :

1.Dalam ritus-ritus ini tubuh si mati ada yang dikubur, dibakar, atau dibiarkan membusuk di suatu tempat, atau diawetkan sebagai mumi.

2.Banyak suku bangsa yang tetap menganggap bahwa keanggotaan seseorang pada masyarakatnya tidak akan putus begitu saja dengan datangnya kematian. Kematian hanyalah suatu proses peralihan ke tahap lain berikutnya di dalam daur kehidupan, dan bukan suatu perpisahan dari masyarakatnya.

 

H.BENTUK RITUS LAINNYA

Dalam masyarakat tradisional dan pra industri yang sederhana, sesungguhnya ritus peralihan bukanlah satu-satunya jenis ritus yang dikenal. Ritus lain yang dikenal selain ritus peralihan adalah:

1. Ritus of intensification : yaitu suatu ritus yang dihubungkan dengan persoalan krisis di dalam kehidupan kelompok. Misal, ritus yang diselenggarakan untuk mendatangkan hujan, menolak wabah, untuk mendatangkan keberhasilan. Dalam ritus of intensification ini yang hendak diselamatkan adalah kelompok, bukan individu.

2. Ritus of purification :  yaitu suatu ritus untuk menjadikan diri kembali ke dalam keadaan yang suci dan bersih. Seseorang yang dianggap kotor atau dikotori oleh suatu peristiwa (misal: membunuh musuh, terlanjur makan buah terlarang, wanita sedang haid, dan sebagainya) akan diharuskan oleh norma masyarakat setempat untuk bersuci dengan cara melakukan ritus-ritus tertentu. Melalui ritus ini seseorang yang dianggap kotor atau terkotori akan dianggap bersih kembali, dan akan diterima kembali dalam kehidupan masyarakat.

3. Ritus of desacralization :  yaitu suatu ritus untuk menjadikan kembali seseorang yang sebelumnya dalam keadaan yang tidak normal karena telah berkontak dengan dunia gaib atau telah bersentuhan dengan kekuatan supranatural lainnya.

 

 

 

 

REFERENSI :

 

Clifford Geertz, Politik Kebudayaan, Jakarta : Kanisius, 1992

 

Clifford Geertz, Penjaja dan Raja, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992

 

John Clammer, Neo Marxisme Antropologi, Yogyakarta : Sadasiva, 1985

 

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1, Jakarta : UI-Press, 2014

 

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1, Jakarta : UI-Press, 2007

 

Louis Firth, Ciri-ciri dan Alam Hidup Manusia, Suatu Pengantar Antropologi Budaya, Bandung ; Sumur Bandung, 1961

 

William A.Haviland, Antropologi 1, Jakarta ; Erlangga, 1985

 

Firth, Ciri-Ciri Alam Hidup Alam Manusia, Suatu Pengantar Antropologi

 

Budaya, Bandung ; Sumur Bandung, 1961

 

John Clammer, Neo Marxisme Antropologi, Yogyakarta ; Sadasiva, 2003

 

Jonathan Turner, Fungsionalisme, Yogyakarta ; Pustaka

 

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta ; Aksara, 1062

 

Parsudi Suparlan, Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat Multikultural, Jakarta ; YPKIK, 2008

 

Ralp Linton, Antropologi, Suatu Penyelidikan Tentang Manusia, Bandung : Jemmars1984

 

KM Antropologi_BS_KLS_XII [www.defantri.com].pdf

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)