CARA MEMPELAJARI KEBUDAYAAN

 

CARA MEMPELAJARI KEBUDAYAAN

 

Antropologi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari kebudayaan secara holistik dan sistemik. Holistik dilakukan dengan mengkaji semua aspek kehidupan manusai sedangkan sistematik dilakukan dengan cara menghubungkan seluruh unsur kebudayaan menjadi satu kesatuan yang terintegrasi dan fungsional.

 

Kebudayaan yang dikaji dalam antropologi dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya melalui penelitian lapangan, penggalian informasi melalui informan kunci dan melalui metode penggunaan data pengalaman individu (individual’s life history).

 

PENELITIAN LAPANGAN

 

Penelitian lapangan merupakan ciri khas antropologi budaya. Baik  disebuah desa di Papua Nugini maupun di jalan-jalan New York, ahli antropologi berada di lokasi penduduk bertempat tinggal dan melakukan penelitian lapangan, demikian pendapat James Spradley dalam bukunya, Metode Etnografi.

 

Penelitian lapangan merupakan salah satu bentuk penelitian utama yang digunakan dalam ilmu antropologi, khususnya antropologi budaya. Studi kepustakaanpun juga dianggap penting dalam antropologi budaya. Adapun penelitian laboratorium dapat dianggap tidak relevan dengan antropologi budaya.

 

Penelitian lapangan digagas oleh seorang antropolog terkemuka, A.L.Kroeber. Kroeber menyatakan seorang yang melakukan penelitian lapangan harus menetap di dalam wilayah komunitas yang diteliti minimal satu tahun lamanya.

 

Penelitian lapangan merupakan tulang punggung dari antropologi modern. Melalui penelitian lapangan, keterangan dan data-data yang diperlukan oleh antropolog dapat diperoleh.

 

Penelitian lapangan memiliki sejumlah tujuan yang hendak dicapai, antara lain sebagai berikut :

 

1.penelitian lapangan bertujuan mencari keunikan masyarakat yang menjadi objek penelitian

2.penelitian lapangan berupaya memahami masyarakarat dari sudut pandang masyarakat tersebut

3.penelitian lapangan menghilangkan kecenderungan etnosentrisme dalam menilai masyarakat

4.penelitian lapangan berupaya menemukan fungsi dan struktur sosial yang ada pada sebuah masyarakat

 

Dalam penelitian lapangan (field work) si peneliti harus menunggu terjadinya gejala-gejala yang menjadi objek observasinya itu. Penelitian lapangan memiliki sejumlah karakteristik yang khas sebagai berikut :

 

1. Sifat penelitian : penelitian lapangan merupakan penelitian yang bersifat kualitatif

 

2. Karakteristik penelitian : Penelitian lapangan dapat dikatakan sebagai  Grounded research atau penelitian dasar, yang bertujuan menemukan teori-teori baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya antropologi budaya

 

3. Format penelitian : format penelitian dalam penelitian lapangan didasarkan atas metode induktif

 

4. Bentuk data : Data yang digunakan dalam penelitian lapangan terdiri dari data primer dan data sekunder

 

5. Objek penelitian : Objek penelitian lapangan adalah kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dari kurang 3000 orang

 

6.Metode penelitian  : metode penelitian yang digunakan dalam penelitian lapangan bisa berupa metode diakronik maupun sinkronik. Perbedaan kedua metode tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

 

metode diakronik

metode sinkronik

apabila peneliti mengumpulkan data etnografi dalam sebuah komunitas pada saat tertentu dan diulang beberapa tahun kemudian pada komunitas yang sama

jika peneliti pada waktu yang bersamaan mengumpulkan data etnografi dalam dua komunitas dengan latar belakang kebudayaan etnik yang sama, tetapi komunitas yang satu keadaannya relatif terisolir sedangkan komunitas lainnya dalam keadaan terbuka

 

 

7.Metode pengumpulan data : dalam penelitian lapangan, metode pengumpulan data yang digunakan antara lain berupa :

 

-metode observasi atau pengamatan khususnya pengamatan terlibat (observasi partisipan)

-wawancara etnografis ; topik yang menjadi bahan wawancara dapat berupa cara berlaku yang telah menjadi kebiasaan, hal-hal yang menjadi kepercayaan masyarakat setempat dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat yang diteliti

-studi kepustakaan

-catatan field notes

 

Selain itu dalam penelitian lapangan, terdapat buku panduan yang digunakan oleh para antropolog atau etnografer. Buku tersebut dijadikan pedoman yang bertujuan memberikan panduan bagi antropolog atau etnografer dalam dalam pelaksanaan penelitian. Buku panduan tersebut bernama “Notes and Queries on Antrhopology” yang diterbitkan oleh suatu lembaga antropologi di Inggris, yaitu “The Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland” dalam tahun 1874.

 

8. Syarat penelitian : Penelitian lapangan memiliki sejumlah syarat yang harus dipenuhi, diantaranya adalah :

 

-peneliti harus menguasai dan memahami bahasa yang digunakan oleh komunitas yang diteliti

-peneliti harus mengenyampingkan pendapatnya sendiri agar tercapai objektivitas

-peneliti harus memiliki kesabaran karena harus melakukan observasi dalam waktu yang relatif lama

-peneliti harus memiliki biaya yang memadai

-peneliti harus memahami konsep-konsep dasar penelitian etnografi

 

9. Hasil penelitian : Hasil penelitian lapangan kemudian dikomunikasikan baik kepada masyarakat umum maupun kepada para akademisi demi kepentingan pengembangan dan perluasan penelitian selanjutnya. Hasil penelitian lapangan antara lain disampaikan dalam bentuk :

-jurnal ilmiah antropologi

-majalah ilmiah

-buku

-kongres ilmiah

 

10.Tantangan : tantangan yang dapat merintangi jalannya penelitian lapangan antara lain :

 

- adanya penolakan dari komunitas untuk diteliti oleh orang yang dianggap asing

- adanya rasa curiga dari anggota komunitas terhadap peneliti

- tidak adanya informan yang memadai dan sesuai kebutuhan penelitian

- kerja lapangan membutuhkan waktu yang banyak dan biaya yang tidak sedikit

- dalam penelitian lapangan seringkali terdapat perasaan takut dari peneliti  karena antropolog akan berhadapan dengan kebudayaan yang sangat berbeda dengan kebudayaan peneliti

 

11. Hal-hal penting yang harus diperhatikan : Dalam penelitian lapangan terdapat sejumlah hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah :

 

-mengingat pentingnya bahasa dalam penelitian lapangan, maka peneliti harus dapat menguasai atau memahami bahasa dari subjek yang diteliti

-peneliti harus menjelaskan tujuan penelitian kepada informan

-peneliti harus mampu memahami makna yang tersirat dalam bahasa yang digunakan

-peneliti harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan memadai

 

12.Kelebihan penelitian lapangan : penelitian lapangan menghasilkan keterangan yang bersifat otentik mengenai kebudayan suatu masyarakat

 

13.Kekurangan penelitian lapangan : penelitian lapangan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.

 

 

DISKUSI DENGAN INFORMAN

 

Wawancara adalah motode pengumpulan data yang sangat populer di kalangan akademisi dan masyarakat pada umumnya, karena itu banyak digunakan dalam penelitian. Wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan secara tidak formal dan juga tidak terstruktur.

 

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee).

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, pihak yang diwawancara memiliki dua kategori ;

 

A. informan ; merupakan individu yang diwawancarai dalam rangka untuk mendapatkan data dan keterangan tertentu untuk keperluan informasi

B. responden ; merupakan individu yang diwawancarai dalam rangka mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan untuk keperluan komparatif

 

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi atau pengamatan.

Metode wawancara  atau metode interview menurut Koentjaraningrat dalam bukunya, Metode-metode Penelitian masyarakat  mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.

 

Dalam hal ini suatu percakapan meminta keterangan yang tidak untuk tujuan suatu tugas, tetapi hanya untuk tujuan ramah tamah, untuk sekedar tahu saja atau untuk mengobrol saja maka tidak dapat disebut wawancara.

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan data dan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu merupakan suatu pembantu utama dalam metode observasi.

 

Wawancara mendalam (indept interview) bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan dilakukan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi.

 

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap  tentang topik yang diteliti.

 

Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-ulang. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan metode lainnya yaitu observasi partisipasi atau observasi terlibat.

 

Dalam metode wawancara keberadaan informan kunci memiliki kedudukan yang sangat strategis. Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat dan berpengetahuan dalam langkah awal penelitian.

 

Orang semacam ini dibutuhkan dalam penelitian etnografi. Informan kunci antara lain memiliki fungsi dan peran sebagai berikut :

 

-membuka jalan (gate keeper) peneliti dalam berhubungan dengan responden

-sebagai pemberi izin, pemberi data, penyebar ide dan perantara

Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan dalam menentukan informan kunci antara lain :

-orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi tentang masalah yang sedang diteliti

-informan tersebut harus berusia dewasa

-informan memiliki pengetahuan yang luas

-informan bersikap netral dan tidak memiliki kepentingan pribadi

 

Pemilihan informan kunci dilakukan melalui salah satu dari sejumlah cara sebagai berikut :

-secara insidental

-menggunakan modal orang-orang yang telah dikenal dekat sebelumnya

-sistem quota, artinya informan kunci telah dirumuskan terlebih dahulu kriterianya (misalnya ketua RT, dukun, ketua organisasi)

-secara snowball, artinya informan kunci dimulai dengan satu orang, kemudian atas rekomendasi orang tersebut, informan kunci menjadi semakin besar sampai jumlah tertentu dan akhirnya sampai memperoleh data jenuh.

 

METODE PENGGUNAAAN DATA PENGALAMAN INDIVIDU

 

Metode penggunaan data pengalaman individu (individual’s life history) merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Metode ini memiliki keunggulan tertentu yang tidak didapatkan dari metode penelitian lainnya seperti observasi, wawancara dan juga kuesioner.

 

Metode penggunaan data pribadi berguna dalam hal melakukan penelitian terhadap masyarakat  dengan cara si peneliti mendapatkan pandangan yang berasal dari dalam, melalui reaksi, tangggapan, interpretasi dan pengelihatan para warga terhadap dan mengenai suatu masyarakat.

 

Metode penggunaan data pribadi memiliki keunikan sebagai metode yang penting untuk memperdalam pengertian mengenai detil suatu realita yang tidak mungkin didapatkan melalui metode lainnya. Metode ini juga penting dalam rangka menyusun hipotesa sebuah penelitian.

 

Metode ini untuk pertama kalinya digunakan dalam Antropologi yang bertujuan untuk menambah bahan keterangan etnografi tentang suatu suku bangsa Indian oleh seorang ahli Antropologi terkemuka, A.L.Kroeber. Ketika itu Kroeber mengunpulkan data untuk penulisan etnografi suku bangsa Gros Ventre di daerah stepa utara dari negara bagian Amerika Serikat, Montana.Akan tetapi metode ini menjadi lebih sistematik setelah dikembangkan oleh ahli Antropologi, P.Radin.

 

Ia menggunakan data pengalaman individu secara sistematis sebagai suatu metode guna memperdalam pengertian tentang suatu masyarakat Winnebago, di Wisconsin, Amerika Serikat. Di era kontemporer metode ini antara lain dilakukan oleh Oscar Lewis yang meneliti mengenai kemiskinan di Meksiko dalam bukunya yang berjudul Five Families (1959)

 

Metode penggunaan data pengalaman individu memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut ;

 

-data yang dihasilkan bersifat detil

-berfungsi memperdalam pengertian mengenai masyarakat yang diteliti

-mengutamakan interpretasi dari informan mengenai suatu realitas sosial

-berfungsi sebagai bahan bantu untuk keperluan analisa

Data-data pengalaman individu antara lain didapatkan dari  hal berikut ;

-hasil wawancara mendalam

-dokumen pribadi seperti memoirs, otobiografi, surat pribadi, catatan pribadi dan buku harian

Adapun kegunaan data pengalaman individu menurut Koentjaraningrat adalah sebagai berikut :

-Data pengalaman individu penting bagi si peneliti untuk memperoleh pandangan dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu masyarakat

-Data pengalaman individu penting bagi si peneliti untuk mencapai pengertian mengenai masalah individu warga masyarakat

-Data pengalaman individu penting bagi si peneliti untuk memperoleh pengertian mendalam tentang hal-hal psikologis yang tidak mudah dapat diobservasi dari luar atau dengan intervieu berdasarkan pertanyaan langsung

-Data pengalaman individu penting bagi si peneliti untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai detil dari hal yang tidak mudah akan diceritakan orang dengan metode intervieu berdasrakan pertanyaan langsung

 

 

 

REFERENSI :

 

Clifford Geertz, Politik Kebudayaan, Jakarta : Kanisius, 1992

 

Clifford Geertz, Penjaja dan Raja, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992

 

John Clammer, Neo Marxisme Antropologi, Yogyakarta : Sadasiva, 1985

 

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1, Jakarta : UI-Press, 2014

 

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1, Jakarta : UI-Press, 2007

 

Louis Firth, Ciri-ciri dan Alam Hidup Manusia, Suatu Pengantar Antropologi Budaya, Bandung ; Sumur Bandung, 1961

 

William A.Haviland, Antropologi 1, Jakarta ; Erlangga, 1985

 

Firth, Ciri-Ciri Alam Hidup Alam Manusia, Suatu Pengantar Antropologi

 

Budaya, Bandung ; Sumur Bandung, 1961

 

John Clammer, Neo Marxisme Antropologi, Yogyakarta ; Sadasiva, 2003

 

Jonathan Turner, Fungsionalisme, Yogyakarta ; Pustaka

 

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta ; Aksara, 1062

 

Parsudi Suparlan, Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat Multikultural, Jakarta ; YPKIK, 2008

 

Ralp Linton, Antropologi, Suatu Penyelidikan Tentang Manusia, Bandung : Jemmars1984

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

RERA (REKONSTRUKSI DAN RASIONALISASI) ; UPAYA PENATAAN ANGKATAN BERSENJATA