ETNOGRAFI DAN ETNOSENTRISME
ETNOGRAFI DAN ETNOSENTRISME
ETNOSENTRISME
(ETHNOCENTRISM)
Salah satu “dosa’ dalam antropologi adalah pandangan etnosentris. Hal ini merupakan sebuah ironi,
mengingat antropologi Ketika muncul pertama kali sekita 1870an dan popular pada
1920-an cenderung bersifat etnosentris. Ketika itu bangsa Eopa untuk pertama
kalinya menjumpai berbagai kelompok bangsa yang memiliki perbedaan
karakteristik fisik dan sosiokultural dengan mereka.
Bangsa Barat tesebut kemudian mengembangkan sikap mental tertentu
yang menganggap kebudayaan mereka lebih unggul dibandingkan kebudayaan
masyarakat suku bangsa yang mereka temui tadi. Pandangan etnosentris ini makin
menguat dengan berkembangnya teori evolusi Charles Darwin yang memperkuat
gagasan etnosentris yang bercorak rasial.
Etnosentrisme (ethnocentrism) merupakan sikap emosional sekelompok
etnik, suku bangsa,agama, atau golongan yang merasa etniknya lebih superior
daripada etnik lainnya. Etnosentrisme merupakan paham yang pertama kali
diperkenalkan oleh William Graham Sumner, seorang antropolog beraliran
Interaksionisme.Etnosentrisme mengandung beberapa makna sebagai berikut :
❶ asumsi bahwa kebudayaan sebuah
kelompok etnik merupakan sebuah moral,
agar para anggotanya dapat mengklaim bahwa kebudayaan mereka adalah
kebudayaan yang paling benar dan paling
rasional.
❷ kadangkala etnosentrisme dapat
dikombinasikan dengan rasisme, yakni kepercayaan bahwa seorang individu dapat
diklasifikasikan ke dalam kelompok rasial yang berbeda.
❸ etnosentrisme menunjukkan bahwa
kita tidak mampu mengapresiasi kebudayaan orang lain, kebudayaan
etnik/ras/agama lain.
❹ etnosentrisme menunjukkan
ketidakmampuan untuk berhadapan dengan kelompok yang berbeda.
❺ kecenderungan sekelompok etnik
untuk menjadikan norma mereka sebagai norma pengatur, dan kemudian meminggirkan
norma kelompok lain.
❻ keyakinan yang melekat pada
kebudayaan kita.
Etnosentrisme menurut Sumner sebagai pandangan bahwa kelompoknya
sendiri (in group) adalah pusat segalanya dan semua kelompok lainnya (outgroup)
dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar yang ada pada kelompok tadi.
Etnosentrisme juga dapat dikatakan sebagai kebiasaan suatu kelompok untuk
menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik.
ETNOGRAFI
Etnografi
ditinjau secara harfiah berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa
yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field
work) selama sekian bulan atau bahkan sekian tahun.
Etnografi
dimaknai sebagai sebuah metode, ilmu, maupun sebagai laporan penelitian.
Etnografi, baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian
dapat dianggap sebagai dasar dan asal usul ilmu antropologi.
Etnografi merupakan
pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan etnografi adalah untuk
memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.
Etnografi
sebagai sebuah metode penelitian masyarakat pertama kali digunakan ketika
bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudera. Penjelajahan samudera yang
dilakukan oleh bangsa Eropa tersebut diantaranya dilakukan untuk mencari
rempah-rempah, komoditas yang memiliki nilai jual tinggi saat itu. Pencarian
bangsa Eropa akan rempah-rempah mendorong mereka melakukan kolonialisme dan
imperialisme.
Baik ketika
bangsa Eropa datang pertama kali ke Asia, Afrika dan benua Amerika, termasuk
Australia, maupun ketika mereka melakukan kolonialisme dan imperialisme, mereka
mambutuhkan pemahaman mengenai penduduk asli setempat. Oleh karena itulah
mereka kemudian mulai menuliskan apa yang mereka temui dan alami dalam sebuah
catatan perjalanan yang dikemudian hari dikenal dengan nama etnografi.Ketika
itu etnografi digunakan untuk memudahkan bangsa Eropa dalam melancarkan politik
ekspansionismenya.
Dalam
perkembangannya, Etnografi makin terbentuk secara akademis, ketika sejumlah
tokoh mensistematikannya dalam bentuk metode penelitian yang bersifat empirik
dan ilmiah. Diantara tokoh awal yang menjadikan etnografi sebagai sebuah metode
ilmiah yang empiris dan objektif adalah Bronislaw Malinowski, Edward Evans-Pritchard
dan Margaret Mead.
Etnografi berupaya
mendokumentasikan berbagai realitas alternatif dan mendeskripsikan realitas itu
dalam batasan realitas itu sendiri. Dengan demikian etnografi dapat melakukan
fungsi korektif terhadap teori-teori yang muncul dalam ilmu sosial barat.
Etnografi sendiri tidak lepas dari ikatan budaya, namun
etnografi memberi deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang
diciptakan oleh manusia.
Etnografi
dapat berperan sebagai penuntun untuk menunjukkan sifat dasar ikatan budaya
dari teori-teori ilmu sosial.
Etnografi mengatakan kepada semua peneliti perilaku
manusia bahwa “sebelum anda menerapkan teori anda pada orang yang and
apelajari, terlebih dulu temukan bagaimana orang-orang itu mendefinisikan
dunia.’
Etnografi dapat mendeskripsikan secara detil teori-teori
penduduk asli yang telah diuji dalam situasi kehidupan aktual selama beberapa
generasi. Hal itu bermanfaat agar teori-teori tersebut tidak terlalu bersifat
etnosentris.
REFERENSI :
James Spradley,
Metode Etnografi, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2007
Komentar
Posting Komentar