MASYARAKAT TERASING SEBAGAI MASYARAKAT YANG DIUPAYAKAN BERKEMBANG

 

MASYARAKAT TERASING SEBAGAI MASYARAKAT YANG DIUPAYAKAN BERKEMBANG

 

KARAKTERISTIK MASYARAKAT TERASING

 

Masyarakat terasing adalah masyarakat yang secara geografis hidup di daerah terpencil yang sulit dijangkau atau terisolir dari dunia luar. Mereka tidak terjangkau oleh fasilitas kesejahteraan umum seperti kesehatan, pendidikan dan komunikasi

 

Terdapat beberapa perspektif tentang masyarakat terasing di Indonesia ;

 

1.disebut sebagai ‘suku bangsa” atau ethnic group sebagai suku-suku bangsa lainnya di Indonesia

2.disebut dengan istilah masyarakat terasing

3.disebut sebagai masyarakat yang diupayakan berkembang (developing group)

 

Kehidupan masyarakat terasing bersifat terpencar di seantero kepulauan Nusantara, baik di Pulau Sumatera, Banten, pedalaman Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Pulau Papua.

 

Masyarakat terasing hidup dalam taraf ekonomi dan teknologi yang sangat sederhana. Peralatan yang mereka gunakan sehari-hari mengandalkan benda-benda alamiah yang  mereka modifikasi seperti batu-batuan yang diasah untuk dijadikan sebagai semacam cangkul atau sebagai mata tombak, tulang binatang yang mereka gunakan untuk berburu dan lain sebagainya.

 

Masyarakat terasing tertinggal jauh dari yang telah dicapai oleh rata-rata bangsa Indonesia lainnya. Hal ini terlihat dari kehidupan perekonomian yang tidak berorientasi kepada surplus. Kegiatan ekonomi mereka di bidang perburuan, peramuan dan holtikultura diorientasikan kepada pemenuhan kebutuhan subsistensi, yaitu pemenuhan kebutuhan sesaat yang terbatas sifatnya.

 

Masyarakat terasing memiliki kesamaan ciri-ciri fisik seperti postur tubuh dan rambut, ciri sosial dan ciri budaya

 

Masyarakat terasing hidup berdasarkan adat istiadat yang kuat. Kehidupan masyarakat terasing relatif statis sehingga mereka sulit menerima pembaruan atau tradisionalisme

 

Masyarakat terasing memiliki mata pencaharian berburu, meramu dan sistem ladang berpindah. Masyarakat terasing pola tempat tinggal bervariasi  dari berkelana, menetap sementara, sampai menetap permanen dengan rumah yang masih sangat sederhana

 

Masyarakat terasing memiliki beberapa tipe, di antaranya :

 

1.masyarakat yang hidup bertani ladang berpindah atau pertanian primitif (shifting cultivator)

2.masyarakat nomaden berburu-meramu (foraging group) dengan aktivitas menjerat binatang, mengumpulkan tanaman liar atau mengambil sagu dan menangkap ikan.

 

 

ASAL USUL MASYARAKAT TERASING DI INDONESIA

 Masyarakat majemuk dicirikan dengan adanya keragaman suku bangsa, Indonesia sendiri memiliki lebih dari 300 suku bangsa dan kelompok sub etnik lainnya. Keragaman suku bangsa ini dilatarbelakangi oleh adanya isolasi geografis yang memisahkan pulau yang stau dengan pulau yang lainnya di Indonesia. Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa di Indonesia terbagi ke dalam tiga kategori sebagai berikut ;

Golongan suku bangsa

Golongan masyarakat keturunan asing seperti golongan Tionghoa, Arab, India, dan Indo-Eropa

Golongan masyarakat terasing seperti :

      Asmat, dani (Papua)

      Anak suku dalam (jambi)

      Badui (Banten)

      Orang Laut (Riau)

      Donggo (Sumbawa)

      Punan (Kalimantan)

      Tajio, Amma Toa (Sulteng)

      Togutil (Halmahera)

      Tidung, yang merupakan subsuku dari Dayak  (Kalimantan Utara)

      Mante (Aceh)

      Polahi (Gorontalo)

      Korowai (Papua)

      Samin (Blora)

      Sakai (Riau)

      Kajang (Sulawesi Selatan)

      Kombai (Papua)

Selain di Indonesia, di sejumlah negara di dunia juga terdapat golongan masyarakat terasing seperti :

      Phigmy

      Bushman

      Sentinel (Andaman Utara, India)

      Awa (Brazil)

      Ayoreo (Paraguay)

Masyarakat Terasing di Indonesia berasal dari sejumlah rasa tau sub ras yang berbeda-beda, misalnya ;

 

-orang punan (mongoloid)

-orang sakai (ras Veddoid)

-orang Mentawai (melayu-polinesia)

-orang dani (melanesoid)

 

Sampai sekarang masih terdapat kontroversi terkait dengan asal usul kelompok masyarakat terasing. Koentjaraningrat dalam bukunya Masyarakat terasing di Indonesia menyebutkan terdapat sejumlah teori yang menjelaskan mengenai asal usul masyarakat terasing di Indonesia sebagai berikut  ;

 

1.   Teori yang menjelaskan bahwa masyarakat terasing di Indonesia merupakan sisa-sisa dari suatu penduduk lama yang tertinggal di daerah-daerah yang tidak dilewati penduduk sekarang.

 

Misalnya orang Tugutil di Pulau Halmahera. Mereka juga disebut dengan istilah orang Tobelo Dalam, karena mereka diperkirakan merupakan bagian dari sub suku Tobelo yang mendiami Pulau Halmahera bagian tengah. Kebudayaan mereka tidak berkembang karena wilayah pemukiman mereka yang terisolir dari dunia luar. Terbatasnya prasarana transportasi dan komunikasi mengakibatkan tidak adanya penambahan unsur-unsur baru dalam kebudayaan mereka.

 

2.   Teori yang menjelaskan bahwa masyarakat terasing di Indonesia merupakan bagian dari penduduk sekarang yang karena peristiwa-peristiwa tertentu diusir atau melarikan diri ke daerah-daerah terpencil, sehingga mereka tidak dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan penduduk sekarang.

 

Hal ini misalnya dapat dilihat dari sebuah komunitas kecil di daerah Gunung Kong, Aceh Barat. Menurut berita dari Suara Karya, komunitas ini merupakan komunitas kecil yang berjumlah sekitar 850 orang yang merupakan sisa-sisa laskar Ulubalang yang dikejar-kejar musuh mereka dalam zaman revolusi fisik tahun 1948, dan karena itu selama 40 tahun mereka tertingggal dari perkembangan dan kemajuan masyarakat Aceh lainnya.

 

Demikian pula dengan kisah penduduk Baduy. Memang masih terdapat sejumlah kontroversi terkait dengan asla-usul masyarakat Baduy di Pandeglang, Banten, namuns alah satu pendapat menyatakan bahwa masyarakat Baduy awalnya merupakan kelompok orang-orang Hindu dari kerajaan Pajajaran yang melarikan diri dari pusat kekuasaan kerajaan Pajajaran di Pakuan atau Bogor sekarang.

 

Ketika itu kerajaan Pajajaran berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Demak, Banten dan Cirebon. Para bangsawan Hindu dari kerajaan Pajajaran ingin menghindarkan diri dari kekuasaan Islam dari Banten dan Cirebon tersebut dengan melarikan diri dan mengisolasi diri mereka di hutan-hutan pedalaman Banten.

 

Kondisi mereka yang terisolir selama berabad-abad lamanya mengakibatkan mereka terputus dari dunia luar, dan hal itulah yang mengakibatkan unsur-unsur Hindu dalam komunitas Baduy makin menghilang. Sebagai gantinya, berkembanglah unsur-unsur kebudayaan asli yang dikenal dengan nama Sunda Wiwitan, yaitu suatu kepercayaan Sunda yang berpusat pada penghormatan kepada roh nenek moyang.

 

 

 

REFERENSI :

 

Amri Marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Jakarta ; Kencana, 2009

 

Koentjaraningrat, Masyarakat Terasing di Indonesia, Jakarta ; Gramedia, 2993

 

Parsudi Suparlan,Hubungan Antar-Suku Bangsa, Jakarta : YPKIK, 2004

 

Parsudi Suparlan,Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat Multikultural, Jakarta : YPKIK, 2008

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN

STATUS OBJEKTIF DAN STATUS SUBJEKTIF

TAWURAN SEBAGAI SUATU GEJALA SOSIAL (ANALISIS SOSIOLOGIS KONFLIK SOSIAL DI PERKOTAAN)