OLAHRAGA BERDASARKAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI
OLAHRAGA BERDASARKAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI
PERSPEKTIF
SOSIOLOGI UTAMA
Sosiologi merupakan ilmu dengan multi
paradigma dan multi perspektif sebagaimana yang dikatakan oleh George Ritzer.
Dari berbagai paradigma dan perspektif itulah bermunculan sejumlah teori-teori
sosiologi. Sebagian teori saling kontradiktif satu sama lainnya sedangkan
sejumlah teori lainnya saling mendukung atau memiliki irisan. Teori dan
perspektif yang ada saling memberikan pandangan mengenai dunia sosial dan cara
kerja masyarakat.
Diantara perspektif sosiologis yang
paling mengemuka adalah perspektif fungsionalis / fungsionalisme (atau
fungsionalisme struktural), perspektif konflik, dan perspekti interaksionisme
(simbolik). Selain itu masih terdapat beberapa perspektif lainnya seperti
perspekti konstruksionisme dan perspektif feminis.
Semua perspektif tersebut, walaupun
terkesan bertentangan dan bertolak belakang, namun dari spektrum yang lebih
luas, nampaknya memberikan gambaran yang saling melengkapi dan membentuk sebuah
mozaik yang dapat memperkuat pandangan yang utuh tentang masyarakat.
Beberapa perbedaan antara perspektif
fungsionalis / fungsionalisme (atau fungsionalisme struktural), perspekti
konflik, dan perspekti interaksionisme dapat dilihat dari sejumlah aspek
seperti cara memandang masyarakat, penekanan pada level analisis, konsep kunci,
pandangan terhadap individu, dan pandangan terhadap perubahan sosial.
Masing-masing dijelaskan melalui tabel berikut ini :
|
FUNGSIONALIS |
KONFLIK |
INTERAKSIONIS |
CARA MEMANDANG MASYARAKAT |
Stabil, terintegrasi dengan baik |
Dikarakteristikkan oleh ketegangan dan
perjuangan antarkelompok |
Aktif dalam memengaruhi dan memberikan
dampak pada interaksi sosial sehari-hari |
PENEKANAN PADA LEVEL ANALISIS |
makro |
makro |
mikro |
KONSEP KUNCI |
Fungsi manifes Fungsi laten disfungsi |
Ketidaksetaraan Kapitalisme staratifikasi |
Simbol Komunikasi nonverbal Interaksi tatap muka |
PANDANGAN TERHADAP INDIVIDU |
Dipertahankan melalui kerja sama dan
konsensus |
Dipertahankan melalui kekuatan dan tekanan |
Dipertahankan melalui pemahaman bersama
terhadap perilaku sehari-hari |
PANDANGAN TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL |
Dapat diprediksi, memperkuat |
Perubahan terus terjadi sepanjang
waktu dan mungkin menghasilkan konsekuensi yang positif |
terefleksikan dalam posisi sosial
seseorang dan cara mereka berkomunikasi dengan orang lain |
CONTOH |
Hukuman public memperkuat tatanan
sosial |
Hukuman memperkuat sosisi mereka yang
berkuasa |
Orang menghormati dan melanggar hukum
berdasarkan pengalaman masa lalu mereka |
PENDUKUNG |
Emile Durkheim Talcott Parson Robert Merton |
Karl Marx W.E.B.Du Bois Ida Wells Barnett |
George Herbert Mead Charles Horton Cooley Erving Goffman |
SOSIOLOGI
OLAHRAGA
Olahraga telah banyak menarik perhatian banyak ilmuan
sosial karena di satu pihak kebudayaan dan pranata-pranata sosial dalam
masyarakat memengaruhi corak olahraga dan prestasi para atlet dalam
pertandingan-pertandingan nasional maupun internasional dan di pihak lain
karena adanya implikasi dari kegiatan olahraga terhadap perkembangan kebudayaan
dan kehidupan sosial dalam masyarakat.
Sosiologi Olahraga merupakan cabang dari sosiologi yang
secara khusus mempelajari dan menganalisa dimensi sosial dalam kegiatan
olahraga. Olahraga itu sendiri memiliki banyak dimensi kehidupan sosial.
Dimensi yang paling menonjol dari olahraga adalah kerjasama dan persaingan.
Kedua dimensi ini terkait dengan konsep kelompok dalam (in group) dan kelompok
luar (out group).
Jikalau olahraga dikaitkan sebagai satu kesatuan dalam tim
tertentu maka dimensinya adalah kerjasama. Sedangkan jika kaitan olahraga
adalah memperebutkan sesuatu maka dimensinya adalah persaingan, seperti
persaingan kedua kesebelasan sepakbola dalam ajang turnamen tertentu.
Sebagai kegiatan kerjasama dan persaingan, mempunyai dua
kutub yang saling berhubungan, yaitu di kutub yang satu, olahraga adalah
kegiatan permainan semata-mata sedangkan di kutub lainnya olahraga adalah
sebuah kegiatan profesi atau pekerjaan. Di antara kedua kutub ini terdapat
berbagai kegiatan yang merupakan kombinasi dari keduanya. Sebagai permainan,
olahraga dapat dilakukan secara individual dan juga dapat dilakukan secara
berkelompok.
Sebagai permainan persaingan olahraga mempunyai seperangkat
aturan dan etika serta moral yang menekankan pada pentingnya untuk menang dengan cara yang jujur dan adil.
Kemenangan dalam persaingan yang menjadi tujuan dan kegiatan olahraga adalah
kemenangan yang didasarkan pada keunggulan mereka yang bersaing, yang diakui
keunggulannya oleh pihak lawan sesuai dengan aturan main yang berlaku.
Di samping itu, dalam permainan persaingan tersebut
pengakuan atas kemenangan atau keunggulan juga diakui oleh wasit dan para
penonton yang dapat dilihat bukan hanya sebagai pendukung atau penikmat
olahraga tetapi juga sebagai juri yang menyaksikan serta menghakimi prosedur
permainan. (Suparlan, 2008)
Permasalahan olahraga bukan semata-mata hanya kegiatan
fisik tubuh, bahkan terdapat cabang olahraga yang hampir tidak menggunakan
gerakan tubuh seperti bridge dan catur. Kegiatan olahraga juga merupakan
masalah kehidupan sosial dan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan.
Berkembangnya olahraga dari aktivitas yang bertujuan untuk
memelihara kesehatan menjadi aktivitas yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dan profesi menunjukkan adanya fungsi laten dari olahraga. Fungsi
laten menurut R.K.Merton merupakan fungsi yang tidak disadari keberadaannya
oleh sebagian besar orang dalam komunitas tertentu.
PERSPEKTIF
SOSIOLOGI MENGENAI OLAHRAGA
Baik perspektif fungsionalis, perspektif
konflik dan interaksionisme memiliki beberapa pandangan mengenai olahraga.
Berikut ini adalah pandangan singkat ketiga perspektif tersebut (ditambah
pandangan dari perspektif feminis) mengenai olahraga :
PERSPEKTIF
FUNGSIONALIS
Perspektif fungsionalis menganalogikan
masyarakat seperti organisme makhluk hidup dan setiap unsur dalam organisme
tersebut berkontribusi terhadap keberlangsungan hidupnya. Pemikiran ini
sejatinya berasal dari seorang ilmuan Inggris, Herbert Spencer.
Perspektif fungsionalis memiliki
pandangan mengenai olahraga sebagai salah satu aspek kehidupan manusia yang
penting. Berikut ini adalah pandangan fungsionalis mengenai olahraga :
-Olahraga menyosialisasikan kaum muda
pada nilai-nilai seperti kompetisi dan patriotisme
-Olahraga membantu mempertahankan
kondisi fisik seseorang
-Olahraga berperan sebagai katup
pengaman, baik bagi pemain maupun penonton yang diizinkan untuk menyalurkan
ketegangan dan energi agresivitas melalui cara yang diterima secara sosial
-Olahraga menyatukan anggota komunitas
atau bahkan sebuah bangsa serta mempromosikan perasaan persatuan dan
solidaritas sosial
PERSPEKTIF
KONFLIK
Dimana fungsionalis melihat stabilitas
dan konsensus, sosiolog konflik melihat dunia sosial sebagai perjuangan yang
terus berjalan. Perspektif konflik mengambil asumsi bahwa perilaku sosial lebih baik dipahami dalam hal
ketegangan antara kelompok terkait dengan kekuasaan atau alokasi sumber daya,
termasuk perumahan, uang, akses terhadap layanan, dan keterwakilan politik.
Perspektif konflik memiliki pandangan
mengenai olahraga sebagai salah satu aspek kehidupan manusia yang penting.
Berikut ini adalah pandangan perspektif konflik mengenai olahraga :
-Olahraga adalah bentuk bisnis skala
besar di mana keuntungan lebih penting daripada Kesehatan dan keamanan pekerja
atau atlet
-Olahraga mengabadikan ide palsu bahwa
kesuksesan dapat dicapai melalui kerja keras, sedangkan kegagalan adalah
kesalahan dari individu semata (dan bukannya pada ketidakadilan dari sistem
sosial yang lebih luas)
-Olahraga berfungsi sebagai “candu” yang
mendorong orang untuk mencari “perbaikan” atau “perasaan kuat” yang sementara
dibandingkan fokus pada masalah personal dan isu-isu sosial
-Olahraga mengukuhkan subordinasi kulit
hitam dan warga latin yang bekerja keras sebagai atlet, tetapi kurang terlihat
sebagai posisi pengawas seperti pelatih, manajer dan pemilik
PERSPEKTIF
INTERAKSIONISME
Perspektif interaksionis
menggeneralisasi bentuk interaksi sehari-hari untuk menjelaskan masyarakat sebagais
atu kesatuan. Interaksionisme simbolik adalah kerangka sosiologis di mana
manusia dipandang hidup dalam dunia dengan objek-oebjek yang memiliki makna. Objek-objek
tersebut bisa berbentuk benda material, aksi, orang lain, hubungan, bahkan simbol.
Interaksionisme melihat simbol sebagai bagian yang secara khusus penting dari
komunikasi antara manusia.
Simbol memiliki makna sosial yang
dimengerti oleh semua anggota masyarakat. Interaksionisme simbolik memiliki
pandangan mengenai olahraga sebagai salah satu aspek kehidupan manusia yang
penting. Berikut ini adalah pandangan interaksionisme simbolik mengenai
olahraga :
-Olahraga seringkali mempertinggi
keterlibatan orangtua-anak yang dapat mengarah kepada ekspektasi orangtua
terhadap antisipasi dan kesuksesan
-Partisipasi dalam olahraga menyediakan
jaringan persahabatan yang dapat meresap ke kehidupan sehari-hari
-Terlepas dari perbedaan kelas, ras dan
agama, rekan satu tim dapat bekerja sama secara harmonis, bahkan meninggalkan
stereotip dan prasangka yang sebelumnya dimiliki
-Hubungan dalam olahraga didefinisikan
oleh posisi sosial seseorang sebagai pemain, pelatih, dan wasit juga dengan
tinggi atau rendahnya status yang dipegang seseorang sebagai hasil dari
reputasi mereka dan penampilan mereka.
PERSPEKTIF
FEMINIS
Perspektif feminis memiliki pandangan
mengenai olahraga sebagai salah satu aspek kehidupan manusia yang penting.
Berikut ini adalah pandangan perspektif feminis mengenai olahraga :
-menonton dan berpartisipasi dalam
olahraga menguatkan peran yang dimainkan lelaki dan perempuan dalam masyarakat
secara luas
-olahraga dapat menimbulkan efek yang
tidak diharapkan, misalnya olahragawan pria dapat menggunakan steroid secara
illegal dan atlet perempuan bisa melakukan diet yang berlebihan seperti yang
kerap terjadi pada atlet balet perempuan
-ekspektasi gender mendorong atlet
perempuan untuk pasif dan lembut, sebuah kualitas yang tidak mendukung sifat
kompetisi dalam olahraga. Dampaknya, perempuan kesulitas untuk masuk ke dalam
olahraga yang secara stradisional didominasi oleh lelaki
-walaupun pendapatan atlet perempuan
professional meningkat, biasanya mereka masih di bawah atlet lelaki
REFERENSI :
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik, Jakarta : Kencana,2009
Parsudi Suparlan, Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat
Multikultural, Jakarta : YPKIK, 2008
Schaefer, Richard, Sosiologi, Jakarta ;
Salemba Humanka, 2012
Komentar
Posting Komentar