OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL
OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF
STRUKTURAL FUNGSIONAL
PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL SEBAGAI SALAH
SATU PERSPEKTIF SOSIOLOGI
Perspektif
struktural fungsional atau teori struktural fungsional merupakan salah satu
perspektif utama di dalam sosiologi. Perspektif struktural fungsional disebut
dengan dengan perspektif integrasi atau perspektif konsensus.
Perspektif
struktural fungsional menganggap masyarakat terintegrasi atas dasar kata
sepakat anggota-anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
Perspektif
struktural fungsional berasal dari dua kata yaitu struktural dan fungsional.
Istilah struktural menunjukkan bahwa perspektif ini bergerak pada tataran
makroskopik yang menganalis masyarakat dari sudut pandang makro. Perspektif ini
mengkaji masyarakat melalui aspek struktur sosialnya.
Sedangkan
istilah fungsional menggambarkan bahwa perspektif ini menjelaskan bahwa setiap
unsur di dalam masyarakat cenderung bersifat fungsional satu sama lainnya.
Setiap unsur di dalam masyarakat dianggap memperkuat satu sama lainnya sehingga
membantu mempertahankan masyarakat dari perubahan yang berasal dari luar.
Perspektif
struktural fungsional selama beberapa dasawarsa pada era Perang Dingin telah
cenderung diasosiasikan dengan sosiologi. Perspektif ini bahkan pernah dianggap
sebagai mainstream dalam kajian mengenai masyarakat dan kehidupan sosial
manusia. Robert Nisbet menyatakan bahwa fungsionalisme struktural merupakan
satu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial abad 20.
Kingsley Davis juga berpendpaat bahwa fungsionalisme struktura identik dengan
sosiologi.
Perspektif
struktural fungsional memiliki akar yang jauh dari peradaban Yunani kuno pada
masa sebelum masehi. Pemikiran Plato dan Aristoteles jelas memberikan jejak
yang penting dalam dua aliran utama di dalam sosiologi, yang pertama adalah
aliran konsensus yang berakar dari pemikiran Plato dan yang kedua adalah aliran
konflik yang berakar dari pemikiran Aristoteles.
Perspektif
struktural fungsional kemudian dibakukan metodologinya oleh Emile Durkheim,
seornag sarjana Prancis. Pemikiran-pemikiran Durkheim dalam perkembangannya
telah menajdikan pespektif struktural fungsional menemukan titik pijaknya.
Pemikiran
Durkheim kemudian dikembangkan oleh Talcot Parson, Robert King Merton dan juga
Kingsley Davis yang menjadikan perspektif ini mampu bertahan lebih lama di
tengah berkembangnya aliran-aliran pemikian lainnya yang menantang seperti
aliran konflik dan interaksionisme simbolik.
Perspektif
struktural fungsional dapat dikenali dan dibedakan dari perspektif lainnya dari
sejumlah kata kunci sebagai berikut :
-keteraturan
-keselarasan
-harmoni
sosial
-order
-keseimbangan
-ekualibrium
Perspektif
struktural fungsional menekankan pada order atau keteraturan dan mengabaikan
konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Persepktif struktural fungsional
juga memiliki sejumlah konsep penting seperti :
-fungsi
-disfungsi
-fungsi laten
-fungsi
manifes
PERSPEKTIF
FUNGSIONALIS MENGENAI OLAHRAGA
Para
fungsionalis atau kalangan yang menganut perspektif struktural fungsional
melihat masyarakat dan lembaga-lembaga sosial sebagai sesuatu sistem yang seluruh bagianya salingtergantung satu
sama lainnya dan bekerja sama dalam
menciptakan keseimbangan (equibrium). Mereka memang tidak menolak keberadaan
konflik di dalam masyarakat, akan tetapi mereka percaya bahwa masyarakat itu
sendiri akan mengembangkan mekanisme yang dapat mengontrol konflik yang timbul.
Perspektif fungsionalis menganalogikan
masyarakat seperti organisme makhluk hidup dan setiap unsur dalam organisme
tersebut berkontribusi terhadap keberlangsungan hidupnya. Pemikiran ini
sejatinya berasal dari seorang ilmuan Inggris, Herbert Spencer.
Perspektif fungsionalis memiliki
pandangan mengenai olahraga sebagai salah satu aspek kehidupan manusia yang
penting. Secara umum, perspektif fungsionalisme menganggap olahraga fungsional
bagi masyarakat, artinya olahraga memiliki fungsi-fungsi tertentu bagi
masyarakat.
Adapun fungsi terpenting olahraga bagi
masyarakat adalah mendukung integrasi masyarakat. Melalui olahraga, setiap
anggota masyarakat terbentuk menjadi satu kesatuan yang utuh. Olahraga
menyatukan anggota komunitas atau bahkan sebuah bangsa serta mempromosikan
perasaan persatuan dan solidaritas sosial
Salah satu fungsi lain dari olahraga
adalah olahraga menyosialisasikan kaum muda pada nilai-nilai seperti kompetisi
dan patriotisme. Nilai-nilai tersebut dianggap sebagai nilai-nilai utama yang
harus dilestarikan dan disosialisasikan kepada setiap anggota masyarakat.
Selain itu olahraga membantu
mempertahankan kondisi fisik seseorang. Ketika setiap anggota masyarakat
memiliki kondisi fisik yang prima, diharapkan dapat menjalankan peran yang
dituntut oleh masyarakat.
Olahraga berperan sebagai katup
pengaman, baik bagi pemain maupun penonton yang diizinkan untuk menyalurkan
ketegangan dan energi agresivitas melalui cara yang diterima secara sosial
REFERENSI :
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik, Jakarta : Kencana,2009
Parsudi Suparlan, Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat
Multikultural, Jakarta : YPKIK, 2008
Schaefer, Richard, Sosiologi, Jakarta ;
Salemba Humanka, 2012
Komentar
Posting Komentar