JIMMY CARTER DAN KEGAGALAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA

JIMMY CARTER DAN KEGAGALAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA

 

Jimmy Carter dapat dikatakan sebagai salah satu Presiden Amerika Serikat yang memiliki perhatian besar terhadap kawasan Timur Tengah. Pmerintahan Carter disibukkan dengan mengelola dinamika politik di kawasan tersebut.

Hal ini memang sesuai dengan kepentingan nasional Amerika Serikat yang memang sangat tergantung kepada minyk bumi yang melimpah di kawasan tersebut khususnya di Kawasan Teluk Persia.

Untuk menjaga kepentingan Amerika di kawasan Timur Tengah, Carter menetapkan apa yang dikenal dengan nama Doktrin Carter. Doktrin ini menetapkan komitmen Amerika Serikat untuk melindungi sekutu-sekutunya di kawasan Timur Tengah, terutama negara-negara petrodollar seperti Amerika Serikat.

Akan tetapi Carter sendiri menghadapi dilema dalam melaksanakan doktrin politiknya tersebut. Disatu sisi Carter sadar bahwa Amerika Serikat membutuhkan negara-negara Arab untuk mensuplai minyak ke negaranya. Amerika Serikat sendiri sudah diketahui publik sebagai negara yang paling rakus terhadap minyak bumi.

Tradisi persekutuan antara Amerika Serikat dengan negara-negara monarki Arab seperti Arab Saudi sebenarnya bahkan sudah dimulai ketika Presiden Franklin Delano Roosevelt berkuasa.

Sejak pemerintahan Rooevelti, Amerika Serikat menggantikan posisi Inggris sebagai sekutu terkuat Ibu Saud dan keturunannya yang memerintah Arab Saudi semenjak berakhirnya Perang Dunia Pertama.

Akan tetapi Carter sendiri juga menegaskan komitmennya untuk menegakkan demokrasi. Crter juga menegaskan sikapnya untuk tidak lagi memberikan dukungan terhadap pemerintahan-pemerintahan diktator.

Sikap Carter dikemudian hari berbalik merugikan kepentingan Amerika ketika pada tahun 1979 para Mullah pimpinan Khomeini berhail menggulingkan kekuasaan Reza Pahlevi, raja terakhir dari kerajaan Persia.

Setelah tumbang, pemerintahan baru Iran di bawah kendali Khomeini berubah menjadi musuh Amerika Serikat. Belum lama setelah tergulingnya monarki Iran, golongan revolusioner Iran dengan dukungan Garda Republik melakukan penyanderaan terhadap staf kedutaan besar Amerika Serikat di Iran.

Aksi yang direstui oleh Khomeini tersebut akhirnya menimbulkan krisis diplomatik terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Selama berbulan-bulan Amerika Serikat gagal membebaskan para warganya yang disandera di Iran. Kegagalan tersebut berujung kepada jatuhnya kekuasaan Carter yang kemudian digantikan oleh Ronald Reagan.

Kegagalan Carter lainnya adalah ketika terjadinya pembunuhan terhadap Anwar Sadat, Presiden Mesir. Ketika itu Carter menjadi sponsor perundingan perdamaian antara Mesir dan Israel menyusul keberhasilan Mesir mengembalikan keseimbangan politik setelah Perang Yom Kippur tahun 1973.

Carter berhasil mendorong Sadat dan Menachem Begin untuk mengadakan perundingan bersejarah yang dikenal dengan nama Perundingan Camp David.

Perundingan yang berujung kesepakatan damai antara dua negara tersebut menimbulkan dampak yang tidak terduga. Seperti kotak Pandora, perundingan tersebut mengakibatkan menguatnya gerakan fundamentalis dan kelompok radikal di Mesir.

Kelompok-kelompok tersebut kemudian meningkatkan oposisinya terhadap pemerintahan Mesir dan akhirnya salah seorang anggotanya yang bernama Khalid Islambouli berhasil membunuh Sadat.

Terbunuhnya Sadat mengakibatkan Mesir terjebak kedalam konflik tanpa henti antara pemerintah sekuler Mesir dengan kelompok fundamentalis. Perjanjian Camp David telah melekatkan stigma bahwa pemerintahan skuler Mesir adalah pemerintahan boneka yang tunduk kepada kepentingan Barat khususnya Amerika Serikat.

 

 

 

 

 

REFERENSI :

Yaroslav Trofimov, Kudeta Mekkah, Sejarah Yang Terlupakan, Jakarta : Alvabet, 2017

Mohammed Heikal, Anwar Sadat, Kemarau Kemarahan