DISKRIMINASI ; TINJAUAN SINGKAT

 

DISKRIMINASI ; TINJAUAN SINGKAT

 

Secara kodrati  manusia memiliki kemampuan mental untuk membeda-bedakan atau mendiskriminasi. Salah satu cara membeda-bedakan adalah apabila kita menganggap yang satu lebih baik dibandingkan dari yang lain.

 

Dapat juga apabila ada  lebih  dari satu hal yang dibeda-bedakan, maka kita akan membuat tingkatan-tingkatan berdasarkan pedoman atau kategori tertentu. Dengan kata lain, perbuatan diskriminasi itu sebenarnya merupakan bagian dari kemampuan kemanusiaan kita, dan berbagai perbuatan mendiskriminasi dianggap biasa-biasa  dan sah-sah saja.(Oetomo, 2002)

 

Diskriminasi merupakan tindakan sebuah kelompok membed-bedakan perlakukan dan tindakan atas dasar kategori kelompok. Diskriminasi terdapat dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya adalah sebagai berikut :

 

√ diskriminasi etnis/ras

 diskriminasi  usia

 diskriminasi  sex

√ diskriminasi  tinggi badan

 diskriminasi  berat badan

 diskriminasi  penghasilan/kelas

 diskriminasi  pendidikan

√ diskriminasi  status pernikahan

 diskriminasi  penyakit

 diskriminasi  disabilitas

 diskriminasi  agama

 diskriminasi  politik

 

Selain berdasarkan kategori sosial-budaya di atas, diskriminasi juga dapat dibedakan berdasarkan atas aspek lain seperti berikut :

 

♦ diskriminasi isolasi : merupakan tindakan yang tidak bersahabat yang dilakukan oleh kelompok ras atau etnik dominan kepada kelompok subordinan, tanpa memberikan dukungan segera terhadap kepentingan kelompok subordinan

 

♦ diskriminasi kelompok kecil : adalah tindakan tidak bersahabat dari sejumlah anggota kelompok dominan kepada kelompok subordinasi rasial/etnik. Dalam diskriminasi ini yang menjadi sasaran adalah kelompok dan yang melakukan diskriminasi juga sebuah kelompok.

 

♦ diskriminasi institusional langsung : adalah tindakan tidak bersahabat yang terorganisir dari kelompok dominan dengan tujuan negatif yang berdampak pada kelompok etnik dan ras tertentu

 

♦ diskriminasi institusional tidak langsung : misalnya tindakan tidak bersahabat dari kelompok dominan melalui peraturan dan perundang-undangan tertentu yang mengontrol para anggota subordinasi

 

Diskriminasi juga dapat dibedakan antara diskriminasi positif dan diskriminasi negatif. Diskriminasi positif, meskipun sifatnya sementara, tujuannya adalah dalam rangka menguatkan kapasitas, sehingga orang yang tadinya berada pada poisi yang lemah mampu untuk melindungi dirinya dan mengakses keadilan.

Diskriminasi dan relasi kuasa yang timpang tidak hanya dapat terjadi berdasarkan perbedaan tertentu seperti jenis kelamin dan gender. Akan tetapi di dalam masyarakat dapat terjadi ketimpangan relasi kuasa tersebut atas dasar berbagai aspek lainnya dalam kehidupan sosial seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, politik dan juga kondisi fisik maupun mental seseorang. Diskriminasi negatif dapat terjadi kepada penyandang disabilitas mental maupun fisik, karena keterbatasan itu.

Diskriminasi juga dapat terjadi pada warga yang berasal dari kelompok miskin, yang posisi tawarnya lebih lemah dibandingkan dengan kelompok menengah dan atas yang memiliki akses terhadap berbagai hal yang lebih luas.

 

Diskriminasi dapat dikaitkan dengan aspek lainnya seperti prasangka. 

 

Jones (1986) menjelaskan bahwa prasangka adalah sikap antipati yang berlandaskan pada cara menggeneralisasikan yang salah dan tidak fleksibel. Prasangka merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompok sendiri.

 

Sedangkan Johson (1986) menyebutkan,  prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotipe kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Seperti halnya sikap, prasangka meliputi keyakinan untuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan. Prasangka berdasarkan etnis disebut dengan istilah etnisisme.

 

Seorang fungsionalis, Robert K.Merton memberikan kontribusi dalam mencari hubungan antara prasangka dan diskriminasi. Ia mengemukakan bahwa terdapat empat kategori tipe manusia :

 

orang yang tidak berprasangka dan tidak diskriminatif

 

orang yang tidak berprasangka namun diskriminatif

 

orang yang berprasangka namun tidak diskriminatif

 

orang yang berprasangka dan diskriminatif

 

Tipe pertama dan kedua menurut Merton merupakan orang liberal, dengan ciri-cirinya antara lain sangat kuat dalam memegang komitmen terhadap keseimbangan dan kesetaraan antarindividu dalam masyarakat. Adapun tipe ketiga dan keempat merupakan orang yang tidak percaya pada perlakuan yang tidak adil atau perlakuan yang tidak sama terhadap etnik dan ras. Mereka lebih yakin pada tindakan yang mereka lakukan.

 

Perbedaan keempat kategori di atas dapat diperjelas dengan bagan berikut :

 

 

Tidak diskriminasi

Diskriminatif

Tidak berprasangka

Tidak berprasangka & tidak diskriminatif

Tidak berprasangka namun diskriminatif

prasangka

Berprasangka namun tidak diskriminatif

Berprasangka & diskriminatif

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI :

 

 

-Alo Liliweri, Prasangka & Konflik,Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur,Yogyakarta : LKiS,2005

 

-James Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi, Jakarta : Erlangga

 

-Andreas Pardede, Antara Prasangka dan Realita, Telaah Kritis Wacana Anti Cina di Indonesia, Jakarta : Pustaka Inspirasi, 2002

 

-Hendro Suroyo Sudagung, Mengurai Pertikaian Etnis, Migrasi Swakarsa Etnis Madura Ke Kalimantan Barat, Jakarta : ISAI, 2001

 

-Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta : Lembaga Penelitian FEUI, 2000

 

-Parsudi Suparlan, Hubungan Antar Suku Bangsa, Jakarta : YPKIK, 2004

 

-Pranowo, Stereotip Etnik,Asimilasi,Integrasi Sosial, Jakarta : Pustaka Grafika Kita, 1988

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORDE BARU

SOSIOLOGI PEMBUNUHAN